34 Aplikasi tunggal mekanis M dari beberapa perlakuan seperti M, MM, MMM, MK, MKM dan
MMK mempunyai efisiensi pengendalian rata-rata sebesar 88.29 di areal dominan alang-alang dan 91.76 di areal dominan rerumputan Lampiran 14. Khusus untuk perlakuan tunggal mekanis M
efisiensi pengendalian di areal dominan alang-alang sebesar 86.13 , efisiensi ini merupakan efisiensi 2 minggu setelah aplikasi M sedangkan pada 4 dan 6 minggu setelah aplikasi efisiensinya menurun
masing-masing menjadi 77.10 dan 66.8. Menurunnya efisiensi pengendalian karena penutupan gulma setelah aplikasi semakin bertambah, sehingga dapat memperbesar selisih antara pentupan
sebelum dan setelah aplikasi. Efisiensi pengendalian di areal dominan rerumputan sebesar 88.85 dan pada 4 minggu setelah aplikasi efisiensinya sebesar 65.56, pada 6 minggu sudah tidak efisien
karena penutupan gulma 6 MSA lebih besar daripada penutupan gulma 0 MSA, kondisi ini terjadi di salah satu ulangan sehingga jika dihitung nilai efisiensinya negatif. Efisiensi pengendalian pada areal
dominan alang-alang lebih besar dari areal dominan rerumputan, hal ini disebabkan oleh re-growth di areal dominan rerumputan lebih besar dan di areal dominan alang-alang perubahan dominansi spesies
gulma lebih besar.
2. Perlakuan Ganda
Sebelum perlakuan ganda mekanis MM keadaan penutupan gulma di plot areal dominan alang-alang sebesar 83.5 yang didominasi oleh alang-alang dan tinggi 21.94. Rasio dominasinya
SDR mencapai 44.96, sisanya 22.59 Ageratum conyzoides, 16 Asystasia gangetica, 3.85 phyllanthus niruri dan 8.41 gulma-gulma lainnya. Di areal dominan rerumputan penutupan gulma
sebesar 89.5 yang didominasi oleh rumput pait dengan SDR sebesar 42.03 Lampiran 19. Setelah perlakuan, untuk areal dominan alang-alang pada 2 MSA penutupan gulma turun
hingga 10.5 dan setelah itu karena adanya aplikasi mekanis yang kedua penutupan gulmanya turun lagi menjadi 0 pada 4 minggu setelah aplikasi mekanis yang pertama. Perubahan mengenai
penutupan gulma dapat dilihat pada gambar 19. Dua minggu setelah aplikasi mekanis yang kedua gulma sudah mulai tumbuh dan semakin meningkat hingga pada 12 MSA namun peningkatannya
landai. Berbeda dengan aplikasi mekanis ganda di areal dominan rerumputan, dua minggu setelah aplikasi mekanis yang kedua peningkatan penutupan gulmanya meningkat tajam. Pada 12 MSA
penutupan gulmanya mencapai 72.25 dan terjadi perubahan dominasi spesies gulma. Gulma yang mendominasi di areal dominan rerumputan ini adalah Asystasia gangetica dengan SDR 54.29
sedangkan SDR rumput pait turun menjadi 26.11.
Gambar 19. Pengaruh perlakuan ganda mekanis terhadap penutupan gulma selama12 MSA
83.5
10.5 0.5
1.25 3
7.75 89.5
6.25 2.5
11 40.25
53 72.25
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0 MSA 2 MSA
4 MSA 6 MSA
8 MSA 10 MSA
12 MSA
P en
ut upa
n gul
m a
MM di areal dominan alang-alang MM di areal dominan rerumputan
35 Dua areal yang telah dilakukan perlakuan ganda mekanis mempunyai efisiensi pengendalian
optimal yang sama yaitu pada 4 MSA, perlakuan yang dilakukan di areal dominan alang-alang efisiensi pengendaliannya sebesar 100 dan perlakuan yang dilakukan di areal dominan rerumputan
efisiensinya sebesar 97.23. Seiring dengan bertambahnya penutupan gulma pada 6 MSA dan seterusnya, maka nilai efisiensi pengendaliannya menurun. Di areal dominan alang-alang, pada 6 dan
8 MSA efisiensinya sebesar 99 dan menjadi 96.84 ketika 10 MSA. Di areal dominan rerumputan, efisiensi pengendalian pada 6 dan 8 MSA masing-masing adalah 87.71 dan 54.90 Lampiran 14.
Secara keseluruhan dari beberapa perlakuan yang terdapat aplikasi MM seperti MMM dan MMK maka efisiensi pengendalian rata-rata pada 4 MSA adalah 99.71 di areal dominan alang-alang serta
97.84 di areal dominan rerumputan. Tercapainya efisiensi pengendalian yang mencapai 100 ini dikarenakan gulma mendapat gangguan mekanis oleh walking type cultivator sebanyak dua kali dalam
kurun waktu dua minggu sehingga gulma tidak diberi kesempatan untuk tumbuh kembali dalam waktu singkat. Pada areal dominan alang-alang, alang-alang dapat dikendalikan yang ditandai dengan
turunnya nilai SDR ketika 12 MSA, namun disisi lain ketika alang-alang mulai hilang gulma lain tumbuh cepat melebihi pertumbuhan alang-alang, gulma tersebut salah satunya adalah Ageratum
conyzoides berdaun lebar. Hal ini diindikasikan bahwa Ageratum conyzoides mendapat sinar matahari yang lebih banyak daripada ketika disekelilingnya ada alang-alang. Pertumbuhan gulma di
areal dominan rerumputan setelah perlakuan selesai 4 MSA lebih cepat dari pada pertumbuahan gulma di areal dominan alang-alang. Hal ini karena areal dominan rerumputan sebelum perlakuan
didominasi oleh rumput pait, karena adanya pengolahan tanah yang cukup intensif rangsangan gulma lain untuk tumbuh cukup tinggi. Pada 12 MSA nilai SDR tertinggi adalah spesies Asystasia gangetica
sebesar 54.29. Hal ini sesuai dengan Setyamidjaja dan Azharni 1992 yang memaparkan bahwa macam spesies gulma di kebun tebu sangat ditentukan oleh cara mengolah tanah dan macam tanaman
budidayanya. Pengolahan tanah menyeluruh dengan membajak akan mengurangi kepadatan berbagai spesies gulma dari keluarga poaceae, tetapi dapat menambah pertumbuhan spesies gulma teki dan
berbagai spesies gulma berdaun lebar. Diketahui bahwa suku rumput pait adalah gramineae poaceae dan Asystasia gangetica adalah jenis gulma berdaun lebar.
3. Perlakuan