35 Dua areal yang telah dilakukan perlakuan ganda mekanis mempunyai efisiensi pengendalian
optimal yang sama yaitu pada 4 MSA, perlakuan yang dilakukan di areal dominan alang-alang efisiensi pengendaliannya sebesar 100 dan perlakuan yang dilakukan di areal dominan rerumputan
efisiensinya sebesar 97.23. Seiring dengan bertambahnya penutupan gulma pada 6 MSA dan seterusnya, maka nilai efisiensi pengendaliannya menurun. Di areal dominan alang-alang, pada 6 dan
8 MSA efisiensinya sebesar 99 dan menjadi 96.84 ketika 10 MSA. Di areal dominan rerumputan, efisiensi pengendalian pada 6 dan 8 MSA masing-masing adalah 87.71 dan 54.90 Lampiran 14.
Secara keseluruhan dari beberapa perlakuan yang terdapat aplikasi MM seperti MMM dan MMK maka efisiensi pengendalian rata-rata pada 4 MSA adalah 99.71 di areal dominan alang-alang serta
97.84 di areal dominan rerumputan. Tercapainya efisiensi pengendalian yang mencapai 100 ini dikarenakan gulma mendapat gangguan mekanis oleh walking type cultivator sebanyak dua kali dalam
kurun waktu dua minggu sehingga gulma tidak diberi kesempatan untuk tumbuh kembali dalam waktu singkat. Pada areal dominan alang-alang, alang-alang dapat dikendalikan yang ditandai dengan
turunnya nilai SDR ketika 12 MSA, namun disisi lain ketika alang-alang mulai hilang gulma lain tumbuh cepat melebihi pertumbuhan alang-alang, gulma tersebut salah satunya adalah Ageratum
conyzoides berdaun lebar. Hal ini diindikasikan bahwa Ageratum conyzoides mendapat sinar matahari yang lebih banyak daripada ketika disekelilingnya ada alang-alang. Pertumbuhan gulma di
areal dominan rerumputan setelah perlakuan selesai 4 MSA lebih cepat dari pada pertumbuahan gulma di areal dominan alang-alang. Hal ini karena areal dominan rerumputan sebelum perlakuan
didominasi oleh rumput pait, karena adanya pengolahan tanah yang cukup intensif rangsangan gulma lain untuk tumbuh cukup tinggi. Pada 12 MSA nilai SDR tertinggi adalah spesies Asystasia gangetica
sebesar 54.29. Hal ini sesuai dengan Setyamidjaja dan Azharni 1992 yang memaparkan bahwa macam spesies gulma di kebun tebu sangat ditentukan oleh cara mengolah tanah dan macam tanaman
budidayanya. Pengolahan tanah menyeluruh dengan membajak akan mengurangi kepadatan berbagai spesies gulma dari keluarga poaceae, tetapi dapat menambah pertumbuhan spesies gulma teki dan
berbagai spesies gulma berdaun lebar. Diketahui bahwa suku rumput pait adalah gramineae poaceae dan Asystasia gangetica adalah jenis gulma berdaun lebar.
3. Perlakuan
Triple
Perlakuan triple mekanis MMM yang dilakukan di areal dominan alang-alang memiliki penutupan gulma sebelum perlakuan sebesar 94.75 dan tinggi rata-rata 31.63 cm. Penutupan gulma
tersebut didominasi oleh alang-alang dengan SDR sebesar 56.03. Setelah perlakuan atau ketika 12 MSA penutupan gulma turun menjadi 2 dengan tinggi 1.91 cm dan didominasi oleh gulma lain
dengan SDR 68.75. Kondisi areal dominan rerumputan sebelum perlakuan MMM rata-rata penutupan gulmanya 94.5, tinggi 7.85 cm dan SDR tertinggi oleh rumput pait sebesar 41.63.
Ketika setelah perlakuan pada 12 MSA penutupan gulmanya menjadi 31, tinggi 7.82 cm dan SDR tertinggi oleh Asystasia gangetica dengan 43.23, sedangkan SDR rumput pait turun menjadi
23.93. Perubahan penutupan gulma untuk perlakuan triple mekanis selama 12 MSA dapat dilihat pada gambar 20.
Efisiensi pengendalian perlakuan triple mekanis adalah 100 dan merupakan efisiensi pengendalian yang paling besar baik yang dilakukan di areal dominan alang-alang maupun di areal
dominan rerumputan. Hal ini terjadi ketika 6 MSA atau tepat dua minggu setelah aplikasi mekanis yang ketiga. Pada saat itu penutupan gulmanya 0 dan beberapa minggu berikutnya mengalami
kenaikan. Namun kenaikan penutupan gulma antara kedua areal berbeda, areal dominan alang-alang kenaikannya lebih landai daripada areal dominan rerumputan. Kejadian ini hampir sama dengan
pengaruh perlakuan dengan double secara mekanis, ketika tanah yang didominasi oleh gulma jenis rerumputan diolah maka selain berkurangnya gulma rerumputan akan terjadi peningkatan gulma
berdaun lebar Setyamidjaja dan Azharni., 1992. Jika perlakuan triple mekanis dibandingkan dengan perlakuan double dan tunggal mekanis, pengaruh pertumbuhan gulma akan lebih berpengaruh oleh
36 perlakuan triple mekanis, dalam hal ini ditandai dengan rendahnya penutupan gulma pada saat 12
MSA. Metode pengolahan tanah dengan intensitas pengolahan tanah semakin tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan gulma semakin rendah. Murwandono et al 1993 melaporkan bahwa
metode pengolahan tanah dengan intensitas tinggi pada tanah alluvial di Bakalan, Pasuruan mampu menekan pertumbuhan gulma lebih besar dibanding metode pengolahan tanah intensitas rendah.
Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan walking type cultivator temasuk kedalam kegiatan pengolahan tanah, karena tanah diolahdicacah oleh pisau rotary.
Gambar 20. Pengaruh perlakuan triple mekanis terhadap penutupan gulma selama12 MSA Rata-rata aplikasi mekanis dilakukan sebanyak dua kali atau dua lintasan dalam setiap baris
tanamnya. Selama aplikasi di lapangan, terdapat kelemahan dalam melakukan beberapa aplikasi mekanis. Kelemahannya yaitu daun tebu melilit ke pisau rotary cultivator, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan fisik pada tanaman tebu, seperti yang terlihat pada gambar 21. Lilitan daun tebu yang tidak segera terlepas dari pisau rotary cultivator dapat menyebabkan kerusakan yang lebih
parah yaitu pisau cultivator akan menarik batang tebu dan dapat menyebabkan batang tebu miring atau runtuh. Kejadian ini terjadi pada 4 MSA atau ketika aplikasi mekanis yang ketiga. Daun tebu
pada 4 MSA ini rata-rata sudah tumbuh besar dan beberapa diantaranya berada di antara baris tanaman atau menempel di atas tanah. Namun, daun tebu yang melilit pada pisau rotary cultivator
rata-rata adalah daun tebu yang sudah kering sehingga akan segera terlepas dengan sendirinya.
Gambar 21. Kerusakan daun tebu karena aplikasi mekanis Performance kerja walking type cultivator memberikan hasil yang berbeda-beda antara aplikasi
mekanis yang pertama, kedua dan ketiga Lampiran 23 dan 24. Di areal dominan alang-alang
94.75
8.25 0.75
0.25 0.75
2 94.5
19 3.25
6.25
13
31 10
20 30
40
50
60
70
80 90
100
0 MSA 2 MSA
4 MSA 6 MSA
8 MSA 10 MSA
12 MSA
P en
ut upa
n gul
m a
MMM di areal dominan alang-alang MMM di areal dominan rerumputan
37 efisiensi kerja cultivator pada aplikasi mekanis ketiga merupakan efisiensi yang paling tinggi daripada
efisiensi aplikasi mekanis pertama dan kedua. Efisiensi paling tinggi untuk mekanis ketiga adalah pada lahan yang sebelumnya sudah mendapat perlakuan aplikasi kimia dan mekanis yakni sebesar
78.5268 dengan kapasitas lapang efektif KLE sebesar 0.0124 hajam, bila jam kerja efektif sehari adalah 7 jam maka diperlukan kurang lebih 12 hariha dalam usaha pengendalian gulmanya. Namun
aplikasi mekanis yang paling efektif adalah pada lahan yang sebelumnya sudah mendapat perlakuan aplikasi mekanis dua kali yakni sebesar 0.0165 hajam, dengan kondisi yang sama maka aplikasi
mekanis ini diperlukan 9 hariha. Efisiensi kerja di areal dominan rerumputan yang paling tinggi adalah pada aplikasi mekanis kedua pada lahan yang sebelumnya sudah mendapat perlakuan kimia
yaitu sebesar 95.4893 dengan kapasitas lapang efektif KLE sebesar 0.0128 hajam, sehingga dapat diselesaikan selama 12 hariha dalam usaha pengendalian gulmanya. Namun aplikasi yang paling
efektif adalah pada lahan yang sebelumnya sudah mendapat perlakuan dua kali mekanis yaitu sebesar 0.0245hajam, sehingga diperlukan 6 hariha dalam usaha pengendalian gulmanya. Perlakuan triple
mekanis menghasilkan kapasitas lapang efektif paling tinggi dari pada perlakuan lain baik di lahan dominan alang-alang maupun rerumputan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya waktu yang
terbuang. Lahan yang sebelumnya mendapat perlakuan secara mekanis dua kali telah mematikan gulma dengan baik, sehingga ketika aplikasi mekanis ketiga gulma yang tersangkut di pisau rotary
sedikit, hal ini tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk membersihkannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma atau mengkultivasi tanah rata-rata 112.11
detik per 10 m, waktu belok rata-rata 52.80 detik dan waktu lainnya digunakan untuk membersihkan pisau rotary cultivator dari lilitan gulma. Membersihkan pisau rotary cultivator pada saat setelah
selesai melakukan aplikasi setiap plot atau baris antar tanaman, waktu yang dibutuhkan untuk membersihkannya rata-rata 74.47 detik. Pada aplikasi mekanis pertama yang dilakukan di areal
dominan alang-alang waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan pisau rotary rata-rata sebesar 242.83 detik atau 4.05 menit, banyaknya gulma terutama alang-alang yang melilit disertai dengan
menempelnya tanah lembab pada pisau rotary menyebabkan semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membersihkannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 22. Pada kondisi lain,
seperti aplikasi mekanis di areal dominan rerumputan atau aplikasi ketiga di areal dominan alang- alang dengan tidak adanya alang-alang yang melilit waktu yang dibutuhkan untuk membersihkannya
pun lebih singkat yaitu rata-rata
Gambar 22. Gulma dan tanah lembab pada pisau rotary cultivator 25.27 detik. Tidak mudahnya pengoperasian walking type cultivator untuk maju secara konstan
menyebabkan adanya perbedaan kecepatan maju yang cukup jauh antara yang satu dengan yang lainnya Lampiran 23 dan 24. Tidak konstannya gerak maju disebabkan oleh pisau rotary cultivator
yang berfungsi untuk mengendalikan gulma atau mengolah tanah juga berfungsi sebagai penggerak walking type cultivator untuk maju. Lebar plot atau baris antar tanaman yang rata-rata 125 cm tidak
sebanding dengan lebar pisau rotary cultivator yang selebar 60 cm, sehingga aplikasi mekanis setiap plotnya membutuhkan dua atau tiga kali lintasan. Hal ini dilakukan supaya wilayah baris antar
38 tanaman tersebut dapat teraplikasi mekanis semua. Pada kenyataannya, jika aplikasi mekanis
dilakukan dua lintasan maka lebar baris antar tanaman yang kurang dari 120 cm ada beberapa daerah yang teraplikasi dua kali sehingga luas areal yang teraplikasi berkurang atau jauh dari perhitungan
luas secara teoritis, jika lebar baris antar tanaman lebih dari 120 cm dan tidak mendekati 180 cm maka ada beberapa sentimeter yang tidak teraplikasi. Gambar 23 menunjukkan pengoperasian walting type
cultivator dan kondisi lebar plot dengan pisau cultivator. Kemungkinan faktor-faktor ini mempengaruhi kecilnya efisiensi penggunaan walking type cultivator Yanmar Te 550 n dalam
mengendalikan gulma di areal perkebunan tebu.
Gambar 23. Pengoperasian walking type cultivator
E. Pengaruh Pengendalian Secara Kombinasi