6 Tidak seperti dunia periklanan, dunia kehumasan dapat
menggunakan berbagai media khususnya seperti jurnal internal, buletin, atau sekedar majalah dinding.
b. Jenis-jenis Media Humas
Jenis-jenis media humas yang pokok antara lain media pers koran, majalah, audio-visual slide, video, film, radio, televisi,
pameran, bahan-bahan cetakan, penerbitan buku khusus, surat langsung, pesan
–pesan lisan, pemberian sponsor, dan jurnal organisasi internal dan eksternal. Kemudian menggunakan ciri
khas dan identitas perusahaan, dan masih banyak lagi media humas lainnya.
5. Pengaturan anggaran
Perencana media humas juga harus memperhitungkan media mana yang harus digunakan untuk menjangkau khalayak yang telah
dipilih, tentunya sesuai dengan keterbatasan anggaran yang ada. Anggaran tersebut penting karena untuk mengetahui seberapa banyak
dana yang diperlukan dalam rangka membiayai suatu program atau kampanye humas. Selain itu, suatu anggaran humas memiliki unsur-
unsur atau pos-pos pengeluaran pokok antara lain tenaga kerja, biaya tetap, materi atau peralatan, dan kas kecil. Setelah itu penyusunan
anggaran humas sehingga total anggaran yang dikeluarkan jelas. Kemudian kalkulasi anggaran untuk departemen humas. Disajikan
dengan sebuah anggaran hipotetis untuk sebuah unit atau departemen humas yang menjadi bagian dari suatu perusahaan atau organisasi.
6. Pengukuran hasil kegiatan humas
Terdapat tiga hal terpenting berkenaan dengan pengukuran hasil. Pertama, teknik yang digunakan untuk mengenali situasi
seringkali dimanfaatkan guna mengevaluasi yang telah dicapai oleh segenap kegiatan humas yang telah dilakukan. Kedua, metode-metode
evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahap perencanaan.ketiga, setiap program humas harus memiliki tujuan yang pasti berupa target.
Setelah kampanye humas atau prgram humas usai dilaksanakan maka guna mengukur hasil bisa memanfaatkan tujuan sebagai suatu tolak
ukur atau bahan perbandingan.
20
F. Konsep Citra
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia KBBI citra mengandung arti gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,
organisasi atau produk. Citra atau image berkaitan erat dengan suatu penilaian, opini atau bahkan kepercayaan publik yang dijadikan sebagai
khalayak sasarannya. Citra di sini dapat berupa citra positif maupun citra negatif.
Dalam buku metode riset, citra dideskripsikan sebagai pandangan dari khalayak terhadap institusi. Citra dapat digambarkan sebagai sebuah
“mental pictures” yang terbentuk akibat adanya rangsangan atau stimulus yang diterima individu. Proses pembentukan citra pengalaman melalui
stimulus adalah sebagai berikut:
20
M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, Cet. Ke-1, h. 76.
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra
21
Stimulus Respon
Gambar tersebut menjelaskan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh khalayak merupakan hasil dari kepercayaan, informasi dan pengetahuan
yang diperoleh dari perusahaan, maka sikap merupakan dampak nyata dari pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dari
gambar tersebut bahwa stimulus yang diterima akan menghasilkan persepsi yang kemudian menghasilkan salah satu dari antara kognisi atau
motivasi yang berhubungan dengan timbal balik persepsi, dari kedua hal yang dihasilkan oleh persepsi, kognisi atau motivasi inilah yang kemudian
akan berhubungan timbal-balik dengan sikap yang pada akhirnya menghasilkan respon.
Humas digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang
diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya
dibutuhkan adanya penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai secara pasti sikap publik
terhadap lembaganya.
21
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 115.
Kognisi Persepsi
Sikap Motivasi
Untuk mengukur penilaian atau pengetahuan khalayak audience awareness terhadap objek tertentu melalui dengan memodifikasi “analisis
citra dan pengukuran tanggapan khalayak”, yang dikemukakan oleh C.E.Osgood, C.J. Suci P.H. Tannenbaum, dalam buku The
Measurement of Meaning 1957.
22
Gambar 2.2 Model Grid Analysis Citra Tanggapan Khalayak
23
Citra Baik
A B
Sangat Dikenal Kurang Dikenal D
C
Citra Buruk
Model Grid di atas, yaitu penjelasan dan analisisnya sebagai berikut: 1.
Poin A, merupakan grade citra perusahaan atau penilaian pelayanan dalam posisi yang ideal atau positif, dan dikenal sangat baik oleh semua
orang, pelanggan atau khalayak yang menjadi sasarannya.
22
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, Cet. Ke-5, h. 80,
23
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,.................h. 81.
2. Poin B, grade perusahaan atau pelayanan cukup positif, dan lembaga
bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh kalangan khalayak tertentu kurang dikenal.
3. Poin C, grade citra perusahaan atau penilaian terhadap pelayanannya
buruk. Tetapi lembaga yang bersangkutan kurang dikenal oleh semua orang atau khalayaknya.
4. Poin D, merupakan grade atau penilaian terhadap nama perusahaan
hingga tingkat pelayanannya sangat terkenal kurang baik, dan memiliki citra buruk dimata setiap orang atau khalayaknya.
Citra pada sebuah organisasi merupakan hasil dari kesan objektif. Citra dapat diukur melalui pendapat, ataupun kesan seseorang. Sehingga
citra yang baik dan citra yang buruk itu tergantung pada peran, tugas, dan fungsi seorang humas.
Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat
kehumasan. Pengertian citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau
buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik dan masyarakat luas pada umumnya.
24
Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat, kesan-kesan yang baik dan menguntungkan
terhadap suatu citra lembaga atau produk barang dan jasa pelayanannya
24
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo, 2002, Cet. Ke-4, h. 74.