G. Tinjauan Pustaka
Sebelum menyusun skripsi lebih lanjut, maka peneliti terlebih dahulu menelusuri penelitian skripsi yang sudah dilakukan di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta dan universitas lain. Maksudnya agar penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan
skripsi-skripsi sebelumnya dan adanya pemetaan perkembangan terhadap
penelitian. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut:
1.
Skripsi yang berjudul Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Dalam Membangun Citra Positif Lembaga.
Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Biro Humas KPK dan apa saja
langkah-langkah yang dilakukan oleh Biro Humas untuk membangun citra positif lembaga. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus yang
menyeret KPK seperti kasus korupsi yang secara tidak langsung menurunkan citra dan reputasi lembaga. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus. Pengumpulan data melalui penelitian pustaka,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa Biro Humas KPK telah menjalankan fungsi-fungsi
kehumasannya dengan baik yaitu sebagai fasilitator komunikator, fasilitator proses pemecahan masalah, teknisi komunikasi, membina
relationship, dan membentuk corporate image. Selain itu, peran biro humas sebagai pendukung atau sponsor dalam segala kegiatan yang
bertujuan dalam mendekatkan KPK dengan masyarakat. Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu pada objeknya saja. Skripsi Nurlaela ini
membahas tentang peran biro humas KPK dalam membangun citra positif.
17
2.
Skripsi dengan judul Peran Hubungan Masyarakat Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
Skripsi ini ingin melihat bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa Tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena pentingnya mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh
masyarakat Indonesia agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri setiap individu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa peran Humas seperti menjadi communicator, membina relationship, peranan back up management,
dan membentuk corporate image berjalan cukup baik. Ini terlihat pada kegiatan-kegiatan sosialisasi MPR RI dimana Pimpinan MPR RI dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR RI yang telah dibentuk. Perbedaan skripsi ini terletak pada objek dan tujuan. Skripsi kahfi ini menjelaskan peran
humas MPR RI dalam mensosialisasikan empat pilar bangsa.
18
3.
Skripsi yang berjudul Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Positif Kraton Surakarta Studi Deskriptif Tentang
Perbandingan Peran Humas Hangabehi dan Tedjowulan Dalam
17
Nurlaela, 1111051000085, Peran Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Dalam Membangun Citra Positif Lembaga,
Jakarta: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2015,
18
Mochammad Kahfi, 1110051000174, Peran Hubungan Masyarakat Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa, Jakarta: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2014.
Membangun Citra Positif Terkait Konflik Perebutan Kekuasaan 2 Raja.
Rumusan masalah ini yakni ingin mengetahui bagaimana peran Humas Keraton Surakarta, kubu Hangabehi dan Tedjowulan dalam
membangun citra positif Keraton Surakarta terkait dengan krisis internal Keraton Surakarta yang berupa perebutan kekuasaan antara 2
Raja. Ini dilatarbelakangi adanya permasalahan perebutan kekuasaan antara 2 raja ini yang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi
penilaian dan opini masyarakat terhadap Kerabat Keraton dan citra positif Keraton Surakarta secara keseluruhan. Di sini, peran public
relations sangat penting untuk menangani segala hal yang berkaitan dengan pihak lain di luar keraton. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan
observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa humas dari kedua raja berhasil menjalankan peran dan fungsi nya dalam menangani
masalah ini. Akan tetapi humas Tedjowulan berperan lebih aktif dalam membangun citra positif di tengah konflik. Sementara humas
Hangabehi lebih condong ke arah humas sebagai juru penerang kebudayaan. Yang membedakan skripsi peneliti dengan skripsi Retno
terletak pada objek saja. Skripsi ini membahas tentang peran public relation dalam membangun citra positif Kraton Surakarta.
19
19
Retno Wulandari, D0204100, Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Positif Kraton Surakarta Studi Deskriptif Tentang Perbandingan Peran Humas Hangabehi dan
Tedjowulan Dalam Membangun Citra Positif Terkait Konflik Perebutan Kekuasaan 2 Raja, Surakarta: Jurusan Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
Maret, 2009.