Peran Praktisi Humas Kementerian Agama Republik Indonesia

Dalam proses pelaksanaan peran, Praktisi Humas melakukan beberapa kegiatan dengan mengoptimalkan segala macam perangkat media untuk publikasi. Publikasi humas dilakukan melalui website, pembuatan majalah, konferensi pers, pers release, iklan layanan masyarakat, pelayanan informasi publik, mengadakan pameran, dan media sosial facebook, twitter. Praktisi Humas menggunakan website dalam hal publikasi. Praktisi Humas menghimpun berbagai bentuk publikasi hasil dari kebijakan maupun pelaksanaannya seperti berita, banner, text, buku, produk hukum, pedoman, paparan, dan sejenisnya. Dalam publikasi Praktisi Humas melibatkan satuan kerja di lingkungan kantor wilayah untuk menyumbangkan konten publikasi. Melakukan publikasi melalui media yang telah tersedia seperti website, dan papan pengumuman. Dengan kehadiran website Kementerian Agama ini tentu memudahkan Praktisi Humas dalam menyampaikan segala informasi tentang program dan kebijakan Kementerian Agama. Website Kementerian Agama sudah cukup efektif dan maksimal. Sebab informasi yang ada di website jelas dan up to date. Adanya website saat ini menjadi keharusan yang dimiliki oleh setiap lembaga atau organisasi. Gambar 4.4 Website Kementerian Agama 5 Praktisi Humas melakukan kegiatan berupa pembuatan majalah cetak dan majalah online. Menyusun dan menerbitkan majalah dinas secara berkala. Humas juga menentukan pokok yang menjadi isu dalam pemuatan berita di majalah. Gambar 4.5 Majalah Cetak Kementerian Agama “Ikhlas Beramal” 6 5 Diakses dari http:www.kemenag.go.id, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016, 6 Diakses dari Kemenag.go.idfilefcpl1402543109, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. Dalam produksi majalah, humas sangat memperhatikan apa yang menjadi tema dan konten majalah ini sehingga akan menarik minat si pembaca. Dari segi kontennya, saya melihat banyak hal-hal yang menginspirasi di dalamnya. Misalnya seperti cerita yang mengandung hikmah yang membuat si pembaca merasa tenang. Majalah ini cukup mengedukasi setiap orang yang membacanya. Majalah dinas ini akan didistribusikan kepada satuan kerja di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Keagamaan, dan pihak lain yang membutuhkan. Gambar 4.6 Majalah Online Kementerian Agama 7 Kegiatan publikasi humas lainnya dengan mengadakan konferensi pers. Dalam melaksanakan kegiatan konferensi pers Praktisi Humas Kementerian Agama mengundang dan mengkoordinasikan 7 Diakses haji.kemenag.go.idv2publikasimajalah, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. wartawan dari media cetak, online, dan tv. Waktu pelaksanaan konferensi pers disesuaikan dengan agenda pimpinan. Praktisi Humas mengkondisikan tema dan pertanyaan yang diajukan oleh wartawan pada saat konferensi pers. Gambar 4.7 Konferensi Pers Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH Reguler 8 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hadir dengan didampingi Dirjen PHU Abdul Djamil saat Konferensi Pers tentang Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH Reguler di Operational Room, Kantor Kementerian Agama pada Selasa 17 Mei 2016. Beberapa media juga hadir untuk meliput dalam acara tersebut. 8 Diakses dari http:balitbangdiklat.kemenag.go.idarsipberitamenag-humas-adalah- etalase-kementerian-agama.html, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016, Gambar 4.8 Konferensi Pers tentang rencana Perkemahan Rohis Siswa SMASMK Tingkat Nasional Tahun 2016 9 Pers release merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang humas. Pers release berupa tulisan seperti berita yang disampaikan kepada wartawan dengan tujuan mengumumkan atau mengklarifikasi atas isu tertentu. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian media massa untuk dipublikasikan. Praktisi Humas diperlukan mampu analisis isu strategis yang berkembang, terutama tema menarik sehingga patut menjadi perhatian. Bentuk feature release akan lebih menarik perhatian dan informatif bagi masyarakat dibandingkan full text. Ratna selaku Wartawan Republika menambahkan dalam pers release, Praktisi Humas Kementerian Agama mengetahui mana yang menarik atau tidak untuk media. Sehingga tidak jarang dalam pers release berita yang disampaikan itu dipublikasikan. Kemampuan 9 Diakses http:www.kemenag.go.idindex.php?a=fotoid=154419, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. Praktisi Humas dalam menulis berita, menulis feature juga dinilai sangat baik oleh wartawan karena tidak semua lembaga Kementerian dapat menulis feature. Ia juga menambahkan dengan adanya release wartawan merasa terbantu oleh Praktisi Humas untuk mendapatkan informasi yang menarik. Dalam membuat iklan layanan masyarakat, Praktisi Humas mengidentifikasi dan menganalisis isu strategis terkini lalu mengemas isu tersebut menjadi bahan bernilai jual di mata masyarakat. Mensosialisasikan program dan kebijakan strategi juga dapat melalui media iklan layanan masyarakat dengan menyiapkan tema, berita, dialog, iklan, dan gambar. Media iklan layanan masyarakat yang digunakan oleh Praktisi Humas antara lain website, koran, majalah, televisi, radio, online, media sosial, TV-Tron, baliho, bookletleaflet. Dalam dua tahun terakhir humas telah memasang iklan layanan masyarakat antara lain di Antaranews.com, Okezone, Republika, Gatra, Tempo, Inilah.com, NU online. Saat ini Kementerian Agama memiliki PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Hal tersebut implementasi dari UU No. 14 Tahun 2008 tentang KIP. PPID melaksanakan tugas- tugasnya antara lain memberikan layanan informasi publik, menerima pengaduan serta penyelesaian sengketa informasi publik. Rosidin menambahkan informasi yang ada di website dan PPID sudah utuh, maka permintaan informasi publik melalui meja secara fisik ke email, SMS, dan telepon jauh berkurang. Jadi jika masyarakat sudah mendapat informasi secara online, maka permintaan layanan informasi yang masuk melalui email, SMS, dan telepon itu berkurang. Gambar 4.10 PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Agama 10 Di dalam kolom PPID yang tercantum di website Kementerian Agama, terdapat iklan layanan masyarakat yang terpampang di sebelah kanan kolom. Selain itu, dalam pelayanan informasi publik terlihat berapa jumlah berita yang dikeluarkan perharinya dan berapa orang yang melihat dan mengakses kolom PPID tersebut. Dengan demikian sangat efektif untuk mengetahui sudah sejauh mana PPID ini memberikan pelayanan informasi dan mengetahui tingkat perkembangan penerimaan publik dari hari ke hari. Publikasi dilakukan Praktisi Humas juga dengan menyelenggarakan kegiatan yang bersifat nasional maupun provinsi 10 Diakses http:ppid.kemenag.go.id, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. yang dapat diikuti. Dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut Kementerian Agama mengkoordinasikan keikutsertaan dalam pameran atau kegiatan dari seluruh unit kerja, termasuk diantaranya penempatan dan dekorasi stand, penyediaan dan pengiriman bahan pameran, dan pembagian tugas jaga. Kegiatan pameran merupakan ajang publikasi yang baik. Pembukaan pameran dengan adanya upacara serta mengundang pejabat dan tokoh masyarakat sendiri akan mengundang kedatangan pers. Sehingga Praktisi Humas dapat memanfaatkan kegiatan pameran ini untuk memperoleh publisitas. Stand dan lokasi pameran juga dapat didesain menarik sehingga pengunjung yang datang lebih banyak. Selain itu, pelayanan dari kegiatan pameran Kementerian Agama ini harus sesuai dengan budaya lembaga seperti bersikap santun, ramah, komunikatif, dan lain-lain. Selaras dengan tugas Praktisi Humas menurut Cutlip, Center, dan Broom yakni mengadakan special event. Special event di sini Praktisi Humas menyelenggarakan pameran. Pameran atau kegiatan yang telah dilakukan oleh Kementerian Agama antara lain MTQ NasionalProvinsi, STQ NasionalProvinsi, pameran produk halal, pameran pendidikan, dan event nasionalprovinsi lainnya. Gambar 4.13 Stand Pameran Kementerian Agama dalam memperingati Hari Anti Korupsi se-Dunia 11 Media sosial merupakan media online yang cukup efektif untuk sosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat. Media sosial yang banyak digunakan oleh Kementerian Agama adalah facebook dan twitter. Praktisi Humas melakukan update secara rutin serta merespon secara cepat dari setiap pertanyaan yang masuk. Praktisi Humas dalam memanfaatkan media sosial facebook, twitter Kementerian Agama terlihat sangat aktif dan up to date. Didukung dengan pengikutnya yang semakin hari semakin bertambah. Saat ini jumlah pengikutnya ada 101 ribu. Jika ada yang bertanya atau berkomentar di media sosial ini humas akan merespon langsung. 11 Diakses http:www.kemenag.go.idindex.php?a=fotoid=69678, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016 Gambar 4.14 Twitter Kementerian Agama Kemenag_RI 12 Hubungan komunikasi yang terjalin dengan publik di media sosial juga terbilang cukup baik dan efektif. Begitupun dengan media sosial facebook yang dikelola oleh humas sangat efektif dan up to date. Segala informasi yang diberikan juga jelas. Sehingga segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh Kementerian Agama ini sifatnya terbuka dan transparan karena dapat diakses oleh publik. Saat ini publik berkomunikasi tidak lagi menuntut keduanya harus bertemu. Dengan adanya perkembangan media baru saat ini seseorang dalam melakukan komunikasi lebih cenderung melalui dunia maya yaitu internet kaarena dianggap cepat dan mudah. Begitupun yang dilakukan Praktisi Humas Kemenag dengan publiknya. 12 Diakses https:twitter.comKemenag_RI, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. Gambar 4.11 Facebook Kementerian Agama RI 13 Ratna sebagai informan 2 menambahkan Kementerian Agama memiliki pegawai humas yang melek teknologi dan mengetahui bagaimana caranya mengemas informasi yang baik di situswebsite juga di laman media sosial baik itu facebook, twitter, maupun media sosial lainnya. Belakangan ini Praktisi Humas juga main di info grafis. Sehingga apa yang telah dilakukan Kementerian Agama menjadi lebih terbuka dan transparan. 3. Membina relationship secara internal dan eksternal Selain mengoptimalkan segala macam perangkat media untuk publikasi, ada hal-hal yang harus dibenahi oleh Praktisi Humas terkait pendekatan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, Praktisi Humas harus mengembalikan rasa kepercayaan diri pegawai Kementerian Agama. Hal ini tidak mudah, karena pada posisi yang sudah sangat turun pasca krisis, seorang humas harus memberikan 13 Diakses https:www.facebook.comKementerianAgamaRI?ref=ts, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. kepercayaan diri kepada para pegawai ketika tampil di masyarakat. Dengan memberikan wajah baru Kementerian Agama berupa prestasi, penghargaan serta perubahan yang sedang dan akan dilakukan ini, Praktisi Humas didukung dengan publikasi melalui media baik secara online maupun media sosial. Publikasi tersebut haruslah semaksimal mungkin sehingga sedikit demi sedikit mengkikis pemahaman publik di masyarakat bahwa Kementerian Agama sudah lebih baik begitupun kinerja para pegawainya. Sedangkan secara eksternal Praktisi Humas melakukan pendekatan atau hubungan harmonis dengan beberapa lembaga seperti yang diungkapkan oleh informan 1 selaku Kepala Bidang Humas. “Pertama, Lembaga Pemerintah. Lembaga Pemerintah itu kita relatif lebih gampang menjalin hubungannya. Kebetulan dengan era sekarang ini lebih dikendalikan oleh Kominfo dan kita lebih mudah melakukannya. Sehingga ketika ada informasi di Kementerian Agama kita lempar ke Kominfo lalu Kominfo yang menyebarkan ke semuanya”. 14 Dapat dikatakan saat ini segala publikasi informasi Kementerian Agama kepada lembaga pemerintah disebarluaskan juga oleh lembaga Kominfo. Sehingga komunikasi informasi di setiap lembaga pemerintah akan lebih baik dan lebih kondusif. Kedua, Praktisi Humas juga melakukan hubungan dengan organisasi masyarakat. Di sini peran menteri sangat dibutuhkan upaya memperlancar hubungan baik dengan organisasi masyarakat di luar Kemenag. Sebagaimana yang dikatakan Rosidin selaku informan 1. 14 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, Wawancara Pribadi, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. “Nah kita kan punya ikon Kementerian Agama ada menteri, menteri ini kita dorong untuk bersilaturahmi ke ormas- ormas”. 15 Pendekatan yang dilakukan Praktisi Humas kepada organisasi masyarakat tidak hanya lembaga-lembaga keagamaan yang mayoritas saja. Seperti yang dikatakan informan 1. “...tetapi juga kepada organisasi masyarakat yang minoritas seperti Badui, Kaharingan, Kejawen, dan lain-lain. Pendekatan kepada organisasi non Islam juga kita lak ukan”. 16 Tidak dipungkiri bahwa Menteri Agama saat ini memiliki rasa kepedulian terhadap masyarakat. Ia juga memiliki profil yang baik. Tentu dengan hadirnya Lukman Hakim Saifuddin sangat membantu dalam mengembalikan citra dan kepercayaan publik terhadap lembaga Kementerian Agama. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2. “Kita ga bisa mengungkiri bahwa Lukman memiliki citra yang baik, dan Lukman mampu mengambil simpati publik. Lukman juga sangat melek gadget, dia main di twitter media sosial. Itu yang kemudian memacu Kemenag melalui humas juga memanfaatkan si medium itu”. 17 Pendekatan kepada lembaga-lembaga keagamaan inilah yang pertama dilakukan oleh Kementerian Agama. Hal ini didasarkan pada asumsi dasar bahwa negara Indonesia meskipun bukan negara agama tetapi warganya yang religius. Pendekatan itu bisa secara personal, kelompok, maupun organisasi yang mereka gunakan. 15 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, Wawancara Pribadi, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. 16 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, Wawancara Pribadi, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. 17 Ratna Puspita, Wartawan, Republika, Wawancara Pribadi, pada Jumat tanggal 29 April 2016. Selain melakukan hubungan dan pendekatan kepada lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat, Praktisi Humas melakukan hubungan dan pendekatan juga ke berbagai media. Pendekatan kepada media dengan melaksanakan visit media. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 visit media ke Kompas, TVONE, MNC itu sudah dilakukan. Visit media ini dilakukan untuk membina hubungan harmonis antara Kementerian Agama dengan media. Tentu fungsi media massa ini tidak akan terlepas dari kegiatan seorang humas. Humas dengan wartawan memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Dalam arti Praktisi Humas memberikan pelayanan informasi kepada wartawan, begitu pula wartawan merasa terbantu dalam melaksanakan tugasnya untuk mendapatkan informasi di Kementerian Agama. “Karena Praktisi Humas sangat helpfull untuk akses data ke narasumber kemudian menghubungkan saya dengan orang- orang bahkan bantuin “colekin” sampai ke batas itu”. 18 Bagi seorang humas tentu saja penting juga memiliki kemampuan membangun dan menjaga hubungan personal dengan wartawan yang bersangkutan. Karena hubungan personal dengan wartawan juga bisa menjadi penentu baik buruknya hubungan perusahaan dengan media massa. Kemampuan menjalin hubungan interpersonal tersebut sangat menunjang berjalan baiknya kegiatan media relations. 18 Ratna Puspita, Wartawan, Republika, Wawancara Pribadi, pada Jumat tanggal 29 April 2016. “Karena yang penting kan hubungan humas sama wartawan itu di soal hubungan personal ya bukan cuma hubungan profesional. Tapi kadang yang dilupakan oleh humas adalah hubungan personal itu. Meski demikian, kita tetap saling menghargai. Akhirnya yang dibangun adalah dia bukan sebagai sekedar humas buat saya, saya juga bukan sekedar wartawan bagi dia. Ada silaturahim yang harus dijaga. Kalau pertemanan itu kan bukan pas butuh doang dia ada.” 19 Dalam hal ini Praktisi Humas melakukan kegiatan yaitu melakukan hubungan atau pendekatan oleh media. Berhadapan dengan media harus berhati-hati, karena tidak semua media massa berpihak kepada pemerintah. Meskipun demikian, perlu dibangun hubungan simbiosis mutualisme antara pemerintah dan media. humas harus menyampaikan informasi yang sejelas mungkin kepada wartawan, meski akhirnya berita yang terbit sangat jauh dari harapan. Karena setiap arah pemberitaan media itu berbeda-beda. Sehingga hasil berita yang mereka publikasikan bisa berupa positif dan negatif. Dalam perkembangannya media massa berwujud dalam media cetak Koran, majalah, bulletin dan media elektronik TV, radio dan media online internet. Dari berbagai macam media massa tersebut mempunyai ciri khas masing-masing baik dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berbeda dari masing-masing media massa. Pendekatan yang dilakukan oleh Kementerian Agama kepada media massa, antara lain: 19 Ratna Puspita, Wartawan, Republika, Wawancara Pribadi, pada Jumat tanggal 29 April 2016. a. Pimpinan melakukan visit media Kompas, TVOne, MNC, Harian Waspada Medan b. Mengundang wartawan dalam berbagai acara dengan pimpinan. c. Memasang iklan layanan masyarakat di media Koran, Majalah, Online, TV seperti Antaranews.com, Okezone, Republika, Gatra, Tempo, Inilah.com, NU online. d. Mengajak wartawan untuk berdiskusi terkait dengan isu strategis. Praktisi Humas menyelenggarakan FGD Focus Group Discussion dengan mengajak wartawan membahas isu tertentu dan untuk menerima masukan-masukan dari para wartawan. Selain itu, Praktisi Humas memberikan fasilitas kepada wartawan untuk akses informasi dan menulis berita seperti media center yang ada di Kementerian Agama yang ada saat ini. Gambar 4.9 Menag saat berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Waspada Medan 20 20 Diakses http:www.kemenag.go.idindex.php?a=fotoid=159172, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. Poin terakhir Praktisi Humas melakukan hubungan dan pendekatan kepada publik. Tentu tidaklah mudah, publik dengan jumlah yang begitu banyak dengan berbagai macam latar belakang dan karakteristik humas dituntut untuk dapat membina hubungan yang harmonis. Pendekatan ini dilakukan dengan cara memberikan informasi semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang dibutuhkan publik. “...Informasi yang paling dibutuhkan publik tentang nikah dan haji. Ini yang paling banyak dibutuhkan. Jadi kita sudah mempunyai isu- isu prioritas”. 21 Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 tentang informasi nikah dan haji. Saat ini nikah itu gratis kalau nikahnya di KUA. Ini yang harus diketahui Kalau nikahnya di rumah tetap harus membayar. Pembayaran harus melalui bank tidak langsung kepada penghulu. Informasi semacam inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Yang kedua masalah haji yang paling dibutuhkan oleh masyarakat kan itu besarnya biaya haji dan waktu keberangkatan. Dua tahun terakhir ini humas sudah memberikan kemudahan untuk menjawab itu semua. Calon jemaah haji tinggal mengisi nomor porsi di kolom website Kementerian Agama lalu muncullah informasi terkait besarnya biaya dan waktu keberangkatan haji. 21 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. Gambar 4.1 Kolom nomor porsi haji 22 Melihat beberapa pertanyaan dari calon jamaah haji ada beberapa yang berkomentar bahwa kolom untuk mengisi nomor porsi haji itu belum dapat digunakan dan sistemnya juga suka eror. Oleh karena itu, jawaban-jawaban yang diberikan kepada calon jamaah haji mengenai waktu keberangkatan masih tertunda. Dengan adanya user experience public humas menjadi mudah dalam mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan oleh publik. Isu-isu prioritas inilah yang Praktisi Humas dahulukan agar pelayanan informasi kepada publik berjalan dengan baik begitupun publik merasa puas dengan informasi yang diberikan oleh Praktisi Humas Kementerian Agama. 22 Diakses http:haji.kemenag.go.idv2, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. Gambar 4.2 Kuis harapan publik 23 Salah satu upaya Praktisi Humas untuk melakukan pendekatan dengan publik adalah mengadakan kuis untuk Kemenag yang lebih baik lagi. Hal tersebut mendapat feedback yang baik dari publik. Peran media sosial facebook, twitter di sini sangat membantu dalam upaya pendekatan kepada publik. Gambar 4.3 Harapan Adi Mansur murytech terhadap Kementerian Agama 24 23 Diakses https:www.facebook.comKementerianAgamaRI?ref=ts, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. 24 Diakses https:twitter.comKemenag_RI, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016, 4. Analisis media Seperti yang dikatakan oleh Rosidin selaku Kepala Bidang Humas sebagai informan 1 terkait analisis media bahwa: “Dalam menganalisis media berarti humas ingin mengetahui atau mencari arah pemberitaan suatu media. Arah pemberitaan media sendiri bisa positif dan negatif”. 25 Ketika Kementerian Agama mengadakan sosialisasi terkait program dan kebijakan tentu informasi ini akan disampaikan dan ditangkap oleh media. Pemahaman media atau wartawan dalam menangkap sebuah isu baik isu Kementerian Agama atau isu lainnya itu terbatas. Arah pemberitaan yang positif berarti wartawan atau media dalam memahami sebuah isu tersebut sudah benar selaras apa yang diinformasikan oleh Praktisi Humas Kementerian Agama. Sebaliknya jika wartawan atau media arah pemberitaannya cenderung negatif, pemahaman terhadap isu tersebut kurang dan bisa jadi tidak utuh. Ini yang menjadi asumsi dasar humas bahwa wartawan atau media pemahaman wartawan terhadap suatu isu bisa jadi itu tidak utuh. Praktisi Humas harus banyak melakukan inside kepada wartawan dalam menghadapi hal yang demikian itu. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 bahwa terkadang media sudah memiliki agenda setting dalam pemberitaannya. Selain itu, media tertentu juga lebih mencari nilai berita untuk dijual sehingga seringkali pemberitaannya ini menyimpang. Dalam menghadapi persoalan tersebut Praktisi Humas bekerjasama dengan menteri untuk 25 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. melakukan pendekatan kepada media. Dengan adanya analisis media ini Praktisi Humas Kementerian Agama mengetahui media mana yang pro dan kontra terhadap Kementerian Agama. “Setiap hari kita melakukan analisis kita menggrab sejauh ini baru ada 90 media yang kita grab. Ada 25 cetak, ada 10 tv dan sisanya online. Online lebih mendominasi karena kan cepat”. 26 Ia juga menambahkan pemantauan dan analisis media dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan dengan melihat isu- isu yang mencuat, berita negatif dan narasumber internal maupun eksternal. Analisis dilakukan dengan kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif merangkum jumlah berita berdasarkan media, narasumber, tone, dan kategori tata kelola, haji, pendidikan, kerukunan, dan kehidupan beragama. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui kepentingan media, arah pihak yang berseberangan dengan Kementerian Agama, dan kebijakan redaksional yang tidak bebas dan independen. Peran yang telah dilakukan oleh Praktisi Humas merupakan upaya untuk tercapainya sebuah citra yang baik di mata publik. Citra merupakan refleksi dari informasi dan pelayanan sebuah lembaga yang diterima oleh masyarakat atau publik. Citra juga berpengaruh pada tingkat penerimaan masyarakat terhadap segala strategi, program, dan kebijakan yang dilakukan lembaga maupun pemerintah. 26 Rosidin, Kepala Bidang Humas, Kementerian Agama Republik Indonesia, pada Senin tanggal 16 Mei 2016. Menurut Rosidin faktor utama pembentuk citra pemerintahan dalam hal pelayanan publik adalah jika pelayanannya baik. Jadi, lembaga pemerintah dikatakan baik apabila telah memberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada publik. Ia juga menambahkan strategi yang dilakukan dalam membangun citra positif antara lain pada tahun 2016 ini Kementerian Agama mensosialisasikan takeline yang baru yaitu “bersih melayani”. Sedangkan takeline 5 nilai budaya kerja Kementerian Agama itu di tahun sebelumnya yakni tahun 2015. Takeline 5 nilai budaya kerja itu upaya untuk mengangkat rasa percaya diri dan integritas dari masing- masing pegawai di Kementerian Agama yang sebelumnya sempat mengalami krisis organisasi. Di akhir tahun 2015 tingkat kepercayaan publik terhadap Kemenag mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dan di tahun 2016, Kementerian Agama mensosialisasikan takeline yang baru yaitu “bersih melayani”. Takeline “bersih melayani” berarti Kementerian Agama senantiasa memberikan pelayanan yang sehat dan baik yang bebas dari korupsi sesuai dengan apa yang dibutuhkan publik. Selain itu juga dalam rangka mengembalikan dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian Agama dalam memperbaiki citra positif. Sebagai pendukung dalam pelaksanaan peran, Praktisi Humas melakukan beberapa Kegiatan di atas yang dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap, dan tanggapan yang lebih baik dari publik terhadap program, kebijakan, tindakan, atau suatu organisasi secara keseluruhan. Dengan mengubah hal yang negatif menjadi hal yang positif. Dalam kehumasan pemerintah dengan memperbaiki dan memberikan pelayanan yang baik dan maksimal merupakan upaya terciptanya rasa pengertian dan penerimaan publik. Setelah kegiatan dilakukan, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan evaluasi dari setiap kegiatan. Hal ini ditujukan agar Praktisi Humas Kementerian Agama dapat mengetahui seberapa besar kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan seberapa besar penerimaan publik terhadap kegiatan humas. Evaluasi penting dilakukan karena hasil evaluasi digunakan sebagai acuan langkah ke depan dalam merencanakan sebuah program kegiatan dan dapat diterima oleh publik. Tujuan utama humas dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan kognisi, afeksi, dan perilaku komunikannyapsikomotoris. Aspek kognisi yakni terpelihara dan terbentuknya rasa saling pengertian. Aspek afeksi yakni menjaga dan membentuk rasa saling percaya. Sedangkan aspek psikomotoris adalah memelihara dan menciptakan kerja sama. 27 27 Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarakat, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2002, Cet. 1, Hal. 20.

B. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Praktisi Humas Dalam

Membangun Citra Positif Lembaga 1. Tersendatnya aliran informasi dari unit teknis ke satu pintu Humas Menurut Rosidin selaku Kepala Bidang Humas bahwa hambatan yang utama dalam menjaga citra positif Kementerian Agama adalah tersendatnya aliran informasi dari unit teknis ke satu pintu. Humas merupakan pintu utama yang kemudian informasi itu akan diberikan kepada masyarakat. Sebelum informasi itu keluar ke masyarakat, di pintu humas pasti banyak sekali data dan informasi yang harus dilakukan. Akan tetapi, di pintu humas ini masih banyak aliran informasi yang belum lancar sehingga informasi yang keluar ke publik menjadi tersendat. Hambatan seperti ini menjadi tugas berat dari humas akan melancarkan informasi yang ada di dalamnya sehingga nantinya informasi dapat keluar dengan baik. 2. Lambatnya jawaban yang diberikan tim teknis atas masukan dan keluhan publik Selain hambatan tersendatnya aliran informasi dari unit teknis ke satu pintu terdapat hambatan lain yang dihadapi oleh Praktisi Humas. Hambatan kedua yakni ketika Praktisi Humas menerima masukan atau komplen atau keluhan dari publik, beberapa masukan atau masalah tersebut humas tidak bisa merespon atau menangani langsung. Hal ini terjadi karena jawaban yang harus diberikan ke publik tidak bisa humas tangani langsung karena harus dijawab oleh tim teknis. Sehingga humas harus menyampaikan terlebih dahulu ke tim teknis untuk menjawabnya dan dalam prosesnya diperlukan waktu yang cukup lama. Sehingga menjadi terhambat dan jawaban yang diberikan tidak langsung dan tepat waktu kepada publik. 3. Terbatasnya staf humas Menurut Ratna selaku wartawan, hambatan yang dihadapi oleh Humas Kementerian Agama ini adalah terbatasnya staf humas. “Mungkin butuh lebih banyak orang. Karena gini, di humas itu butuh banyak orang, yang menguasai menulis dan kemudian membagikan itu ke media sosial. ” 28 Ia juga menambahkan bahwa kementerian lain memiliki konsultan di humas atau mereka kerja sama dengan EO tertentu. Tetapi untuk Kementerian Agama ini belum ada. Beberapa staf Humas Kemenag memiliki personel yang mampu menulis berita, menulis feature, dan ada personel yang mampu analisis. Tetapi dengan terbatasnya staf humas beberapa staf menjalankan tugasnya itu masih terlalu banyak. Rosidin juga menambahkan memang kapasitas seorang staf humas itu terbatas. 4. Terbatasnya narasumber pemberitaan media Melihat berita yang terdapat website Kementerian Agama di media-media saat ini narasumber pemberitaan masih didominasi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Rudi Subiyantoro selaku Kepala Informasi dan Humas. 28 Ratna Puspita, Wartawan, Republika, Kementerian Agama Republik Indonesia, pada Jumat tanggal 29 April 2016. Rudi Subiyantoro selaku Kepala Pusat Informasi dan Humas saat mempresentasikan hasil monitoring dan analisis media pada triwulan pertama tahun 2016 mengungkapkan bahwa perlunya pelatihan komunikasi khusus bagi para pejabat di lingkup Kementerian Agama untuk menjadi narasumber media. Karena saat ini narasumber masih didominasi oleh Menteri Agama. Gambar 4.16 Kegiatan Seminar Hasil Analisis Media Apa Kata Media tentang Kementerian Agama 29 Menjadi narasumber dari sebuah pemberitaan bukanlah hal yang mudah. Seseorang harus mengetahui segala isu yang sedang berkembang, informasi, kebijakan, dan program atau kegiatan yang dilakukan oleh sebuah lembaga khususnya Kementerian Agama. Dengan demikian informasi yang disampaikan kepada media benar. Selain itu profesionalitas sebagai narasumber sangat dibutuhkan. 29 Diakses http:balitbangdiklat.kemenag.go.idarsipberitamenag-humas-adalah-etalase- kementerian-agama.html, Diunduh pada Selasa tanggal 07 Juni 2016. 5. Kepentingan media yang berbeda-beda Tak jarang, media-media tertentu lebih mencari nilai berita untuk dijual sehingga seringkali pemberitaannya ini menyimpang. Selain itu karena beberapa media memiliki agenda setting. Hal tersebut mempengaruhi arah pemberitaan media tentang Kementerian Agama menjadi negatif. Dalam menghadapi persoalan di atas, pendekatan kepada media inilah yang menjadi solusi bagi Praktisi Humas Kementerian Agama. Selain itu, dengan adanya analisis media humas mengetahui media mana yang pro dan kontra kepada Kementerian Agama.

C. Citra Kementerian Agama Republik Indonesia

Kementerian Agama RI sebagai lembaga pemerintah yang membutuhkan kepercayaan publik harus memiliki citra dan reputasi yang baik. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat melihat bahwa Kementerian Agama sebagai lembaga yang membawa nama agama melakukan tugas dan kewajibannya menggunakan nilai-nilai keagamaan. Hal ini pulalah yang menuntut Kementerian Agama RI memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Gambaran citra Kementerian Agama menurut Rosidin merupakan gambaran yang ada di media. Namun, ia menganggap isi penggambaran Kemenag yang ada di media tidak selamanya benar. Pemberitaan yang muncul di media dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu waktu, jumlah kolom, framing media, agenda setting media, sehingga tidak memberitakan mengenai Kemenag secara utuh. Pemberitaan yang tidak