5. Kepentingan media yang berbeda-beda
Tak jarang, media-media tertentu lebih mencari nilai berita untuk dijual sehingga seringkali pemberitaannya ini menyimpang.
Selain itu karena beberapa media memiliki agenda setting. Hal tersebut mempengaruhi arah pemberitaan media tentang Kementerian Agama
menjadi negatif. Dalam menghadapi persoalan di atas, pendekatan kepada media inilah yang menjadi solusi bagi Praktisi Humas
Kementerian Agama. Selain itu, dengan adanya analisis media humas mengetahui media mana yang pro dan kontra kepada Kementerian
Agama.
C. Citra Kementerian Agama Republik Indonesia
Kementerian Agama RI sebagai lembaga pemerintah yang membutuhkan kepercayaan publik harus memiliki citra dan reputasi yang
baik. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat melihat bahwa Kementerian Agama sebagai lembaga yang membawa nama agama
melakukan tugas dan kewajibannya menggunakan nilai-nilai keagamaan. Hal ini pulalah yang menuntut Kementerian Agama RI memiliki citra yang
baik di mata masyarakat. Gambaran citra Kementerian Agama menurut Rosidin merupakan
gambaran yang ada di media. Namun, ia menganggap isi penggambaran Kemenag yang ada di media tidak selamanya benar. Pemberitaan yang
muncul di media dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu waktu, jumlah kolom, framing media, agenda setting media, sehingga tidak
memberitakan mengenai Kemenag secara utuh. Pemberitaan yang tidak
utuh ini yang menjadikan memberitakan dengan persepektif yang berbeda- beda. Dari berbagai perspektif inilah yang nantinya bisa merugikan karena
media bisa menggambarkan hal-hal yang tidak seharusnya. Ia juga menambahkan bahwa citra Kementerian Agama saat ini
sudah baik. Sebagaimana survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei itu baik kinerja para pegawai maupun lembaga Kementerian Agama
itu dipandang baik oleh masyarakat. Salah satunya hasil survei publik Lembaga Survei Indonesia LSI terhadap Kinerja Kabinet Jokowi-JK
pada awal 2015, menempatkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebagai menteri dari Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Masyarakat PMK dengan kinerja yang paling memenuhi harapan dengan menduduki inilai 48,4. Persentasi ini berada pada tingkatan teratas dari
delapan menteri yang masuk dalam kategori ini. Disusul oleh Menteri Sosial 48,3, Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah
47,5, Menteri Kesehatan 43,5, Menteri Pemuda dan Olah Raga 37,7, Menteri Riset, teknologi, dan Pendidikan Tinggi 36,45,
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 36,2, dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
33,4. Akan tetapi, di tingkat kabinetmenteri, mayoritas warga tidak
mengetahui kinerja mereka. Hanya kinerja Menteri Kelautan yang dianggap mayoritas publik 61 memenuhi harapan. Untuk tiga menteri,
Menteri Agama, Menteri Sosial, dan Menteri Diknas, hampir separuh 47- 48 mengatakan bahwa kinerja mereka memenuhi harapan. Sisanya,
publik yang menganggap kinerja menteri sesuai harapan jumlahnya di bawah 40, demikian disebutkan dalam temuan Survei LSI tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian khalayak atau pengetahuan khalayak terhadap kinerja dan lembaga Kementerian Agama cukup baik
karena Kementerian Agama memiliki grade atau pelayanan yang cukup positif. Selain itu, lembaga Kementerian Agama ini disukai dan dikenal
oleh khalayak tertentu. Selain lembaga survei menempatkan Lukman Hakim Saifuddin
sebagai menteri kabinet kerja yang berkinerja baik, tahun 2015 dapat dikatakan sebagai tahun prestasi bagi Kementerian Agama. Prestasi yang
telah diraih diantaranya penghargaan yang telah diberikan oleh Pemerintah RI atas keberhasilan Kementerian Agama menyusun dan menyajikan
laporan keuangan 2014 dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan laporan keuangan pemerintah. Selanjutnya, penghargaan akuntabilitas
kinerja dari MENPAN dan RB berupa predikat nilai B untuk penilaian akuntabilitas kinerja Kemenag tahun 2014. Setelah sebelumnya selalu
mendapat nilai CC. Lalu Kemenag mendapatkan penghargaan e-PUPNS. Selain itu, menurut informan 2 saat ini citra Kementerian Agama
sudah cukup baik dibandingkan dengan citra yang ada sebelumnya. Perkembangan itu juga terlihat dari adanya survei tentang persepsi publik
terhadap kementerian. Kementerian Agama termasuk yang dinilai baik. Itu artinya karena faktor Lukman dan Humas Kemenag memang sangat
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kemudian melibatkan orang.
Dan memang Praktisi Humas Kemenag menjalin hubungan sangat baik dengan para wartawan.
Ia menambahkan walaupun demikian, ada hal yang masih harus dibenahi oleh Kementerian Agama. Saat ini Kementerian Agama sudah
melakukan banyak perubahan jauh lebih dari sebelumnya pada dua tahun yang lalu. Sekarang ini Kementerian Agama menjadi lebih transparan dan
lebih terbuka sehingga masyarakat mengetahui apa saja yang dilakukan oleh Kementerian Agama.
Citra sebuah organisasi tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang ditempuh sehingga komunikasi
dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mendapatkan citra perusahaan yang positif.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Praktisi Humas Kementerian Agama RI melaksanakan perannya sebagai communication technician atau sebagai pelaksana komunikasi
antara lembaga atau organisasi dengan publiknya. Peran sebagai pelaksana komunikasi juga disebut dengan communicator sebagai penghubung
antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Praktisi Humas melakukan kegiatan komunikasi yang baik dengan pihak internal
maupun eksternal.
Komunikasi dilakukan
baik melalui
media cetakelektronik dan lisan atau tatap muka dan sebagainya. Tidak hanya
teori humas secara umum yang mengatakan bahwa peran Praktisi Humas menyampaikan informasi tentang segala program, kegiatan, kebijakan, dan
tindakan yang dilakukan oleh suatu lembaga, namun konsep humas