Hubungan Keagamaan di Perbatasan Desa Jungjang dengan

sore hari, agar pagi harinya umat Islam dapat melaksanakan shalat Idul Fitri dengan khusyu, tanpa terdengar suara lonceng Gereja. 17 Kemudian kedua tokoh agama tersebut secara proaktif mengadakan kumpulan pada Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Cirebon guna membahas kegiatan-kegiatan yang mempererat kerukunan di antara keduanya. 18 Tokoh Agama Kristen Desa Jungjang, Steve Mardianto menjelaskan bahwa hubungan antar pemeluk agama di perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun berjalan sangat baik. Pimpinan jemaat Gereja Bethel Indonesia ini mengatakan bahwa hubungan baik tersebut dapat dilihat dari rasa saling melindungi dan menjaga satu sama lain, seperti ketika terjadi peristiwa isu penculikan para Kyai secara besar- besaran di berbagai daerah di Indonesia pada tahun 1998 yang dikenal dengan peristiwa NINJA. Peristiwa tersebut adalah tragedi pembantaian para pemuka agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang berpakaian serba hitam seperti NINJA. Pada saat itu para tokoh dan seluruh warga desa perbatasan Jungjang dan Arjawinagun Kecamatan Arjawinangun baik Kristen maupun Islam bahu membahu menjaga dan melindungi para kyai setempat dari ancaman NINJA. Mereka membentuk beberapa kelompok, untuk saling melindungi dan silih berganti menjaga keamanan tokoh Islam tersebut pada saat itu. 19 17 Wawancara Pribadi dengan Sukanta, Jungjang, 5 Januari 2016. 18 Wawancara Pribadi dengan Mursana, Cirebon, 11 Maret 2016. 19 Wawancara Pribadi dengan pendeta Steve Mardianto, Jungjang , 3 Januari 2016. Tidak berbeda jauh dengan Sukanta dan Steve Mardianto, tokoh MUI yaitu Mukhlisin Muzari juga menjelaskan bahwa dalam hal interaksi sosial kemanusiaan, mereka saling bahu-membahu membangun kebersamaan, dan membantu sesama jika ada di antara mereka mengalami kesusahan. Hal ini bisa dilihat ketika non-muslim mengadakan kegiatan sosial maka umat Islam ikut berpartisipasi begitu juga sebaliknya. Kegiatan interaksi sehari-hari tidak mempermasalahkan ras, suku dan agama. Namun, jika kegiatan tersebut menyangkut ritual keagamaan, mereka hanya sebatas menghormati tanpa ikut andil di dalamnya .” 20

c. Interaksi Masyarakat dalam Bidang Politik

Mempelajari tindakan individu, atau warga negara dalam sistem politik berarti mengamati partisipasinya dalam politik. Sejauh mana peningkatan atau hambatan, mengingat ada kesamaan makna antara partisipasi politik dengan mobilisasi politik oleh golongan elite demi kepentingannya. Partisipasi politik menurut guru besar ilmu politik, Myron Weiner, adalah usaha terorganisasi oleh warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk serta jalannya kebijaksanaan umum. Partisipasi politik tersebut banyak ditentukan oleh sistem politik, dan terutama oleh elite pemerintah yang sering terlalu khawatir akan hancurnya nilai-nilai kepentingan pribadi. 21 Ciri-ciri negara yang kurang dalam memahami arti partisipasi politik menurut Myron Weiner, antara lain, yaitu tidak menghendaki 20 Wawancara Pribadi dengan Muhlisin Muzari, Jungjang, 10 Maret 2016. 21 Munandar, Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar : Teori dan Konsep Ilmu Sosial Bandung: PT Eresco, 1993, h. 211. adanya partai oposisi, mengutamakan adanya partai kader elitis, keanggotaan hanya bersifat formal, pers sering dilarang, universitas dibatasi, juga hal lain yang menyangkut agama, suku, dan golongan yang bersifat minoritas. Hal ini merupakan akibat dari ketidakmampuan bersatu dalam masyarakat politik yang menurut Clifford Geertz perlu memperhatikan ikatan-ikatan primordial, 22 seperti kesukuan, bahasa, kedaerahan, agama, dan kebiasaan. Kesemuanya itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembinaan suatu masyarakat politik serta kewarga negaraan. 23 Dalam kaitannya sebagai warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah, warga di dua desa tersebut mendapatkan haknya dalam pelayanan tanpa dibedakan statusnya dari segi agama, semua dilayani sama, dengan sebaik mungkin. Kemudian, dalam partisipasinya sebagai warga negara dalam pemilihan umum, mereka mendapatkan hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Warga di Desa Jungjang dan Arjawinangun tidak membedakan status agama dalam pemilihan kepala desa ataupun pegawai pemerintahan. Meskipun sampai saat ini, Desa Jungjang maupun Desa Arjawinangun belum pernah dipimpin oleh seorang warga yang beragama Kristen, namun demikian beberapa jabatan strategis seperti Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM dan seksi kesehatan desa 22 Munandar, Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar : Teori dan Konsep Ilmu Sosial, h. 211. 23 Munandar, Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar : Teori dan Konsep Ilmu Sosial, h. 212. Jungjang, diduduki oleh Sumantri dan David Mardiyanto yang keduanya beragama Kristen. Sementara di Desa Arjawinangun, menurut Abdul Nasir, Kaur Keuangan desa setempat, mengatakan bahwa , “Mekipun dipimpin oleh orang-orang yang beragama Islam, namun dapat dijamin tidak ada diskriminasi terhadap warga nonmuslim dalam pelayanan apapun.” 24

d. Interaksi Masyarakat dalam Bidang Budaya

Kata kebudayaan dalam Bahasa Belanda yaitu cultuur, dan dalam Bahasa Inggris istilah kebudayaan mengunakan kata culture, sedangkan dalam Bahasa Arab menggunakan kata tsaqafah. Secara akar kata, kata culture berasal dari perkataan Latin “Colore” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti kata culture mengalami perkembangan yang maknanya menjadi sebagai segala daya dan aktivitas manusia dalam mengolah dan mengubah alam. 25 Sedangkan jika ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta “Budhayah” yakni bentuk jamak dari budhi yang berarti baik atau akal, jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia mencari kesempurnaan hidup. Kebudayaan dibagi menjadi dua jenis, yang pertama yaitu kebudayaan materi seperti hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau barang-barang atau alat-alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik- 24 Wawancara Pribadi dengan Abdul Nasir, 5 Januari 2016. 25 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991, h. 50. pabrik, jalan-jalan, rumah-rumah, alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, mesin-mesin dan sebagainya. Sedangkan yang kedua yaitu kebudayaan nonmateri, seperti, hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adatistiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya. 26 Istilah kebudayaan dalam arti yang luas adalah terdiri dari produk- produk tindakan dan interaksi manusia, termasuk karya cipta manusia berupa materi, selain itu kebudayaan nonmateri merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan-kemampuan dan tata cara lainnya yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. 27 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam arti yang utuh. Karena kepada ketiga unsur inilah kehidupan mahkluk sosial berlangsung. Masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada manusia karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat. Yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak. Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat kemanusiaannya yaitu mencapai 26 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, h. 51. 27 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Bandung: PT Eresco, 1986, h. 39. kebudayaan. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan. 28 Salah satu wujud kerukunan umat beragama yang diliputi dengan budaya di daerah perbatasan Jungjang dengan Arjawinangun adalah pernah diadakannya peringatan Mauludan dan Rajaban yang dimeriahkan oleh pertunjukan Barongsai, itu merupakan bentuk saling menghargai dari umat Islam di sana dan suatu wujud dalam mengakui kebudayaan etnis Tionghoa yang menganut agama Kristen .” 29

C. Model-model Kerukunan di Perbatasan Desa Jungjang dan Desa

Arjawinangun Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa kerukunan yang terjadi di wilayah perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun adalah kerukunan yang diusahakan dalam masyarakat. Maka, dapat disimpulkan bahwa model kerukunan di wilayah tersebut masuk ke dalam kategori kerukunan aktif, adalah keadaan saling mengenal satu sama lain dengan cara berinteraksi, berkomunikasi, dan berdialog, lalu terwujud usaha- usaha bersama yang konkret dalam bidang kemanusiaan dan sosial- kemasyarakatan. 30 28 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, h. 53. 29 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Abdullah, Arjawinangun, 6 Januari 2016. 30 Media Zainul Bahri, Membangun Kerukunan Umat Beragama Sebuah Pengantar Ciputat: HIPIUS, t.t, h. 11. Berikut ini beberapa kegiatan warga Desa Jungjang dan warga Desa Arjawinangun dalam menjaga kondisi harmonis dalam kehidupan sehari-hari yang dimuat ke dalam sebuah tabel; Tabel 4.1 : Kegiatan keberagamaan di perbatasan Jungjang dan Arjawinangun NO Kegiatan Keberagamaan Islam Kristen 1. Memberikan parcel pada saat hari raya   2. Saling mengucapkan selamat pada saat hari raya Natal dan Idul fitri   3. Saling menjaga keamanan pada saat hari raya   4. Saling menjaga keamanan saat menjelang hari-hari besar keagamaan   5. Jika umat muslim mengadakan tahlilan warga non muslim juga hadir  6. Peringatan hari-hari besar keagamaan   7. Saling kerja sama dalam membangun rumah ibadah   8. Di dalam satu rumahkeluarga berbeda agama  Lebih lanjut, bukti bahwa kerukunan di wilayah Jungjang dan Arjawinangun masuk ke dalam kategori model kerukunan aktif adalah peran kedua tokoh agama tersebut dalam mengingatkan umatnya untuk menjaga kerukunan. Menurut keterangan tokoh agama Kristen, Steve Mardianto, ia selalu memberikan ceramah di setiap khutbahnya untuk mengingatkan jemaatnya agar selalu menjaga keharmonisan dan kerukunan yang sudah terjalin sekian lama. Begitu juga keterangan yang sama disampaikan oleh tokoh agama Islam, Taufiq Abdullah, ia mengatakan bahwa ia selalu menghimbau agar dalam berinteraksi harus menghormati dengan orang yang berbeda keyakinan, karena dalam urusan agama, 31 lakum dinukum waliyadin, untukmu agamamu, dan untukulah agamaku ” 32

D. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan yang terjadi di suatu wilayah tidak begitu saja terjadi tanpa adanya alasan yang melatarbelakangi. Penulis akan memaparkan faktor yang mempengaruhi terjadinya kerukunan umat beragama di wilayah perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun. Faktor-faktor tersebut di antaranya; 1. Hubungan Baik antar Tokoh Agama. Dari penelitian penulis dapat digambarkan bahwa para tokoh agama di wilayah tersebut mencontohkan kepada warganya agar menjalin kerukunan dengan umat lain. Keterangan tersebut sesuai dengan pernyataan Sekretaris FKUB Kab. Cirebon yaitu Mursana yang mengatakan bahwa keakraban yang ditunjukkan oleh pemuka agama setempat bertujuan untuk mengupayakan situasi yang kondusif dan rukun. Dalam wawancara ini ia mengatakan, kedua tokoh tersebut berteman baik, jadi, di FKUB tersebut sangat menjaga komunikasi antar tokoh agama sehingga terciptalah keharmonisan yang kemudian ditularkan ke warga- warga.” 33 2. Adanya sistem kekerabatan di wilayah ini terjadi karena dakwah Syekh Syarif Hidayatullah yang menikah dengan Putri Ong Tien. 31 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Abdullah, Arjawinangun, 6 Januari 2016. 32 Usman el-Qurtuby, Al- Qur’an Cordoba Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia, 2012, h. 206. 33 Wawancara Pribadi dengan Mursana, Sekretaris Kab. Cirebon, 11 Maret 2016. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan tokoh agama Islam Arjawinangun yaitu Ahsin Sakho yang meyakini adanya hubungan kerukunan dengan sejarah tokoh Cirebon yaitu Syekh Syarif Hidayatullah yang menyatukan warganya dengan pernikahan, salah satunya dengan Putri Ong Tien. Ia menjelaskan bahwa hubungan ini menganggap etnis Tionghoa etnis umatul dakwah, mereka berhak hidup di Cirebon, bukti pernikahan tersebut memberikan contoh perilaku sosial yang baik untuk mempererat hubungan semua agama khususnya orang Tionghoa .” 34 Alasan tersebut sesuai dengan fakta yang ditemukan dalam penelitian penulis bahwa penganut Agama Kristen di wilayah perbatasan Desa Jungjang dengan Arjawinangun adalah beretnis Tionghoa. 3. Tradisi Hidup Rukun. Menurut Ahsin Sakho Muhammad, pada dasarnya sejak dahulu masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang menjungjung persatuan dan kesatuan, ramah terhadap orang lain, dan saling tenggang rasa. Hal demikian akan terus berlanjut kecuali ada pihak-pihak yang memprovokasi terjadinya kerusuhan hanya demi tujuan indvidunya. Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan bahwa pemuka agama memperlakukan etnis Tionghoa dengan baik, hal ini terlihat jelas ketika hubungan baik antara Kyai dengan non-Muslim, pada saat hari besar umat Islam, umat tersebut 34 Wawancara Pribadi dengan Ahsin Sakho, Tokoh Agama Islam Arjawinangun. Jakarta, 2 September 2016. memberikan sembako untuk para santri. Keakraban ini menurun kepada keturunan dari tokoh agama tersebut.” 35 4. Kerukunan yang terus diupayakan Model kerukunan aktif bukanlah bentuk kerukunan yang hanya sekedar menghindari konflik saja, tetapi juga mengupayakan adanya interkasi di dalamnya yang melibatkan satu dengan yang lain dan saling mengupayakan terjalinnya keakraban di antara mereka. Dalam sub bab model kerukunan, penulis sudah gambarkan bukti-bukti adanya upaya dari warga di perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun dalam membangun daerah yang rukun, aman, dan saling menghormati satu sama lain. 5. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menjadi faktor berikutnya yang mempengaruhi terjadinya sebuah kerukunan di wilayah tersebut. Wawasan pendidikan yang cukup akan mendorong manusia lebih bijaksana dalam menghadapi kondisi lingkungan yang berbeda, termasuk masalah akidah. Menurut penjelasan Kepala Desa Arjawinangun bahwa salah satunya faktor kerukunan adalah kesadaran warga untuk hidup berdampingan meski berbeda. Dan kesadaran tersebut timbul dari pendidikan yang dimiliki tiap individu. Sedangkan masyarakat berpikiran fanatik destruktif 36 disebabkan oleh ilmu yang rendah. Ia melanjutkan, bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi bisa dilihat dari 35 Wawancara Pribadi dengan Ahsin Sakho, Jakarta, 2 september 2016. 36 Fanatik merupakan pemikiran yang kolot, ortodok Lihat pada, Pius Partanto dan M. Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola, t.t, h.112. Sedangkan destruktif ialah merusak, jadi kedu pengertian diatas adalah keyakinan yang bersifat lama, sehingga sulit menerima unsur-unsur ajaran baru dan bersifat merusak. Lihat pada, Pius Partanto dan M. Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 175.

Dokumen yang terkait

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 17

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 13

ATINJAU Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

1 4 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN ARISAN QURBAN IDUL ADHA DI BLOK 3 DESA JUNGJANG Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 2 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 5 4

PELAKSANAAN ARISAN QURBAN IDUL ADHA DI BLOK 3 DESA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 3 10

KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN BLOK POSONG KABUPATEN CIREBON.

5 65 34

Harmoni sosial keagamaan masyarakat Islam dan Kristen di desa Gadingwatu kecamatan Menganti kabupaten Gresik.

5 41 92

TRADISI TAHLIL MASYARAKAT KABUPATEN CIREBON (MENGUAK SEJARAH DAN KONSEP TRADISI TAHLIL PADA MASYARAKAT DESA TEGALGUBUGLOR KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 29

PROSPEK ZAKAT PERDAGANGAN DI PASAR DESA JUNGJANG KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 37