Kerukunan Antar-Umat Beragama dengan Pemerintah
1.
Penafsiran negatif negative interpretation of tolerance, yaitu
menyatakan toleransi hanya mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orangkelompok lain, ini disebut juga model
kerukunan pasif. 2.
Penafsiran positif positive interpretation of tolerance, menyatakan
toleransi membutuhkan lebih dari sekedar itu. Ia membutuhkan bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orangkelompok lain, nama lainnya
adalah model kerukunan aktif.
38
Di tengah konstelasi dunia yang kian tidak menentu, sarat aksi kekerasan, terorisme, dan konflik kemanusiaan, hajatan dialog antar-agama
amat tepat dan dirasakan penting untuk terus dilakukan di sebanyak mungkin tempat. Sejauh ini para pemimpin agama memiliki pengaruh dan otoritas amat
besar terhadap umatnya sehingga dialog antar-agama yang dimulai dari kalangan pemimpin agama dinilai dapat menjadi stimulus bagi perdamaian di
tingkat akar rumput kelak.
39
Terkait dengan penjelasan model kerukunan aktif, pendapat lebih mendalam dijelaskan oleh Media Zainul Bahri yang mengungkapkan bahwa
kerukunan aktif adalah keadaan saling mengenal satu sama lain dengan cara berinteraksi, berkomunikasi dan berdialog, lalu terwujud usaha-usaha bersama
yang konkret dalam bidang kemanusiaan dan sosial-kemasyarakatan. Ia melanjutkan bahwa dalam Islam keadaan saling mengenal
ta’aruf adalah
38
Said Aqil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama Ciputat: PT Ciputat Press, 2005, h, 14.
39
Said Aqil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, h, 15.
spirit al- Qur’an surat al-Hujarat ayat 13 yang menyatakan bahwa manusia
diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal [satu sama lain]
li ta’arafu. Saling mengenal adalah keadaan aktif, interaksi atau komunikasi aktif; dialog bukan monolong, bukan perbedaan keyakinan yang
tak bisa dikompromikan yang harus ditonjolkan, melainkan persamaan- persamaan, spirit persaudaraan, cinta-kasih dan kerja sama konkret dalam
bidang sosial-kemanusiaan yang harus dikedepankan.
40
Salah satu kenyataan kehidupan saat ini adalah adanya pluralitas di masyarakat. Dalam teologi Islam sendiri ditegaskan, pluralisme adalah suatu
hal yang niscaya. Bahkan Islam menyebut pluralisme sebagai salah satu bentuk sunatullah hukum alam, seperti sunatullah lainnya, misalnya beda
pendapat dan kaya-miskin. Pluralisme juga amat dihargai dalam agama langit lain, seperti Kristen dan Yahudi. Hal lain untuk mewujudkan pluralisme
diperlukan toleransi, meski hampir semua masyarakat yang berbudaya kini sudah mengikuti adanya kemajemukan sosial. Namun dalam kenyataannya
permasalahan toleransi ini masih sering muncul, termasuk di dunia barat. Persoalan ini terutama berhubungan dengan ras atau agama.
41
Dalam faktanya, sikap tidak toleran yang kadang muncul tak semata disebabkan faktor dan motivasi eksternal, seperti kebijakan politik pemerintah
tertentu atau politik global kekuatan dunia tertentu. Beberapa gerakan radikal yang cenderung tak toleran di Timur Tengah atau di Amerika Latin, misalnya,
lebih banyak dipengaruhi politik pemerintahnya yang represif dan dominasi
40
Media Zainul Bahri, Membangun Kerukunan Umat Beragama: Sebuah Pengantar, 12- 13.
41
Said Aqil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, h.16.
politik global negara-negara tertentu, terutama Amerika Serikat, yang sering menggunakan standar ganda dalam memecahkan masalah internasional. Itulah
sebabnya toleransi amat dibutuhkan. Membangun kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kemestian yang tidak dapat ditawar-tawar. Hal ini
disebabkan karena ajaran agama sendiri tidak mengajarkan penganutnya untuk memusuhi agama yang lain sungguhpun tidak mensepakati ajaran agama yang
lain itu. Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah menggariskan
dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu: hubungan secara vertikal dan horizontal. Yang pertama adalah hubungan
antara pribadi dengan khaliknya yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. hubungan ini
dilaksanakan secara individual, tetapi lebih diutamakan secara kolektif atau berjamaah shalat dalam Islam.
Pada hubungan pertama ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas dalam lingkungan atau intern suatu agama saja. Hubungan kedua adalah
hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada orang
yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.
42
42
Mukti Ali, Beberapa Persoalan Dewasa Ini Jakarta : Rajawali Pers, 1987, h. 364.