agama dengan pemerintah adalah “Trilogi Kerukunan”. Isi dari istilah tersebut adalah bahwa pemerintah memiliki tiga kewajiban penting yaitu:
1. Wajib mengayomimelindungi semua agama dan keyakinan yang
diakui di Indonesia tanpa diskriminnasi 2.
Wajib membuat regulasi tentang kerukunan atau mengusulkan undang-undang
kerukunan yang
dapat memelihara
dan mengembangkan kerukunan secara komprehensif.
3. Wajib hadir melindungi umat beragama yang teraniaya akibat konflik
dan menjamin ada pengadilan yang seadil-adilnya ketika terjadi konflik, baik konflik intern maupun ekstern umat beragama.
36
Namun lebih lanjut ia menambahkan bahwa membina hubungan antara umat beragama dan pemerintah, maka lagi-lagi masyarakatlah
pemuka agama yang aktif memberi laporan mengenai kerukunan dan memiliki inisiatif untuk pengembangan kerukunan, dan pemerintah sebagai
yang dilapori dan diberi usulan seharusnya menjadi fasilitator dan regulator yang cerdas dan proporsional dalam pemeliharaan dan pengembangan
kerukunan.
37
D. Model-model Kerukunan
Menurut Said Aqil, ada dua macam model kerukunan yang dikenal dengan istilah penafsiran negatif negative interpretation of tolerance dan
penafsiran positif positive interpretation of tolerance.
36
Media Zainul Bahri, Membangun Kerukunan Umat Beragama: Sebuah Pengantar Ciputat: HIPIUS, T.t, 12-13.
37
Media Zainul Bahri, Membangun Kerukunan Umat Beragama: Sebuah Pengantar, 14.
1.
Penafsiran negatif negative interpretation of tolerance, yaitu
menyatakan toleransi hanya mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orangkelompok lain, ini disebut juga model
kerukunan pasif. 2.
Penafsiran positif positive interpretation of tolerance, menyatakan
toleransi membutuhkan lebih dari sekedar itu. Ia membutuhkan bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orangkelompok lain, nama lainnya
adalah model kerukunan aktif.
38
Di tengah konstelasi dunia yang kian tidak menentu, sarat aksi kekerasan, terorisme, dan konflik kemanusiaan, hajatan dialog antar-agama
amat tepat dan dirasakan penting untuk terus dilakukan di sebanyak mungkin tempat. Sejauh ini para pemimpin agama memiliki pengaruh dan otoritas amat
besar terhadap umatnya sehingga dialog antar-agama yang dimulai dari kalangan pemimpin agama dinilai dapat menjadi stimulus bagi perdamaian di
tingkat akar rumput kelak.
39
Terkait dengan penjelasan model kerukunan aktif, pendapat lebih mendalam dijelaskan oleh Media Zainul Bahri yang mengungkapkan bahwa
kerukunan aktif adalah keadaan saling mengenal satu sama lain dengan cara berinteraksi, berkomunikasi dan berdialog, lalu terwujud usaha-usaha bersama
yang konkret dalam bidang kemanusiaan dan sosial-kemasyarakatan. Ia melanjutkan bahwa dalam Islam keadaan saling mengenal
ta’aruf adalah
38
Said Aqil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama Ciputat: PT Ciputat Press, 2005, h, 14.
39
Said Aqil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, h, 15.