Hubungan Keagamaan LANDASAN TEORI

umumnya masyarakat menyebut yang bersangkutan sebagai tokoh masyarakat. 23 Dalam pandangan perspektif kedudukan tokoh agama yang fragmentaris 24 mempunyai tujuan dalam perdamaian. Tockary R. 2002, keberadaan tokoh agama dalam pemerintahan sebagai konstansi yang suci dalam perspektif yang tepat. Dengan esensi keagamaan adalah hal yang independen tetapi ekspresi keagamaan yang bersifat dependen. Di mana para tokoh agama memandang segala sesuatu dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati dalam menetapkan pilihan yang menjadi bagian hidupnya. Wiratmoko N.T 2008, fungsi dari peran tokoh agama sesuai tugas dan tanggung jawabnya di masyarakat. Upaya yang bersifat strategis untuk mengembangkan suatu pola pembangunan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kondisi sosial budaya setempat, potensi sumber daya alam, dan kebijakan pemerintah. John T. Sidel 2001 mengemukakan bahwa dalam kebijakan publik peran tokoh agama untuk memberikan perhatian pada orang miskin, bersifat pemberdayaan. Norm Uphoff 2000, hal yang sangat penting kedudukan tokoh agama dalam komponen sosial, antara lain: relasi, dan hubungan yang dapat dievaluasi dalam pengalaman nyata sesehari. 25 23 Calie Priboemi, “Tokoh Masyarakat,” artikel diakses pada 16 Mei 2016 dari http:zangpriboemi.blogspot.co.id201409tokoh-masyarakat.html 24 Fragmentaris adalah terpisah-pisah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. H. 191. 25 Eka, Afnan Troena dkk., “Pengaruh Peran Tiga Tungku Tokoh Pemerintah, Tokoh Adat dan Tokoh Agama dalam Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Aparat Kampung di Kota Jayapura” artikel diakses pada 15 Mei 2016 dari httpDownload.portalgaruda.org Pengalaman tokoh agama merupakan pengalaman kharismatik, akan melahirkan suatu bentuk perkumpulan keagamaan, yang kemudian menjadi organisasi keagamaan terlembaga. Pengunduran diri atau kematian figur kharismatik, akan melahirkan krisis kesinambungan. Analisis yang perlu adalah mencoba memasukan struktur dan pengalaman agama, sebab pengalaman agama, apabila dibicarakan, akan terbatas pada orang yang mengalaminya. Hal penting adalah mempelajari “wahyu” atau kitab sucinya, sebab lembaga keagamaan itu sendiri merupakan refleksi dari pengalaman ajaran wahyunya. 26 Tokoh agama merupakan seorang figur yang menjadi tolak ukur perilaku pengikutnya. Langkah strategis yang dilakukan oleh seorang tokoh agama sangat berpengaruh terhadap tindakan yang akan diikuti oleh pengikutnya. Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa peran tokoh agama, di perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun sangat menjaga keharmonisan dan kedamaian di antara ke dua agama tersebut, yaitu Islam dan Kristen. Peran tokoh agama sangat berpengaruh terutama dalam menyikapi perbedaan prinsip yang sangat sensitif ini.

C. Peran Negara dalam Mewujudkan Kerukunan antar Agama

Dalam menjelaskan apa dan bagaimana peran negara dalam mewujudkan kerukunan antar agama, penulis akan merefleksikan pendapat Mochlasin, dalam pemaparannya ia menjelaskan bahwa pemerintah berperan 26 Munandar Soeleman, Ilmu Sosial Dasar Bandung: PT Eresco, 1986, h. 227. dan bertanggung jawab demi terwujud dan terbinanya kerukunan hidup umat beragama. Menurut dia kualitas umat beragama di Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-masing. Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh karena itu dalam hal ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan salah satu elemen yang dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang memiliki peran dan fungsi strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama, melalui kebijakannya. Dalam rangka perwujudan dan pembinaan di tengah keberagaman agama budaya dan bangsa, maka ” Said Agil Husin Al Munawar mengungkapkan bahwa kerukunan umat beragama memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor ekonomi dan politik. Di samping faktor-faktor lain seperti penegakkan hukum, pelaksanaan prinsip-prinsip keadilan dalam masyarakat dan peletakkan sesuatu pada proporsiny a”. Dalam kaitan ini strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Memberdayakan institusi keagamaan, artinya lembaga-lembaga keagamaan kita daya gunakan secara maksimal sehingga akan mempercepat proses penyelesaian konflik antar umat beragama. Disamping itu pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk lebih memberikan bobotwarna tersendiri dalam menciptakan ukhuwah persatuan dan kesatuan yang hakiki, tentang tugas dan fungsi masing- masing lembaga keagamaan dalam masyarakat sebagai perekat kerukunan antar umat beragama. 2. Membimbing umat beragama agar makin meningkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam suasana rukun baik intern maupun antar umat beragama. 3. Melayani dan menyediakan kemudahan bagi para penganut agama. 4. Tidak mencampuri urusan akidahdogma dan ibadah sesuatu agama. 5. Mendorong peningkatan pengamalan dan penuaian ajaran agama. 6. Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan. 7. Mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai Pancasila dan konstitusi dalam tertib hukum bersama. 8. Mendorong, memfasilitasi dan mengembangkan terciptanya dialog dan kerjasama antara pimpinan majelis-majelis, dan organisasi-organisasi keagamaan dalam rangka untuk membangun toleransi dan kerukunan antar umat beragama. 9. Mengembangkan wawasan multikultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat melalui jalur pendidikan, penyuluhan dan riset aksi. 10. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia pemimpin agama dan pemimpin masyarakat lokal untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat bawah. 11. Fungsionalisasi pranata lokal, seperti adat istiadat, tradisi dan norma- norma sosial yang mendukung upaya kerukunan umat beragama. 12. Mengundang partisipasi semua kelompok dan lapisan masyarakat agama sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing, melalui kegiatan- kegiatan dialog, musyawarah, tatap muka, kerjasama sosial dan sebagainya. 13. Bersama-sama para pemimpin majelis-majelis agama, seperti Majelis Ulama Indonesia MUI, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia PGI, Konfrensi Wali Gereja Indonesia KWI, Parishada Hindu Dharma Indonesia PHDI, dan perwakilan Umat Budha Indonesia WALUBI, Majelis Tinggi Agama Khonghuchu Indonesia MATAKIN, Departemen agama melalui Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan melakukan kunjungan bersama-bersama ke berbagai daerah dalam rangka berdialog dengan umat di lapisan bawah dan memberikan pengertian tentang pentingnya membina dan mengembangkan kerukunan umat beragama. 14. Melakukan mediasi bagai kelompok-kelompok masyarakat yang dilanda konflik, misalnya; kasus Ambon dan Maluku Utara dalam rangka untuk mencari solusi bagi tercapainya rekonsiliasi, sehingga konflik bisa diberhentikan dan tidak berulang di masa depan. 15. Memberi sumbangan dana sesuai dengan kemampuan, kepada kelompok-kelompok masyarakat yang terpaksa mengungsi dari daerah asal mereka, karena dilanda konflik sosial dan etnis yang dirasakan pula bernuansakan keagamaan. 16. Membangun kembali sarana-sarana ibadah Gereja dan Mesjid yang rusak di daerah-daerah yang masyarakatnya terlibat konflik, sehingga mereka dapat mefungsikan kembali rumah-ruumah ibadah tersebut. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa untuk menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama diperlukan upaya dan usaha yang sungguh-sungguh dan dibutuhkan kerja sama dari semua pihak baik dari umat beragama itu sendiri, pemuka agama serta pemerintah yang berwenang. Pemerintah sebagai pihak yang berwenang melalui Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan ”Peraturan Bersama No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB, dan pendirian rumah ibadah. Peraturan bersama ini telah ditanda tangani dan disahkan pada tanggal 21 Maret 2006”. Salah satu point dari peraturan bersama itu adalah pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Melihat program kerja yang menjadi agenda kerja Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB, maka semua upaya yang menyangkut kerukunan umat beragama sudah terangkum dalam program kerja Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Dengan demikian melalui Forum Kerukunan Umat BeragamaFKUB ini diharapkan akan tercipta keamanan dan ketertiban antar umat beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam rangka mewujudkan kerukunan hidup umat beragama agar senantiasa tetap terpelihara, maka masing-masing pihak baik dari umat beragama, tokoh

Dokumen yang terkait

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 17

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 13

ATINJAU Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

1 4 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN ARISAN QURBAN IDUL ADHA DI BLOK 3 DESA JUNGJANG Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 2 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 5 4

PELAKSANAAN ARISAN QURBAN IDUL ADHA DI BLOK 3 DESA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha Di Blok 3 Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Tahun 2008-2012.

0 3 10

KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN BLOK POSONG KABUPATEN CIREBON.

5 65 34

Harmoni sosial keagamaan masyarakat Islam dan Kristen di desa Gadingwatu kecamatan Menganti kabupaten Gresik.

5 41 92

TRADISI TAHLIL MASYARAKAT KABUPATEN CIREBON (MENGUAK SEJARAH DAN KONSEP TRADISI TAHLIL PADA MASYARAKAT DESA TEGALGUBUGLOR KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 29

PROSPEK ZAKAT PERDAGANGAN DI PASAR DESA JUNGJANG KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 37