Model-model Kerukunan di Perbatasan Desa Jungjang dan Desa
memberikan sembako untuk para santri. Keakraban ini menurun kepada keturunan dari tokoh agama tersebut.”
35
4. Kerukunan yang terus diupayakan
Model kerukunan aktif bukanlah bentuk kerukunan yang hanya sekedar menghindari konflik saja, tetapi juga mengupayakan adanya interkasi
di dalamnya yang melibatkan satu dengan yang lain dan saling mengupayakan terjalinnya keakraban di antara mereka. Dalam sub bab model
kerukunan, penulis sudah gambarkan bukti-bukti adanya upaya dari warga di perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun dalam membangun
daerah yang rukun, aman, dan saling menghormati satu sama lain. 5.
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menjadi faktor berikutnya yang mempengaruhi
terjadinya sebuah kerukunan di wilayah tersebut. Wawasan pendidikan yang cukup akan mendorong manusia lebih bijaksana dalam menghadapi kondisi
lingkungan yang berbeda, termasuk masalah akidah. Menurut penjelasan Kepala Desa Arjawinangun bahwa salah satunya faktor kerukunan adalah
kesadaran warga untuk hidup berdampingan meski berbeda. Dan kesadaran tersebut timbul dari pendidikan yang dimiliki tiap individu. Sedangkan
masyarakat berpikiran fanatik destruktif
36
disebabkan oleh ilmu yang rendah. Ia melanjutkan, bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi bisa dilihat dari
35
Wawancara Pribadi dengan Ahsin Sakho, Jakarta, 2 september 2016.
36
Fanatik merupakan pemikiran yang kolot, ortodok Lihat pada, Pius Partanto dan M. Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola, t.t, h.112. Sedangkan destruktif ialah
merusak, jadi kedu pengertian diatas adalah keyakinan yang bersifat lama, sehingga sulit menerima unsur-unsur ajaran baru dan bersifat merusak. Lihat pada, Pius Partanto dan M.
Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 175.
banyaknya warga yang mengenyam pendidikan, baik formal maupun informal. Yang ditempuh masyarakat sekitar ini menjadi baik dalam
kerukunan masyarakat tetap harmonis karena hal ini yang menjadikan hubungan dari keberagamaan.”
37
6. Peran Lembaga Keagamaan dalam Menjaga dan Mewujudkan Kerukunan
Meski pada hakikatnya kerukunan terjadi karena peran dan dukungan dari seluruh elemen masyrakat, namun, berkaitan dengan lembaga keagamaan
yang menyangkut dengan penelitian penulis, maka ada tiga lembaga keagamaan yaitu MUI Kab. Cirebon, PGI Kab. Cirebon, dan FKUB Kab.
Cirebon, yang akan penulis gambarkan fungsi dan perannya dalam menjaga dan mewujudkan kerukunan. Tiga lembaga tersebut berkaitan erat dengan
kerukunan yang terjadi di perbatasan Desa Jungjang dengan Desa Arjawinangun karena tokoh agama dari desa tersebut merangkap sebagai
anggota dari MUI, PGI dan FKUB Kab. Cirebon. Dalam menjaga kerukunan, para tokoh atau pemuka agama Desa
Jungjang dan Desa Arjawinangun selalu memberikan contoh kepada masyarakat dengan melakukan komunikasi, koordinasi dan menjalin
silaturahmi lintas agama, dalam hal ini yaitu umat Islam dan Kristen. Khusus berbicara tentang MUI Kab. Cirebon, Mukhlisin Muzari menjelaskan bahwa
ada empat bidang divisi pada program kerja MUI: yaitu Bidang Ukhuwa, Bidang Fatwa, Bidang Perundang-undangan, dan Bidang Ekonomi.
37
Wawancara Pribadi dengan Kepala Desa Arjawinangun, 5 Januari 2016.
Dari keempat bidang tersebut, bidang ukhuwa mempunyai program kerja untuk menjalin persatuan dan kesatuan baik internal umat Islam itu
sendiri, maupun menjaga kerukunan dengan agama Kristen di daerah tersebut. Adapun kegiatan untuk mempererat kerukunan, Mukhlisin Muzari
melanjutkan bahwa program tersebut diaplikasikan dengan diadakannya berbagai kegiatan sosial seperti menggalang dana untuk pemberian santunan.
Penggalangan dana tersebut melibatkan donatur dari pemeluk Islam maupun Kristen.
Dalam wawancara Mukhlisin Muzari menjelaskan adanya paguyuban lintas agama, lintas etnis, setiap tahunnya kegiatan yang dilakukan orang
Islam pada 10 Muharrom memberikan santunan kepada yatim piatu, kaum duafa. Kemudian dibagikan kesebelas desa satu kecamatan ini, pengantar
tokoh masyarakat, tokoh agama Arjawinangun dan pemerintah kec. Arjawinangun, kapolsek, camat, tempat berpindah-pindah biasanya di alun-
alun, kantor kepolisian, di Gor. Hal pertama yang dilakukan ialah, pembinaaan melalui organisasi lintas agama dan etnis, berikutnya kerjasama
antar lembaga pendidikan, kerjasama pendidikan di gereja dengan pembinaan yayasan, untuk mengadakan pengobatan gratis antara lintas agama dan lintas
etnis.”
38
Tidak jauh berbeda dengan program MUI Kab. Cirebon, PGI Kab. Cirebon dalam menjaga dan menjalin kerukunan di wilayah tersebut memiliki
kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan sesama warga masyarakat
38
Wawancara Pribadi dengan Mukhlisin Muzari Kabid. Hukum dan Perundangan, perwakilan dari Lembaga MUI Kab. Cirebon, 10 Maret 2016.