Saling Peduli IMPLEMENTASI BUDAYA KORPORASI

terhirup oleh pekerja dan yang terjadi selanjutnya adalah gangguan pernapasan. Murniwati 31 tahun yang bekerja sebagai perawat mill juga menjelaskan: “Kalau kecelakaan yang dianggap fatal sih biasanya bukan saya yang atasi, mereka melapor dulu pada saya kemudian saya yang akan rujuk ke rumah sakit yang berkerja sama dengan Lonsum. Kalau dari BGPOM ini biasanya dirujuk ke rumah sakit terdekat dulu yaitu rumah sakit PTP di Tanjung Morawa, jika mereka tidak bisa menangani akan dikirim ke Permata Bunda atau ke rumah sakit Malahayati. Seringnya mereka pekerja pabrik jika cuma sakit-sakit biasa ya saya beri obat-obat generik.”

b. Saling Peduli

Sikap saling peduli adalah sikap ideal yang sangat diharapkan mampu diterapkan dalam perusahaan. Namun berdasarkan pengamatan yang saya alami ketika berada di kantor Lonsum Medan, sikap ini tidak terlihat. Karyawan yang bekerja terkesan sangat individualis, jarang berbagi senyum atau bertukar sapa, kalau pun itu terjadi bisa disimpulkan bahwa itu dilakukan sesama karyawan yang bekerja dalam satu team, misalnya dalam divisi Human Research Departement terdapat sub divisi lagi seperti divisi Recruitment and Planning, Training Section, Public Relation dll. Karyawan yang bekerja di divisi Recruitment and Planning jarang berinteraksi dengan karyawan dari Training Section, padahal mereka hanya dipisahkan oleh sebuah pembatas yang jika mendongakkan kepala saja bisa saling bertukar senyum namun hal itu tidak nampak dalam seminggu pengamatan saya di kantor tersebut. Salah seorang karyawan kantor Hamimah menjelaskan : Universitas Sumatera Utara “kalo menurut saya, dikantor ini lebih individu ya kalo gak ada urusan dengan divisi lain jarang saling berinteraksi. Di kantor kan paling cuma ngurusin surat, dokumen – dokumen dari atau ke kebun, pabrik, serta klien. Paling penting kan kita ngerti job description masing-masing.” Mengerti proses bisnis dari A to Z yang terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari memang merupakan salah satu inti dari nilai saling peduli yang diwacanakan oleh Lonsum. Selain juga menjalankan kegiatan operasional yang mengacu kepada visi, misi dan strategi perusahaan, pemanfaatan sumber daya seefisien mungkin cost-efficient dan merencanakan proses bisnis yang dilakukan secara benar dan mempunyai sikap mental hemat cost-effective. Sehubungan dengan sikap mental yang dimaksud oleh perusahaan adalah dengan kebijakan menerima banyak murid-murid sekolah SMA dan SMK khususnya yang ingin praktek kerja lapangan di perusahaan. Pada masa kepemilikan Inggris, susah sekali untuk bisa memasukkan murid-murid SMA maupun SMK dikarenakan malah akan menghambat produktivitas kerja perusahaan. Murid-murid SMA maupun SMK dianggap kurang mampu memahami dunia kerja. Lain halnya masa sekarang, murid-murid SMA dan SMK itu pekerjakan untuk membantu para karyawan. Dengan mempekerjakan mereka, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana menggaji mereka, disisi lain pekerjaan-pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh satu orang karyawan dibagi ke murid SMA tersebut sehingga yang ada karyawan itu tidak bekerja secara maksimal Universitas Sumatera Utara dan perusahaan dapat menyimpan cost sementara pekerjaan dapat selesai tepat waktu. Sikap saling peduli juga memiliki makna untuk tidak saja peduli dengan lingkungan kerja semata namun peduli terhadap lingkungan sekitar masyarakat yang akan mempengaruhi kondisi kerja perusahaan. Perhatian Lonsum terhadap masyarakat sekitar dapat di lihat dengan adanya Departemen Environment CSR Coordination yang bertugas untuk memastikan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat dikoordinasikan secara lebih baik dan efektif. CSR Lonsum sudah diberikan pada masyarakat sekitar yang membutuhkan dalam berbagai bidang dari pendidikan, kesehatan dsb. Dari bidang kesehatan, Lonsum melakukan sikap peduli dengan secara rutin melaksanakan aksi amal mendonorkan darah dalam rangka memperingati hari PMI Palang Merah Indonesia setiap tanggal 17 September. Proses pengambilan darah dari para karyawan atau staf Lonsum biasanya dilakukan di klinik yang ada di kantor Medan. Karyawan atau staf tidak dipaksa untuk ikut meramaikan aksi amal tersebut, ini murni atas kerelaan dan sebagai salah satu bentuk kepedulian staf atau karyawan terhadap dunia kesehatan khususnya dari segi pendonoran darah. Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Unggul a. Disiplin

Nilai disiplin sedari mula sudah diupayakan oleh Lonsum untuk dapat diterapkan oleh semua karyawan dan stafnya. Dalam proses training para staf baru diminta untuk dapat disiplin dengan bangun dan berolahraga tepat pukul 05.30. Keterlambatan yang mungkin saja terjadi dapat berujung dengan adanya hukuman selama olahraga pagi itu berlangsung, misalnya saja dengan mengelilingi rute Rambong Sialang Training Center RSTC dan kantor estate yang berjarak kurang lebih 500 meter sebanyak tiga kali. Atau hukuman push up dan sit up sebanyak 10 kali yang pernah dialami oleh staff baru pabrik Dahril yang waktu itu terlambat sepuluh menit dari waktu yang telah disepakati. Kebiasaan olahraga pagi ini nantinya akan berguna bagi staf field yang jika sudah terjun langsung ke lapangan harus mengikuti antrian pagi pukul 05.30 dan memberi tahu apa yang menjadi agenda kerja satu hari pada seluruh bawahannya. Menurut penjelasan Junaidi 25 tahun, akan ada peringatan atau sanksi yang biasanya di berikan jika para karyawan tidak datang tiga kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas dalam antrian pagi, istilah mereka orang tersebut akan mendapat “penalti”. Surat peringatan pertama yang diikuti dengan pendekatan individu kepada yang bersangkutan yang tidak menghadiri antrian pagi, dilanjutkan dengan surat peringatan kedua jika surat peringatan pertama tidak digubris lalu Universitas Sumatera Utara berlanjut dengan surat peringatan ketiga yang mungkin saja bisa berakhir dengan pemecatan. Bagi staf dan karyawan pabrik kedisiplinan pukul 05.30 terlalu terlihat karena mereka mulai start bekerja pukul 06.30 pagi hingga pukul 17.00. Shift kedua para karyawan pabrik adalah dari pukul 17.00 – 03.00 WIB. Apalagi pada karyawan kantor yang waktu masuknya pukul 08.00. Selama observasi di kantor Lonsum Medan, saya tidak melihat adanya peringatan atau sanksi yang diberikan jika karyawan tersebut telat dari waktu masuknya. Fenomena yang sering terlihat adalah mereka akan mempercepat langkahnya jika sudah mendekati waktu masuk untuk meletakkan jari di finger print di samping tangga lift yang merupakan absen yang harus mereka lakukan sebelum dan sesudah bekerja. Kedisiplinan yang mulai diterapkan sedari awal pada karyawan maupun staf baru ternyata tidak dibarengi oleh kedisiplinan para seniornya. Ada sebuah kasus yang menurut saya mengindikasi adanya ketidakdisiplinan sekaligus kurangnya sinergis antara karyawan dalam proses training new staff field and mill. Pada training new staff field and mill Februari hingga Maret 2010 silam ada sedikit masalah. Setiap staf yang ditraining harusnya memiliki satu buku harian yang disediakan oleh perusahaan untuk mencatat segala pelajaran yang telah mereka dapatkan selama proses training. Selain buku harian itu mereka juga harusnya dibekali oleh makalah – makalah yang akan menjadi materi pelajaran mereka selanjutnya. Pembagian makalah – makalah itu sebaiknya Universitas Sumatera Utara diberikan sebelum mereka memulai pelajaran, namun pada kenyataannya makalah – makalah itu sampai di tangan mereka sehari sebelum diadakannya ujian. Setiap seminggu sekali akan diadakan ujian untuk melihat sejauh mana staf baru tersebut memahami apa yang telah diajarkan yang nantinya itu akan menjadi job description mereka dalam proses kerja perusahaan. Ujian diselenggarakan setiap hari Sabtu. Itulah yang menjadi masalah bagi para new staf tersebut : “Gimana bisa belajar, makalahnya saja baru dikasih sekarang hari Jumat. Sewaktu di ruangan jarang diberi izin untuk mencatat, tetapi tergantung pemakalahnya juga. Kalau diizinkan mencatat kan lebih mudah jadi malam hari lebih gampang merangkum semua catatan itu. Kalau mengandalkan ingatan bisa-bisa lupa, setiap hari minimal dua materi yang diberikan dari pagi hingga sore. Gimana bisa ingat kalau tidak diizinkan mencatat. Udah gitu disuruh nulis buku harian, tetapi buku hariannya aja baru hari Kamis diberikan.” Itulah penjelasan yang diberikan oleh staf baru pabrik Dahril yang memutuskan untuk tidak belajar pada Jumat malam, padahal esok harinya akan diadakan ujian. Terlambatnya penyediaan keperluan selama proses training berlangsung dikarenakan adanya keterbatasan dalam dana yang dipegang oleh karyawan HRD Desynta untuk dapat segera menggandakan makalah-makalah untuk diberikan pada setiap peserta training. Berikut penjelasannya : “Kakak tidak dikasih pegang dana untuk keperluan ini, semuanya harus tunggu dikirim dari Medan. Jadi gimana kalau tiba-tiba ada peserta yang minta fotocopyan makalah sementara dana belum ada sama kakak. Kakak udah bilang sama orang HRD Medan supaya ada juga dana yang kakak pegang disini RSTC jadi bisa cepat. Toh pada akhirnya Universitas Sumatera Utara semua kan ada laporan jelasnya kemana aliran dana-dana itu.” Selain masalah itu ada juga masalah yang terjadi akibat kurangnya koordinasi antara sesama karyawan dan staf untuk mengisi siapa pemakalah dalam proses training. Adanya jadwal yang mengatur siapa pemakalah selanjutnya sering kali meleset. Sebaiknya ketidakhadiran pemakalah itu diberitahu minimal sebelum hari H sehingga bisa dipersiapkan siapa penggantinya. Namun yang terjadi malah sebaliknya hingga membuat Pak Riyanto selaku Manager Training harus bersiap-siap sedia menjadi ‘cadangan’ dadakan yang menggantikan pemakalah yang batal hadir. Gambar 13 Jadwal Training In Class Tindakan yang diambil Pak Riyanto ini merupakan cerminan sederhana dari butir nilai disiplin yang menjadi nilai utama Lonsum yakni memahami tahapan kerja dan menyelesaikan masalah dengan keputusan cepat serta cermat mendefinisikan masalah dan berani mengambil tindakan perbaikan. Universitas Sumatera Utara Butir dari nilai disiplin yang selanjutnya adalah selalu bersemangat dan tidak menyerah menghadapi tantangan. Contoh sederhana kali ini penulis dapatkan di pabrik BGPOM. Josef 25 tahun karyawan dari bagian Water Treatment mengalami kendala dengan susahnya menjernihkan air dari hasil pengolahan pabrik. Kesulitan yang dihadapinya disebabkan karena dia adalah karyawan yang baru dipindahkan ke bagian Water Treatment setelah karyawan yang menempati bagian ini sebelumnya mengundurkan diri. Josef merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dengan mesin pompa air yang nantinya akan menjernihkan air dari proses pengolahan pabrik. “Masalah pompa ini sulit dianggap remeh karena kalau pompa itu lama diperbaiki nanti bisa-bisa masyarakat sekitar sini marah karena airnya tidak bersih. Hasil pengolahan air ini kan berpengaruh dengan air yang juga dikonsumsi masyarakat, jadi nanti masyarakat bisa complain kenapa airnya bau, dan tidak jernih.” Itulah yang menjadi beban fikiran Josef sehingga membuatnya tidak enak badan dan membawanya untuk datang ke klinik pabrik dan menceritakan pada penulis masalah yang dialaminya.

b. Perbaikan Terus Menerus