mungkin akan makan waktu lama tetapi sekali keputusan selesai dibuat penerapannya akan lebih cepat.
Hofstede memberikan pengertian masyarakat yang individual dan kolektif sebagai berikut :
“Individualism pertains to societies in which the ties between individuals are loose; every is expected to look
after himself and his or her immediate family. Collectivism as its opposite pertains to societies in which people from
birth onwards are integrated into strong, cohesive in groups, which throughout people’s lifetime to protect them
in exchange for unquestioning loyalty
- Istilah
individualisme berkaitan dengan masyarakat di mana hubungan antar individual begitu renggang; setiap orang
lebih peduli pada dirinya dan keluarga dekatnya. Sementara itu istilah collectivism, kebalikan dari individualism,
berkaitan dengan masyarakat di mana seseorang sejak dilahirkan merupakan bagian integral dari kelompok
masyarakat” Hofstede dalam Sobirin, 2006: 83
3. Sikap Terhadap Ketidakpastian
Dimensi ini menyoroti tentang bagaimana sebuah korporasi menghadapi ketidakpastian dalam menghadapi masa depan. Hofstede
dalam Sobirin 2006: 87 mendefinisikan upaya menghindari ketidakpastian atau ketidaktentuan uncertainty avoidance sebagai “the extent to which
the members of a culture feel threatned by uncertain or unknown situation” – sejauh mana masyarakat merasa terancam oleh situasi yang
tidak menentu atau tidak di ketahui sebelumnya. Reaksi yang timbul akibat situasi yang tidak menentu pada seseorang atau kelompok dalam
sebuah perusahaan tergantung pada sejauh mana orang atau kelompok dalam perusahaan tersebut merasa terancam. Sehingga, secara umum sikap
terhadap ketidakpastian uncertainty avoidance terbagi dua :
Universitas Sumatera Utara
a. Strong uncertainty avoidance yang maksudnya adalah toleransi yang relatif rendah terhadap situasi ketidakpastian.
b. Weak Uncertainty avoidance yang cenderung berupaya untuk menghindari ketidakpastian, masyarakat dengan weak uncertainty
avoidance cenderung toleran terhadap ketidakpastian.
4. Maskulinitas VS Feminitas
Tipe ini membicarakan tentang nilai dan sikap sosial. Masyarakat yang berorientasi ‘maskulin’ menghargai agresivitas dan ketegasan serta
mengharapkan sasaran berupa pencapaian material. Sedangkan yang berorientasi ‘feminim’ lebih menghargai hubungan pribadi, meletakan
kualitas hidup sebelum pencapaian material, dan menunjukkan kepedulian terhadap golongan yang tidak beruntung.
Budaya korporasi merepresentasikan persepsi budaya umum yang dimiliki oleh semua pekerjanya. Ini merupakan bentuk eksplisit dari dimana mereka
mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem makna. Di dalam hal ini kita dapat mengharapkan bahwa individu dengan latar belakang dan pangkat berbeda dalam
suatu perusahaan akan mendeskripsikan perusahaan itu dengan bahasa yang sama. Kehadiran budaya korporasi di sebuah perusahaan tidaklah muncul begitu
saja tanpa melalui suatu proses. Ada beberapa unsur yang melandasi terbentuknya suatu budaya korporasi Atmosoeprapto dalam Moeljono 2003: 22, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Lingkungan Usaha yaitu lingkungan di tempat perusahaan itu