84
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada  bab  ini,  peneliti  membahas  kesimpulan  dan  diskusi  berdasarkan  hasil penelitian  yang  telah  diperoleh.  Selain  itu,  juga  akan  diberikan  saran  dari  segi
teoritis dan juga praktis untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa  ada  pengaruh  yang  signifikan
trait  kepribadian  big  five  dan  konformitas teman  sebaya  terhadap  agresivitas
anak  Punk  di  Jabodetabek.  Secara  bersama- sama
trait  kepribadian  big  five,  konformitas  teman  sebaya,  dan  jenis  kelamin sebesar 38.3 berpengaruh terhadap agresivitas anak
Punk di Jabodetabek. Dari  kelima  tipe
trait  kepribadian  big  five,  tipe  conscientiousness  dan neuroticism memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas anak Punk di
Jabodetabek dimana tipe conscientiousness berpengaruh dengan arah negatif yang
artinya  semakin  tinggi  nilai conscientiousness  maka  semakin  rendah  agresivitas
anak Punk di Jabodetabek, sedangkan pada tipe neuroticism berpengaruh dengan
arah  positif  yang  artinya  semakin  tinggi  nilai neuroticism    maka  semakin  tinggi
pula  agresivitas  anak Punk  di  Jabodetabek.  Pada  dimensi  konformitas  teman
sebaya,  kedua  dimensi compliance  dan  conversion  berpengaruh  signifikan
terhadap  munculnya  agresivitas  anak Punk  di  Jabodetabek  dengan  arah  positif,
artinya semakin tinggi nilai compliance dan conversion maka semakin tinggi pula
agresivitas  anak Punk  di  Jabodetabek.  Untuk  variabel  agreebleeness,
extraversion,  openness¸  dan  jenis  kelamin  tidak  berpengaruh  secara  signifikan terhadap agresivitas anak
Punk di Jabodetabek.
5.2 Diskusi
Berdasarkan  pada  hasil  penelitian  ini  bahwa trait  kepribadian  big  five
mempengaruhi  agresivitas  anak Punk  di  Jabodetabek.  Hal  ini  didukung  oleh
penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh  Rahmatillah  2011  yang  juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
trait kepribadian big five  terhadap  agresivitas  dimana  dimensi  neuroticism,  agreeableness,  dan
conscientiousness  memiliki  pengaruh  yang  signifikan  terhadap  agresivitas, sedangkan  pada
trait  kepribadian  extraversion  dan  openness  tidak  terdapat pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
Selain  itu,  Baron  dan  Byrne  2005  mengatakan  bahwa  salah  satu  faktor yang  mempengaruhi  seseorang  melakukan  perilaku  agresif  adalah  tipe
kepribadian.  Faktor  kepribadian  adalah  faktor  manusia  yang  dianggap  cukup berperan  dalam  perilaku  agresif,  karena  kepribadian  merupakan  salah  satu
variabel person  yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku  agresif.  Larsen dan
Buss 2002 juga menyebutkan bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi cara individu  dalam  beraksi,  berpikir,  merasa,  berinteraksi,  dan  beradaptasi  dengan
orang lain, termasuk dalam bentuk perilaku agresif.
Variabel  pertama  yang  mempengaruhi  agresivitas  anak Punk  pada
penelitian  ini  adalah conscientiousness.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa
conscientiousness  memiliki  pengaruh  yang  signifikan  dan  secara  negatif
mempengaruhi  agresivitas  anak Punk  dengan  kontribusi  sebesar  13.3.
Conscientiousness  digambarkan  dengan  individu  yang  patuh,  terkontrol,  teratur, ambisius,  berfokus  pada  pencapaian,  dan  disiplin  diri  Costa    McCrae  dalam
Cloninger,  2009.  Hal  ini  senada  dengan  penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan oleh  Rahmatillah  2011  dimana  dalam  penelitiannya  dimensi
conscientiousness memiliki  pengaruh  negatif  terhadap  agresivitas.  Semakin  tinggi  skor
conscientiousness  maka  semakin  rendah  agresivitas  anak  Punk  di  Jabodetabek, dan sebaliknya. Hal ini terkait dengan pekerjaan anak
Punk di Jabodetabek  yang sebagian  besar  mereka  berprofesi  sebagai  pengamen  jalanan  dan  tukang  parkir
sehingga  membutuhkan  disiplin  diri  yang  tinggi,  keteraturan,  ambisi  yang  besar untuk  memperoleh  penghasilan  yang  besar  pula  sehingga  dapat  mencukupi
kehidupan mereka. Variabel
trait kepribadian big five lain yang berpengaruh secara signifikan terhadap  agresivitas
dalam  penelitian  ini  adalah  neuroticism.  Hasil  penelitian menunjukkan  bahwa
neuroticism  memiliki  pengaruh  yang  signifikan  dan  secara positif  mempengaruhi
agresivitas  anak  Punk  di  Jabodetabek dengan  konstribusi
sebesar  13.2.  Semakin  tinggi  skor neuroticism  anak  Punk  tersebut  maka
semakin  tinggi  pula  agresivitasnya.  Berdasarkan  teori  yang  dikemukakan  oleh Costa    McCrae  dalam  Cloninger,  2009  dimana  individu  dengan  skor  tinggi
pada  dimensi  ini,  memiliki  kecenderungan  untuk  mengalami  kecemasan, tempramental,  mengasihi  diri  sendiri,  sadar  diri,  emosional,  dan  rentan  terhadap
gangguan  stress.  Fenomena  yang  ditemukan  di  lapangan,  peneliti  melihat  bahwa kehidupan  yang  dilalui  oleh  anak  jalanan  seperti  halnya  anak
Punk  tidaklah
mudah.  Kondisi  jalanan  yang  kurang  bersahabat  seperti  sulitnya  mencari  uang hanya  dengan  menjadi  pengamen  jalanan  atau  tukang  parkir  untuk  memenuhi
kebutuhan  pokok  seperti  makan  dan  rokok.  Kondisi  demikian  dapat  membuat mereka  rentan  terhadap  stress,  emosi  tidak  stabil,  dan  sering  mengalami
kecemasan sehingga perilaku agresi tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan  hasil  yang  diperoleh,  dari  kelima  dimensi
trait  kepribadian big  five,  agreeableness,  extraversion,  dan  openness  tidak  mempengaruhi  secara
signifikan  agresivitas  anak Punk  di  Jabodetabek,  tetapi  kedua  dimensi  tersebut
memberikan proporsi masing-masing sebesar 0.3, 0.9, dan 0.2. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa
agreeableness  tidak  memiliki pengaruh  yang signifikan terhadap
agresivitas anak Punk
di Jabodetabek. Hal ini tidak  sejalan  dengan  penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh  Rahmatillah
2011  yang  menyatakan  bahwa  terdapat  pengaruh  yang  signifikan  antara trait
kepribadian big five  terhadap agresivitas  yang mana pada  dimensi  agreeableness
memiliki pengaruh yang signifikan pula terhadap agresivitas. Ketidaksesuaian ini boleh jadi terjadi karena sampel dalam penelitian ini menjawab pernyataan secara
tidak  teliti  atau  menjawab  pernyataan  secara  asal  sehingga  mempengaruhi  hasil penelitian.  Peneliti  menemukan  beberapa  fakta  di  lapangan  bahwa  kebanyakan
dari  sampel  berpenampilan  tidak  rapi  atau  ‘urakan’.  Mereka  juga  kurang bersimpati  bila  salah  satu  temannya  membutuhkan  pertolongan,  justru  mereka
saling mengolok-olok satu sama lain.