2.4.2 Definisi Punk
Punk didefinisikan oleh O’Hara tahun 1999 dalam Sulastri, 2012 dalam tiga
bentuk. Pertama, Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Kedua,
Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, Punk sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup,
komunitas, dan kebudayaan sendiri. Definisi pertama adalah definisi yang paling umum digambarkan oleh media. Tapi justru yang paling tidak akurat karena cuma
menggambarkan kesannya saja. Penyebaran budaya
Punk tidak lepas dari adanya peran dari media yang dapat menyebarluaskan jenis musik ini yang mendorong anak-anak muda untuk
mengikuti gaya hidup yang disajikan dalam musik Punk tersebut. Maka dapat
dikatakan mereka yang bergaya hidup dan berbudaya Punk mengimitasi suatu
bentuk gaya hidup dan budaya yang diterimanya melalui musik yang mereka dengarkan. Suatu bentuk pembelajaran untuk bertingkah laku yang didapat ini
sangat mungkin mendapat tanggapan sebagai perilaku yang menyimpang. Peniruan ini semakin didukung dengan adanya desakan dari orang-orang lain yang
sebaya peer group yang juga mempunyai tingkah laku yang sama
dilingkungannya. Hal ini menimbulkan suatu bentuk delinquency imitation model
peniruan model kenakalan remaja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Punk adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana mereka memiliki
fashion yang khas, keberanian untuk
memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.
2.5 Kerangka Berpikir
Perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk sudah tidak lagi menjadi
pembicaraan yang asing. Pelaku kekerasan di ibu kota maupun di kota-kota besar di Indonesia salah satunya adalah anak
Punk, mulai dari cara berbicara yang kurang baik, beberapa kasus pemalakan secara paksa sampai melibatkan
kekerasan fisik dan perilaku kekerasan lainnya yang dianggap meresahkan masyarakat sekitar. Agresivitas itu sendiri adalah perilaku fisik maupun verbal
yang bertujuan untuk menyakiti orang lain Myers, 2009. Agresivitas muncul disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, dan situasional.
Baron dan Byrne 2005 menyebutkan faktor-faktor sosial yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah yang meliputi kata-kata atau tindakan
orang lain. Faktor-faktor pribadi yaitu traits, dan provokasi langsung, suhu udara,
alkohol, pengaruh media massa, dan narsisme merupakan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku agresif.
Kepribadian merupakan salah satu faktor internal yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi.
Trait kepribadian cenderung menetap atau stabil di dalam diri individu sehingga dapat diperkirakan bahwa individu yang
memiliki trait agresi akan melakukan perilaku agresi dalam setiap situasi.
Kepribadian itu sendiri adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan