PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG-FIVE DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI JABODETABEK

(1)

PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG-FIVE DAN KONFORMITAS

TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI

JABODETABEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

SYIFA FAUZIAH

109070000139

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/ 2014 M


(2)

PENGARUHTRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

TERIIADAP

AGRESIVITAS ANAK

PUNK

DI JABODETABEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh: SYTFA

FAUZIAII

109070000139

.

Di Bawah bimbingan:

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Dra. Diana Mutiah. M.Si. NIP. r 967 1 02199 6032001

. Lawinah. S.Psi.. M.Si. NrP.19770 101201 10200

I

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

x

*

t:

IkhwaB Lutli. M.PsL NrP. 19730710200501 1006

LEMBAR

PENGESATIAN

skripsi yang berjudul 5'PENGARUH

TRAIT

KEPRTBADTAN

BIG

FIyr

DAN KONT'ORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK

P(INI(

DI

JABODETABEK" telah diujiican dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikotogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

I

(Sl) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, Mei 2014

Sidang Munaqosyah

Dekan/I(etua

Prof. Dr. Abdul Muiib. M.Ae. ild.Sl

NrP. 196806141997041001

Anggota:

Layvinah. S.Psi.. M.Si. NIP.19770101201 102001

Ilra. Diana Mutiah. M.Si, NIP.l 9671021996032001

u

Wakil Dekan/ Sekretaris


(4)

NIM

:109070000139

Dengan

ini

menyatakan bahwa skripsi yang be{udul ,,pENGARUH TRArr

KEPRIBADIAN

BIG FIVE DAN

KONFORMITAS

TEMAN

SEBAYA

TERHADAP AGRESIVITAS

ANAK

PUNK

DI

JABODETABEK,, adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam men)rusun karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pemyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Mei2014

Svifa Fauziah NrM. 109070000139

ilt


(5)

iv

MOTTO

L

’ a y. B

y y

l

,

y

y

you have.

Think Positive! Because Allah SWT. is always on your

thinking, your feeling, and your actions.

Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamah dan Papah, serta orang-orang yang sangat ku cintai.

I love you so much  Syifa Fauziah


(6)

v

(A)Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B)Mei 2014

(C)Syifa Fauziah

(D)Pengaruh Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek

(E)xiv + 98 halaman + 19 lampiran

(F)Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek. Penulis menduga bahwa variabel trait kepribadian big five (mencakup aggreeableness, extraversion, conscientiousness, neuroticism, dan openness) dan konformitas teman sebaya (mencakup compliance dan conversion) mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek.

Penelitian ini melibatkan 181 anak Punk yang tersebar di Jabodetabek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian Aggression Quessionaire (AQ) untuk variabel agresivitas, MINI-IPIP untuk variabel trait kepribadian big five, dan skala penelitian yang peneliti buat sendiri untuk variabel konformitas teman sebaya. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software 18.0, sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan indeks signifikansi 0,000 (p<0,05) dan R-Square sebesar 0.383, hal ini berarti proporsi varian dari agresivitas yang dijelaskan oleh semua IV yaitu trait kepribadian big five dan konformitas teman sebaya adalah sebesar 38.3%. Artinya dengan diterimanya hipotesis alternatif mayor, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif


(7)

vi

signifikan antara trait kepribadian big five dan konformitas teman sebaya anak Punk di Jabodetabek.

Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan menambah variabel lain yang terkait dengan agresivitas dapat dianalisis sebagai IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap agresivitas seperti coping stress, kecerdasan emosi, pekerjaan, usia, dan lain sebagainya.


(8)

vii

kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK

DI JABODETABEK”untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW. beserta sahabat dan keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik karena banyak pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif untuk menjadi seorang pemuda yang sukses.

2. Jajaran Dekanat, Wakil Dekan I Bapak Abd. Rahman Shaleh, M. Psi., Wakil Dekan II Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi., dan Wakil Dekan III Dra. Diana Mutiah, M.Si., yang telah memberikan banyak ilmu serta pengalaman, baik sebagai pembimbing maupun dosen.

3. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si. dan Ibu Layyinah, S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mendapat banyak masukan dan wawasan yang berharga selama pengerjaan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis menjadi ilmu yang tayyiban lagi barokah.


(9)

viii

5. Kedua orangtua penulis yaitu Yetty Achiriningsih (Mamah) dan Drs. Hasan Hamdan (Papah), terima kasih banyak untuk setiap doa yang kalian panjatkan kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang untuk kebaikan dan keberhakan anak pertama kalian ini sehingga penulis merasa bahagia menjadi bagian dari hidup kalian karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa doa dari kalian.

6. Saudara laki-laki penulis yaitu Faqih Azizi da Syukron Jazzak serta saudara perempuan penulis yang masih kecil yaitu Kintan Makayla An-Nida, kalian adalah semangat penulis untuk dapat bersikap dan bertindak secara positif agar dapat menjadi contoh yang baikbagi kalian.

7. Hanif Maharsitama, yaitu seseorang yang menjadi musuh hampir setiap harinya, lawan dalam berargumen, tapi juga menjadi teman yang baik, sahabat yang baik, penyemangat yang baik, dan kekasih hati yang paling baik.

8. Sahabat-sahabat MTs., Sekar Stuti Ratridiwasa (Kare), Nabila Nabiha Zulfa (Nabe), Diah Putri Ambarani (Bare). Sahabat-sahabat SMA, Nita Fitriani (Nita) dan Siti Romlah (Siti). Sahabat-sahabat di Psikologi, Eva Riyatussholihah (Eva), Rani Nursukmawati (Rani), Putria Masyitah V.Z. (Utay), Erla Rahmawati (Erla), Awliya Nurmayasari (Aul), Dewi Rosianala Syari (Dewi), Defiria Nilamsari (Nilam), Kiki Maria (Kiki), Wiwi Euismawati (Wiwi), Meylita Jamilah (Lita), Farhanah Murniasih (Hana), Reyhan, Fikri Mubarok (Fikri), dan Fajri Dea Priandhana (Dana), serta seluruh keluarga Psikoche yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua kebahagiaan dan pengalaman suka duka selama melewati waktu dengan penulis. Semoga persahabatan kita akan senantiasa terjalin sampai akhir hayat serta sukses dunia dan akhirat. 9. Seluruh pihak yang berkontribusi dalam membantu penulis baik mulai dari

disusunnya skripsi ini, pengumpulan data, pengolahan data, hingga selesainya skripsi ini dengan baik.

10.Para staff bagian Umum, Akademik, Keuangan, Sekretaris Dekanat, dan Sekretaris Kajur Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam pembelajaran di kampus yang saya cintai ini.


(10)

ix diberikan, hanya do’a dan asa yang

dan Allah SWT membalasnya berlipat-lipat ganda, aamiin.

Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta para pencari pengetahuan yang tidak pernah lelah belajar.

Jakarta, Mei 2014


(11)

x

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Motto ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... .. vi

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

1.2.1. Pembatasan Masalah ... 8

1.2.1. Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1. Agresivitas ... 14

2.1.1. DefinisiAgresivitas ... 14

2.1.2. Faktor-faktor Mempengaruhi Agresivitas ... 15

2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas. ... 19

2.1.4. Pengukuran Agresivitas ... 20

2.2. Trait Kepribadian Big-Five ... 21


(12)

xi

2.3. Konformitas Teman Sebaya ... 29

2.3.1. Definisi Konformitas ... 29

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya 30 2.3.3.Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya ... 31

2.3.4. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya thd Agresivitas ... 32

2.3.4. Pengukuran Konformitas Teman Sebaya ... 33

2.4. Punk... 33

2.4.1. Sejarah Punk ... 33

2.4.2. Definisi Punk ... 34

2.5. Kerangka Berpikir ... 35

2.6. Hipotesis Penelitian ... 38

2.6.1. Hipotesis Mayor ... 38

2.6.2. Hipotesis Minor ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Populasi dan Sampel ... 40

3.2. Variabel Penelitian ... 41

3.3. Definisi Operasional ... 42

3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 46

3.5. Uji Validitas ... 51

3.5.1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 51

3.5.2. Uji Validitas Konstruk Agresivitas ... 51

3.5.3. Uji Validitas Konstruk Trait Kepribadian Big Five ... 56

3.5.4. Uji Validitas Konstruk Konformitas Teman Sebaya ... 63

3.6. Metode Analisis Data ... 66


(13)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 71

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 71

4.2.Deskripsi Statistik Masing-Masing Variabel Penelitian ... 72

4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 73

4.3.1. Kategorisasi Tingkat Agresivitas ... 73

4.3.2. Kategorisasi Tingkat Konformitas Teman Sebaya ... 74

4.4. Uji Hipotesis Penelitian... 75

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ... 75

4.5. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Invariable Dependent ... 81

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Diskusi ... 85

5.3. Saran ... . 91

5.3.1. Saran Teoritis ... . 91

5.3.2. Saran Praktis ... . 92

DAFTAR PUSTAKA ... . 94 LAMPIRAN


(14)

xiii

Tabel 2.1 Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg ... 26

Tabel 3.1 Tabel Sebaran Sampel ... 41

Tabel 3.2Tabel Blue Print Skala Agresivitas Buss & Perry ... 47

Tabel 3.3Tabel Blue Print Skala MINI-IPIP... 48

Tabel 3.4Tabel Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya ... 49

Tabel 3.5Tabel Bobot nilai tiap jawaban pada skala agresivitas, trait kepribadian big five, dan konformitas teman sebaya ... 50

Tabel 3.6Tabel Pedoman skoring kuesioner jenis kelamin ... 50

Tabel 3.7Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi fisik) ... 52

Tabel 3.8Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi verbal) ... 53

Tabel 3.9Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi marah) ... 54

Tabel 3.10Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi permusuhan) ... 56

Tabel 3.11Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Agreebleness) ... 57

Tabel 3.12 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Extraversion) ... 57

Tabel 3.13 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Conscientiousness) 60 Tabel 3.14Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Neuroticism) ... 61

Tabel 3.15Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Openness) ... 62

Tabel 3.16Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Compliance) ... 64

Tabel 3.17Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Conversion) ... 65

Tabel 4.1 Tabel Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 4.2 Tabel Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 72

Tabel 4.3 Tabel Norma Skor ... 73

Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Tingkat Agresivitas... 73

Tabel 4.5Tabel Kategorisasi Konformitas... ... 74

Tabel 4.6Tabel R-Square ... 76

Tabel 4.7Tabel Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV ... 76

Tabel 4.8Tabel Koefisien Regresi ... 77


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas ... 38


(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang

Fenomena anak jalanan sering kita jumpai terutama di kota-kota besar di Indonesia. Menurut laporan Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak termasuk ke dalam kategori anak terlantar. Komnas Perlindungan Anak (KPA) pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di DKI Jakarta mencapai 12.000 jiwa, meningkat 50 persen dari 2008 (Blogdetik.com, 2010).

Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 135.139 anak dan tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Bandung dan Yogyakarta (Kemensos RI, 2009; dalam Rohman, 2013).Pada tahun 2010 Jufri mengatakan bahwa jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat menjadi 230.000 orang (Blogspot.com, 2010), jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1.49% per tahun (Republika.co.id., 2013).

Anak jalanan menurut Rahmad (dalam Khoirunnisa, 2012) dibedakan menjadi dua macam, pertama yaitu anak yang punya keluarga dan tempat tinggal,


(17)

2

tetapi mereka menghabiskan seluruh waktunya di jalanan, seperti pedagang asongan, pengamen, anak Punk. Kedua, anak yang tidak mempunyai tempat tinggal danbagi kelompok ini mereka harus disediakan base camp atau tempat tinggal.

Anak Punk merupakan salah satu gambaran sosial anak jalanan. Punk di Indonesia memang muncul dari beberapa kelas sosial di masyarakat. Dari kelas bawah, mereka berwujud anak-anak jalanan yang hidup dipinggir jalan, tidur di trotoar, nongkrong di pom bensin, dan kegiatan lainnya. Pekerjaan sehari-hari anak Punk biasanya mengamen, jualan koran, atau aktivitas lain yang bisa menghasilkan uang recehan di setiap persimpangan traffic light. Selain itu, kehidupan mereka juga sangat dekat dengan peluang-peluang melakukan kriminalitas dijalanan, alkohol, rokok dan mabuk dengan menghirup lem (Sagitarius, 2011). Selain itu, anak Punk bukan sekadar menjual suara dengan profesi mengamen, tapi juga memaksa orang untuk memberi mereka imbalan, bahkan kalau tidak diberi mereka akan mengancam (Harianhaluan.com, 2011).

Keberadaan anak Punk di beberapa daerah dianggap meresahkan warga sekitar. Pada bulan September tahun 2012 telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh salah seorang anak Punk kepada Ihsan Maulana (19 tahun) yang sedang terlelap tidur. Di Bekasi pada bulan Maret 2013, anak-anak Punk secara tiba-tiba melakukan penodongan menggunakan pisau kecil dengan memasuki angkutan kota yang menurut warga itu bukan merupakan kejadian yang pertama


(18)

kalinya terjadi di daerah Pondok Gede (Republika.co.id, 2013). Pada bulan Mei 2013 di kota Pekanbaru, sekitar dua puluh anak Punk yang sedang pesta miras diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di wilayah itu (Wibowo, 2013).

Selama pengumpulan data, peneliti menemukan anak Punk yang sekedar berkumpul bersama komunitas Punk, ada diantara mereka yang sedang mengamen di angkutan umum dan di perempatan atau di pertigaan jalan, ada pula yang sedang mengatur parkir di tempat-tempat perbelanjaan atau tempat-tempat makan. Peneliti melakukan observasi terhadap anak Punk, dimana peneliti menemukan beberapa perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk salah satunya adalah agresi verbal yaitu mereka saling bercanda dengan mengejek atau mencela satu sama lain. Perilaku tersebut diakui oleh mereka adalah perilaku yang wajar dan sudah sering terjadi. Selama pengumpulan data pula, peneliti tidak menemukan kekerasan dalam bentuk fisik yang dilakukan oleh sesama Punk walaupun mereka juga tidak menampik apabila ada seseorang yang membuat mereka marah, mereka tidak akan segan untuk melakukan kekerasan. Alkohol dan obat-obatan bukan menjadi hal yang tabu bagi mereka. Beberapa diantara mereka mengakui bahwa hampir setiap hari mereka mengkonsumsi minum-minuman keras setelah bekerja, baik bekerja sebagai pengamen maupun tukang parkir. Hal itulah yang menyebabkan perilaku agresif tidak dapat terhindarkan.


(19)

4

Shalahuddin (2010) menyebutkan bahwa tindakan kriminal atau perilaku agresif yang dilakukan anak jalanan dan anak Punk secara kuantitas tampaknya meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk yang lebih berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan pemerasan, penodongan dan pencopetan ke masyarakat. Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi pula oleh tingkat persaingan yang tinggi sesama anak jalanan atau anak Punk untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih banyak menghasilkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku agresif diantaranya faktor sosial, personal, kebudayaan, situasional, sumber daya, dan media massa (Sarwono & Meinarno, 2009). Franzoi (2003) menyebutkan bahwa jenis kelamin dan kepribadian juga mempengaruhi seseorang dalam berperilaku agresif. Selain itu, kurangnya pendidikan juga mempengaruhi seseorang berperilaku agresif. Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh anak jalanan yang juga anak Punk di dalamnya dan aturan-aturan yang tidak ada pada mereka, maka perilaku-perilaku mereka pun tidak ada yang mengontrol sehingga timbul perilaku-perilaku agresif yaitu melukai orang lain baik secara verbal maupun fisik (Tentama, 2013). Sulastri (2012) menyebutkan bahwa gaya hidup negatif yang kerap terjadi di dalam komunitas anak Punk juga biasanya disebabkan karena mendapatkan pengaruh sesama anak Punk lainnya yang melakukan hal-hal menyimpang seperti memalak, minum minuman keras,


(20)

melakukan kekerasan atau penganiayaan, “ngelem”, narkoba, free sex, dan sebagainya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku agresif adalah tipe kepribadian (Baron & Byrne, 2005). Faktor kepribadian adalah faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam perilaku agresif, karena kepribadian merupakan salah satu variabel person yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku agresif. Larsen & Buss (2002) juga menyebutkan bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir, merasa, berinteraksi, dan beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk perilaku agresif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatillah (2011) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian big five terhadap agresivitas dimana pada neuroticism, agreeableness, dan conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas, sedangkan pada trait kepribadian extraversion dan openness tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada satpol PP Kota Tangerang. Penelitian serupa telah dilakukan oleh Mastur (2012) pada petarung peresean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung peresean adalah tipe kepribadian ekstraversion dengan tingkat agresivitas sedang.

Selain faktor kepribadian, faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku agresif adalah konformitas teman sebaya yang merupakan salah satu faktor sosial


(21)

6

penyebab terjadinya perilaku agresif. Konformitas adalah melakukan tindakan atau sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007). Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja juga pada anak Punk. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki keinginan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman-temannya dan teman sebaya yang lebih besar (Santrock, 2012).

Pengaruh konformitas yang dialami oleh berbagai kelompok Punk di Indonesia sudah cukup terasa sampai saat ini. Dewasa ini, pergerakan Punk sudah cukup militan, hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya komunitas-komunitas fanatik Punk di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Selain itu, beberapa band Punk Indonesia sudah mulai menghentak belantika musik nasional, seperti Superman Is Dead dan Marjinal. Berbagai usaha Punk mandiri pun sudah banyak berdiri, seperti distro-distro yang menjual berbagai fashion asli Punk serta juga jasa pembuatan tattoo dan tindik (Fadli, 2012).

Beberapa penelitianyang mengungkapkan agresivitas dipengaruhi oleh konformitas teman sebaya adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggaraningtyas, Lilik, dan Nugroho (2013) mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan agresivitas pada siswa kelas IX SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan agresivitas.


(22)

Tekanan untuk melakukan konformitas bisa jadi sangat sulit untuk ditolak, begitu pula dengan adanya pengaruh konformitas terhadap perilaku agresi (Baron & Byrne, 2005). Hal ini didukung pula oleh penelitian mengenai pengaruh konformitas teman sebaya dan agresivitas yang dilakukan oleh Fajri (2013) bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada remaja. Senada dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Rois (2009) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara siswa yang terlibat tawuran dengan konformitas kelompok teman sebaya.

Baron dan Byrne (2005) menambahkan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor demografi yang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresif. Kebudayaan di Indonesia meyakini bahwa pria lebih agresif dari wanita. Archer (2000) melakukan penelitian mengenai perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresi. Hasil dari penelitiannya adalah bahwa wanita lebih mungkin menggunakan satu atau lebih tindakan agresi fisik dan lebih sering melakukan tindakan tersebut dibandingkan pria.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Berkowitz, Osterman, dan Hjelt-Back, 1994 (dalam Baron, 2003) tentang perbedaan jenis kelamin yang mempengaruhi perilaku agresif dimana hasilnya adalah pria umumnya lebih agresif daripada wanita dalam bentuk agresi langsung. Pria juga lebih cenderung


(23)

8

untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita lebih cenderung untuk menggunakan bentuk tidak langsung dari agresi.

Penelitian lain telah dilakukan oleh Ram dan Feng (2005) mengenai pengaruh perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresif pada anak-anak di Canada memperoleh hasil bahwa memang laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Anak laki-laki yang tinggal sendiri oleh ibu kandungnya cenderung lebih agresif dibandingkan anak perempuan yang tinggal sendiri dengan ibu mereka.

Berdasarkan data yang ada, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang agresivitas pada Anak Punk di Jabodetabek. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian

Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di

Jabodetabek”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Agresivitas diartikan sebagai bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis (Berkowitz, 1993), yang terdiri dari empat bentuk agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi marah, dan agresi permusuhan (Buss & Perry, 1992).


(24)

2. Trait Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dalam lima buah dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openess to experiences (Costa & McCrae dalam Cloninger, 2009).

3. Konformitas Teman Sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan sikap dan tingkah laku akibat meniru sikap dan perilaku orang lain di dalam tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2005), yang terdiri dari konformitas compliance dan konformitas conversion (Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994).

4. Subjek dalam penelitian ini adalah Anak Punk di Jabodetabek. Punk dalam penelitian ini adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana mereka memiliki fashion yang khas, keberanian untuk memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Agreeableness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?


(25)

10

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Neuroticism dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Openness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Compliance dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Conversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Jenis Kelamin dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap Dependent Variable?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?


(26)

1.3.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian Agreeableness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian Neuroticsm dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian Openness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

6. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Compliance dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

7. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Conversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

8. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Jenis Kelamin dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap Dependent Variable?


(27)

12

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi keterkaitan antara konformitas teman sebaya dan traitkepribadian big five terhadap agresivitas pada pada anak Punk di Jabodetabek. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pengemban teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi sosial dan psikologi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai perilaku pada anak Punk di Jabodetabek sehingga baik pihak komunitas maupun pihak di luar komunitas dapat menjadi bahan masukan terkait masalah ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan inspirator bagi pihak komunitas pada khususnya dan bagi pemerintah, orangtua, dan seluruh masyarakat pada umumnya agar dapat meminimalisir agresivitas pada anak Punk dengan memberikan pendidikan dan pemahaman hidup untuk anak Punk itu sendiri.

1.4 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang setiap babnya mempunyai sub-sub tersendiri dengan sistematika penulisan sebagai berikut:


(28)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : KAJIAN TEORI

Pada bab ini penulis akan berisi uraian tentang agresivitas, trait kepribadian big five, dan konformitas teman sebaya.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi penguraian mengenai pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, validitas konstruk, metode analisis data, dan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.


(29)

14

BAB 2

KAJIAN TEORI

Dalam bab ini dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang dibahas adalah mengenai teori-teori yang berkaitan dengan agresivitas, trait kepribadian big five, dan konformitas teman sebaya.

2.1 Agresivitas

2.1.1 Definisi Agresivitas

Agresi menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) didefinisikan sebagai bentuk tindakan kejahatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Menurut Baron dan Bryne (2005), agresivitas adalah tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.

Agresi adalah perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang lain (Myers, 2009). Dalam kamus Psikologi, agresivitas adalah kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif (Chaplin, 2000).

Menurut Berkowitz (1993) perilaku agresi adalah bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis.


(30)

Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009), agresi adalah setiap tindakan yang menyakiti orang lain.

Berkowitz dan Niemela (dalam Franzoi, 2003) bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai beberapa orang, diri sendiri, atau obyek. Agresi adalah perilaku yang disebabkan oleh kejahatan terhadap orang lain atau sekelompok orang (Durkin, 1995). Raven dan Rubin (1976) juga mendefinisikan agresi sebagai perilaku seseorang atau kelompok dengan niat menyakiti orang lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas merupakan perilaku yang dimunculkan seseorang untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Agresivitas

Baron dan Bryne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan agresivitas, yaitu:

1. Faktor-faktor Sosial

Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah:

a. Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, dan frustasi dapat menyebabkan agresi.


(31)

16

b. Provokasi langsung, adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima, seringkali karena tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat.

c. Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.

d. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka. Keterangsangan yang meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya emosi dan kognisi yang saling berkaitan satu sama lain.

e. Keterangsangan seksual dan agresi, dimana keterangsangan seksual tidak hanya mempengaruhi agresi melalui timbulnya afek (misalnya mood atau perasaan) positif dan negatif. Tetapi juga dapat mengaktifkan skema atau kerangka berpikir lainnya yang kemudian dapat memunculkan perilaku nyata yang diarahkan pada target spesifik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwaperilaku agresif yang dilakukan oleh individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial di luar diri individu itu sendiri.

2. Faktor-faktor Pribadi

Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan perilaku agresif:


(32)

a. Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki karakter sangat kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta agresif. Sedangkan pola perilaku tipe B menunjukkan karakteristik seseorang yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu melawan waktu, dan yang tidak mudah kehilangan kendali.

b. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk mempersepsikan maksud atau motif hostile dalam tindakan orang lain ketika tindakan ini dirasa ambigu.

c. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi memegang pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka bereaksi dengan tingkat agresi yang sangat tinggi terhadap umpan balik dari orang lain yang mengancam ego mereka yang besar.

d. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif daripada wanita, tetapi perbedaan ini berkurang dalam konteks adanya provokasi yang kuat. Pria lebih cenderung untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita cenderung menggunakan bentuk agresi tidak langsung.

Faktor-faktor pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut berkaitan erat dengan aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan perilaku agresif.


(33)

18

3. Faktor-faktor Situasional

Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atai kontek dimana agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi agresi:

a. Suhu udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai pada titik tertentu.m Diatas tingkat tertentu atau lebih dari 80 derajat fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara meningkat. Hal ini disebabkan pada saat suhu udara yang tinggi membuat orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan (Baron & Bryne, 2005).

b. Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan untuk lebih agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang mengonsumsi alkohol dosis tinggi serta membuat mereka mabuk ditemukan bertindak lebih agresif dan merespon provokasi secara lebih kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi alkohol (Baron & Bryne, 2005).

Perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang individu selain dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor pribadi adalah faktor situasional yakni suhu udara dan alkohol.


(34)

2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas

Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat dimensi agresi yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu:

a) Agresi fisik. Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti melukai, menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang, memukul, menendang, atau membakar.

b) Agresi verbal. Komponen perilaku motorik seperti: menyakiti dan melukai orang lain melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak, berdebat, menunjukkan ketidaksesuaian/ ketidaksetujuan, menyebar gossip, dan bersikap sarkatis.

c) Agresi marah. Emosi/ afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau cedera fisik maupun psikis yang diderita individu. Misalnya, kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

d) Agresi permusuhan. Sikap negatif terhadap orang lain karena penilaian sendiri yang negatif.

Dalam penelitian ini bentuk agresivitas yang digunakan adalah milik Buss dan Perry (1992) karena keempat bentuk agresivtas milik Buss dan Perry (1992) yakni fisik, verbal, marah, dan kemarahan seringkali muncul dalam perilaku agresif yang dilakukan oleh individu.


(35)

20

2.1.4 Pengukuran Agresivitas

Alat ukur agresivitas telah banyak digunakan, O’Connor, Archer, dan Wu (2001) menjelaskan diantaranya adalah:

1. Alat ukur agresivitas yang pernah digunakan adalah Anger Situation Questionnaire (ASQ). Alat ukur ini terdiri dari 33 item yang mana mengukur

disposisi amarah pada bentuk “pengalaman-pengalaman emosi”, “intensitas

perasaan”, dan “pembacaan tindakan”. Alat ukur ini dikembangkan secara khusus untuk wanita oleh van Goozen pada tahun 1994.

2. AQ-P (Aggression Questionaire Partner), merupakan alat ukur untuk mengukur agresivitas. Alat ukur ini diadaptasi dari Aggression Questionnaire (AQ) oleh Buss dan Perry (1992), terdiri dari 29 item.

3. Aggressive Provocation Questionnaire (APQ) merupakan alat ukur

agresivitas yang terdiri dari 21 item dimana hanya 12 item saja yang dinyatakan reliabel. Alat ukur ini merupakan alat ukur baru yang digunakan untuk mengukur agresivitas, dirancang untuk mengakses kecenderungan laki-laki dalam menunjukkan perilaku agresif ketika sengaja diatur dengan situasi provokasi.

4. Aggression Questionnaire (AQ). Instrumen yang dikembangkan Buss dan

Perry (1992) ini terdiri 29 item atau pernyataan, pada standar psikometri menunjukkan reabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini memiliki konsistennsi internal antara 0,72 dan 0,89 dan reabilitas test-retest antara 0,72 dan 0,80.


(36)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur Aggression Questionnaire (AQ) untuk mengukur agresivitas yang terdiri dari 29 item. Alat

ukur ini sering digunakan untuk mengukur agresivitas karena sudah teruji reliabilitasnya dan internal konsistensinya.

2.2 Trait Kepribadian Big-Five

2.2.1 Definisi Trait Kepribadian

Feist dan Feist (2009) mendeskripsikan kepribadian (personality) adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) menunjukan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi.

Larsen dan Buss (2002) mendefinisikan kepribadian adalah seperangkat sifat-sifat psikologikal dan mekanisme di dalam diri individu yang diatur yangrelatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi individu dengan yang lain serta untuk beradaptasi dengan lingkungan baik intrafisik, fisik, dan lingkungan sosial. Trait digambarkan sebagai karakteristik yang mendiskripskan kebiasaan dimana setiap orang berbeda dengan yang lain.

Pervin, Cervrone, dan John (2005) mendefinisikan kepribadian adalah karakteristik seseorang yang mana perasaan, pikiran, dan tindakannya cenderung menetap. Trait juga didefinisikan sebagai bentuk yang secara konsisten dimiliki individu baik tindakan, perasaan, maupun pikiran.


(37)

22

Kepribadian menurut McCrae dan Costa (dalam Cloninger, 2009) mendefinikan kepribadian sebagai penyebab yang ada dalam diri individu yang kemudian muncul dalam bentuk perilaku dan pengalaman. Trait juga didefinisikan sebagai karakteristik yang bervariasi dari masing-masing individu yang menyebabkan individu tersebut berperilaku secara konsisten.

Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai kepribadian maka penulis menyimpulkan bahwa trait kepribadian merupakan suatu hal yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lain dalam berperilaku, berpikir dan merasakan berbagai situasi, yang relatif menetap dan konsisten serta memiliki keunikan yang khas.

2.2.2 Definisi Trait Kepribadian Big-Five

Menurut Pervin, Cevrone, dan John (2005), Model Trait Five Factor adalah “The five-factor model is investigators try to find basic units of personality by analyzing the words that people”.Model five-factor adalah inverstigator yang mencoba menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisis perkataan orang tersebut.

Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran terhadap kepribadian yang kemudian berkembang menjadi bentuk dasar dari struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five. Secara historis big five berkembang dari dua jenis pendekatan dalam mengidentifikasi


(38)

faktor dasar dalam kepribadian, yaitu pendekatan studi kebahasaan dan faktor analisis atas kuesioner kepribadian (Engler, 2009).

Menurut Friedman dan Schustack (2008) The Big Five Personality Traits adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian melalui trait yang tersusun dalam lima tipe kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima tipe trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to new experience.

2.2.3 Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five

Trait Kepribadian Big-Five merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, dimana pendekatan trait tersebut melihat kepribadian melalui lima tipe. Berikut penjelasan karakteristik kelima tipe trait dalam pendekatan Big Five (Costa & McCrae dalam Cloninger, 2009) :

1. Extraversion (E)

Extraversion juga sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor tinggi pada faktor Extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain itu, individu tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor (E) rendah. Extraversion dicirikan dengan kecenderungan yang positif seperti memiliki


(39)

24

antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang lain.

Extraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya. Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan.

2. Agreeableness (A)

Faktor Agreeableness (A) membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tak mengenal belas kasihan. Individu dengan skor yang lebih mengarah pada faktor ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati.Faktor ini juga disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan tingkat Agreeableness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

3. Conscientiousness (C)

Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Faktor ini dapat juga


(40)

disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.

4. Neuroticism (N)

Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism (N), memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi, sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

5. Openness to experiences (O)

Faktor Openness to experiences (O) membedakan antara individu yang memilih variasi dibandingkan dengan individu yang menutup diri serta individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan hal-hal dan orang-orang yang mereka kenal. Individu yang terus menerus mencari perbedaan dan pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada faktor (O).


(41)

26

Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Tabel 2.1

Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg (dalam Feist & Feist, 2009)

Traits Skor Tinggi Skor Rendah

Extraversion Affectionate; joiner;

talkative; fun lovin; active; passionate

Reserved; loner; quaite; sober; passive; unfeeling

Agreeableness Softhearted; trusting;

generous; acquiescent; lenient; good-nartured

Ruthless; suspicious;stingy; antagonistic; critical; irritable

Conscientiousness Conscientious; hardworking; well-organized; punctual; ambitious; persevering

Negligent; lazy; disorganized; late; aimless; quitting

Neuroticism Anxious; temperamental;

slf-pityng; self-conscious; emotional; vulnerable

Calm; even-tempered; self-satisfied; comfortable; unemotional; hardy Openness to New

Experience

Imaginative; creative; original; prefers variety;curious; liberal

Down-to-earth; uncreative; conventional; prefers routine; uncurious; conservative


(42)

2.2.4 Pengaruh Trait Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas

Penelitian yang dilakukan oleh Glass (Baron & Bryne, 2005) menyimpulkan bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif. Menurut Glass, kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari kepribadiannya. Individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih agresif dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B. Kemudian didapatkan hasil bahwa beberapa variabel kepribadian seperti trait marah dan tipe kepribadian A mempengaruhi perilaku agresif pada kondisi provokasi. Hasil lain menyatakan bahwa trait keagresifan dan trait cepat marah mempengaruhi perilaku agresif dibawah kondisi provokasi dan normal. Para peneliti membahas hubungan yang mungkin antara pola-pola perilaku agresif dan dimensi kepribadian agreeableness dan neuroticism mempertimbangkan implikasi untuk teori agresi.

Penelitian lain mengenai pengaruh trait kepribadian big five terhadap agresivitas adalah penelitian yang dilakukan oleh Prativi (2010). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa trait kepribadian tokoh utama sangat mempengaruhi bentuk agresivitas yang dilakukannya, misalnya kepribadian neurotisisme mempengaruhi agresivitas emosi dan ketakutan. Selain itu, agresivitas yang dilakukannya muncul akibat adanya faktor pencetus dari pihak lain, misalnya provokasi. Agresivitas juga memiliki dampak negatif bagi korbannya, yakni cidera dan kematian.


(43)

28

2.2.5 Pengukuran Trait Kebribadian Big Five

Alat ukur untuk mengukur trait kepribadian Big Five, yaitu:

1. NEO-PI-R (The Neuroticism Extraversion Openess -Personality Inventory-Revised). Alat ukur ini dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R. McCrae, terdiri dari 240 item (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

2. BFI (Big Five Instrument). Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue, Alat ukur ini terdiri dari 44 item, terdiri dari 5 faktor yaitu extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess. BFI menunjukkan validitas konvergen yang ringgi dengan skala self-report lain dan dengan tingkatan sejajar pada Big Five (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

3. IPIP-FFI (International Personality Item Pool Five Factor Inventory). Alat ukur ini merupakan alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg. Skala ini berjumlah 50 item, dimana setiap faktornya terdiri dari 10 item yaitu

extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess to new experience (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

4. MINI-IPIP (MINI-International Personality Item Pool). Alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dimana dari jumlah item yang semula 50 item, diperkecil menjadi 20 item (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

Pada peneltiian ini, alat ukur yang akan peneliti gunakan untuk mengukur

trait kepribadian big-five adalah MINI-IPIP (MINI International Personality Item Pool) karena alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dengan nilai validitas dan reliabilitas di atas 0.6. Alat ukur ini memiliki jumlah item lebih


(44)

sedikit dari IPIP-NEO, yaitu sebanyak 20 item dan cocok digunakan pada penelitian ini dimana subjek penelitian adalah anak Punk.

2.3 Konformitas Teman Sebaya

2.3.1 Definisi Konformitas Teman Sebaya

Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007).

Konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) diartikan sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma sosial yang ada.Menurut Sears (1985) menyebutkan bahwa konformitas terjadi bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut.

Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat norma atau aturan dari orang lain.Konformitas menurut Franzoi (2003) mengatakan bahwa konformitas adalah hasil merasakan tekanan kelompok dengan mengikuti perilaku dan keyakinan orang lain.

Definisi konformitas lainnya adalah perubahan dalam perilaku seseorang untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok (King, 2010). Freedman, Sears, dan Carlsmith (1978) mengungkapkan bahwa konformitas


(45)

30

adalah ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain melakukan perilaku tersebut.

Dari uraian mengenai berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah perilaku seseorang untuk dapat menyesuaian diri dengan kelompok.

Teman sebaya adalah orang-orang dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2007).

Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini adalah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan orang lain atau kelompok yang memiliki kesamaan usia akibat tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh mereka.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya

Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah (Baron & Bryne, 2005): a. Kohesivitas dan Konformitas

Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, artinya adalah ketika seseorang menyukai dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu maka tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar, dan sebaliknya.

b. Konformitas dan Ukuran Kelompok

Faktor kedua yang memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas adalah ukuran dari kelompok yang berpengaruh. Asch dan peneliti lainnya


(46)

dalam Baron dan Bryne (2005) menemukan bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok hingga delapan orang anggota tambahan atau lebih yang mana sebelumnya hanya 3 orang atau lebih. c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif

Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif menetapkan apa yang harus dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima atau yang tidak diterima pada situasi tertentu. Keduan norma tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku.

2.3.3 Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya

Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) membedakan konformitas ke dalam dua dimensi, yaitu:

1. Konformitas Pemenuhan (Compliance Conformity), adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain.

2. Konformitas Perubahanatau Internalisasi (Conversion or Internalization Conformity), adalah kebalikan dari konformitas compliance. Konformitas ini


(47)

32

terjadiketika seseorang menyesuaikan diri dalam ketiadaan orang lain, karena ia melakukan apa yang dianggap benar atau ingin dilakukan.

Sementara King (2010) mengidentifikasi dimensi-dimensi konformitas, yaitu: 1. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), merujuk pada

pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin menjadi benar.

2. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), adalah pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin mereka menyukai dan menerima kita.

2.3.4 Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh konformitas teman sebaya dan agresivitas telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng dan Budiani (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara konformitas pada geng remaja terhadap perilaku agresif di SMK 7 Surabaya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmawan (2007) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan perilaku agresif pada anak. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif pada anak. Sebaliknya, semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah pula perilaku agresif pada anak.

Utomo dan Warsito (2013) juga melakukan penelitian antara konformitas dan agresivitas. Hasil dari penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa terdapat


(48)

hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif pada bonek Surabaya.

2.3.5 Pengukuran Konformitas Teman Sebaya

Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas teman sebaya dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada aspek-aspek konformitas yang telah dijelaskan di teori menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994), yaitu compliance dan conversion.

2.4. Punk

2.4.1 Sejarah Punk

Punk berasal dari Bahasa Inggris, yaitu: “Public United Not Kingdom” yang berarti kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan. Pada awalnya, Punk adalah sebuah cabang dari musik rock dimana musik rock merupakan sebuah genre musik yang berasal dari musik rock and roll yang telah lahir lebih dahulu yaitu pada tahun 1955. Subkultur Punk muncul sekitar tahun 1970 an di Inggris. Punk mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970 an. Masuknya Punk ke Indonesia diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran Punk ke Indonesia namun perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya. Punk di Indonesia pada awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan menunjukkan gaya hidup Punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai gaya hidupnya (Sulastri, 2012).


(49)

34

2.4.2 Definisi Punk

Punk didefinisikan oleh O’Hara tahun 1999 (dalam Sulastri, 2012) dalam tiga bentuk. Pertama, Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Kedua, Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, Punk sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri. Definisi pertama adalah definisi yang paling umum digambarkan oleh media. Tapi justru yang paling tidak akurat karena cuma menggambarkan kesannya saja.

Penyebaran budaya Punk tidak lepas dari adanya peran dari media yang dapat menyebarluaskan jenis musik ini yang mendorong anak-anak muda untuk mengikuti gaya hidup yang disajikan dalam musik Punk tersebut. Maka dapat dikatakan mereka yang bergaya hidup dan berbudaya Punk mengimitasi suatu bentuk gaya hidup dan budaya yang diterimanya melalui musik yang mereka dengarkan. Suatu bentuk pembelajaran untuk bertingkah laku yang didapat ini sangat mungkin mendapat tanggapan sebagai perilaku yang menyimpang. Peniruan ini semakin didukung dengan adanya desakan dari orang-orang lain yang sebaya (peer group) yang juga mempunyai tingkah laku yang sama dilingkungannya. Hal ini menimbulkan suatu bentuk delinquency imitation model (peniruan model kenakalan remaja).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Punk adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana mereka memiliki fashion yang khas, keberanian untuk


(50)

memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.

2.5 Kerangka Berpikir

Perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk sudah tidak lagi menjadi pembicaraan yang asing. Pelaku kekerasan di ibu kota maupun di kota-kota besar di Indonesia salah satunya adalah anak Punk, mulai dari cara berbicara yang kurang baik, beberapa kasus pemalakan secara paksa sampai melibatkan kekerasan fisik dan perilaku kekerasan lainnya yang dianggap meresahkan masyarakat sekitar. Agresivitas itu sendiri adalah perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang lain (Myers, 2009).

Agresivitas muncul disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, dan situasional. Baron dan Byrne (2005) menyebutkan faktor-faktor sosial yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah yang meliputi kata-kata atau tindakan orang lain. Faktor-faktor pribadi yaitu traits, dan provokasi langsung, suhu udara, alkohol, pengaruh media massa, dan narsisme merupakan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku agresif.

Kepribadian merupakan salah satu faktor internal yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi. Trait kepribadian cenderung menetap atau stabil di dalam diri individu sehingga dapat diperkirakan bahwa individu yang memiliki trait agresi akan melakukan perilaku agresi dalam setiap situasi. Kepribadian itu sendiri adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan


(51)

36

munculnya konsistensi pola perasaan, pikiran, dan tindakan (Pervin, Cervone, & John, 2005).

Extraversion dikarakteristikkan dengan keinginan untuk bersosalisasi. Seseorang dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung lebih periang, penyayang, banyak bicara, suka berkumpul, dan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Individu yang demikian secara tidak sadar lebih sering mungkin untuk menyakiti orang lain secara verbal.

Individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi menggambarkan seseorang yang temperamental, mengasihani diri sendiri, emosional, mengalami kecemasan, dan rentan terhadap gangguan stres. Individu yang seperti ini sering melakukan perilaku agresif kepada orang lain yang dianggap mengganggu kenyamanan dan keamanan mereka.

Individu dengan tingkat conscientiousness yang tinggi digambarkan sebagai individu yang pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Individu seperti ini dengan keteraturan yang dimiliki akan mudah melakukan perilaku agresif bila orang lain atau bahkan situasi yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan atau direncanakan oleh mereka.

Teman sebaya bagi remaja termasuk anak Punk merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Seorang remaja akan senantiasa melakukan perilaku yang positif menurut mereka atau negatif menurut orang lain bilamana perbuatan tersebut dikehendaki oleh kelompok. Salah satu pengaruh kelompok


(52)

terhadap remaja adalah konformitas. Konformitas mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan remaja. Konformitas merupakan salah satu faktor eksternal yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresif. Konformitas itu sendiri muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2005).

Selain trait kepribadian big-five dan konformitas teman sebaya, peneliti juga melihat akan adanya kemungkinan dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan usia yang dapat mempengaruhi agresivitas.

Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat pengaruh konformitas teman sebaya dan trait kepribadian big five terhadap agresivitas pada anak Punk di Jabodetabek. Dalam penelitian ini, dependent variable yaitu agresivitas, sedangkan independent variable berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas adalah konformitas teman sebaya dan trait kepribadian big five. Konformitas teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konformitas compliance dan convertion. Sedangkan trait kepribadian big five yang dimaksudyakni extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness. Selain itu, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan usia juga akan dilihat pengaruhnya terhadap agresivitas anak punk di Jabodetabek.

Jika digambarkan dengan model, maka kerangka berpikir akan tampak seperti pada bagan berikut ini:


(53)

38

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh KonformitasTeman Sebaya dan Trait Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas

2.6 Hipotesis

2.6.1 Hipotesis Mayor

Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

AGRESIVITAS

Extraversion

Neuroticism Conscientiuosness

Agreeableness

Compliance

Jenis Kelamin Conversion Openness


(54)

2.6.2 Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan Agreeableness dalam Trait Kepribadian Big

Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan Extraversion dalam Trait Kepribadian Big

Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan Conscientiousness dalam Trait Kepribadian

Big Five terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan Neuroticism dalam Trait Kepribadian Big Five

terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan Openness dalam Trait Kepribadian Big Five

terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan Compliance dalam Konformitas terhadap

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan Conversion dalam Konformitas terhadap

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan Jenis Kelamin terhadap Agresivitas Anak


(55)

40

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan tentang populasi, sampel, teknik sampling, variabel penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas intrumen, teknik analisis data, serta prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah anak Punk di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Berdasarkan populasi di atas, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan pendekatan non probability sampling untuk yang mana tidak menjamin setiap elemen dalam populasi memiliki peluang yang sama serta tidak ada cara untuk mengestimasikan ke dalam sampel. Peneliti menggunakan bentuknon probability sampling yang sering dipakai, yaitu convenience sampling yang melibatkan penyeleksian terutama berdasarkan kesediaan dan kemauannya untuk merespon (Shaughnessy, 2007).

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 181 anak Punk dimana sebaran sampel dapat dilihat pada tabel 3.1.


(56)

Tabel 3.1 Tabel Sebaran Sampel

Kota Daerah Jumlah

Jakarta

Blok M 15

Fatmawati 25

Kebayoran Lama 11

Mencong 18

Komplek DEPSOS 10 Panglima Polim 8

Pancoran 6

Permata Hijau 8

Wijaya 6

Tangerang Selatan

Gaplek 16

Gintung 10

Kedaung 10

Pondok Ranji 7

Bogor Parung 31

Jumlah 181

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Agresivitas

Variabel agresivitas dalam penelitian ini sebagai Dependent Variable (Variabel Terikat) yang terdiri dari 4 (empat) dimensi, yaitu:

1) Fisik 2) Verbal

3) Marah (Anger)


(57)

42

2. Trait Kepribadian Big Five

Variabel Trait Kepribadian Big Fived alam penelitian ini sebagai Independent Variable (Variabel Bebas) yang terdiri dari 5 (lima) dimensi, yaitu:

1) Neuroticism 2) Extraversion 3) Openness 4) Agreeableness 5) Conscientiousness 3. Konformitas teman sebaya

Variabel Konformitas Teman Sebayadalam penelitian ini sebagai Independent Variable (Variabel Bebas) yang terdiri dari 2 (dua) dimensi, yaitu:

1) Compliance 2) Conversion

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan definisi operasional dari variabel-variabel penelitian yang akan digunakan. Adapun penjelasan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:

1. Agresivitas diartikan sebagai bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis (Berkowitz, 1993),


(58)

yang terdiri dari empat dimensi agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi marah, dan agresi permusuhan (Buss & Perry, 1992).

a) Agresi fisik. Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti melukai, menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang, memukul, menendang, atau membakar.

b) Agresi verbal. Komponen perilaku motorik seperti: menyakiti dan melukai orang lain melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak, berdebat, menunjukkan ketidaksesuaian/ ketidaksetujuan, menyebar gossip, dan bersikap sarkatis.

c) Agresi marah. Emosi/ afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau cedera fisik maupun psikis yang diderita individu. Misalnya, kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

d) Agresi permusuhan. Sikap negatif terhadap orang lain karena penilaian sendiri yang negatif.

2. Trait Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dalam lima buah tipe kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima tipe trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openess (Costa & McCrae dalam Cloninger, 2009).

a) Extraversion (E). Extraversion digambarkan dengan individu cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan


(59)

44

menyukai kesenangan.Selain itu, individu tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor (E) rendah. Extraversion dicirikan dengan kecenderungan yang positif seperti memiliki antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang lain.

b) Agreeableness (A). Agreeableness digambarkan denganindividu memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati. Faktor ini juga disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan tingkat agreeableness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

c) Conscientiousness (C). Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Faktor ini dapat juga disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.


(60)

d) Neuroticism (N). Neuroticism digambarkan dengan individu yang memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi, sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

e) Openness (O). Openness digambarkan dengan individu yang bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

3. Konformitas Teman Sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan sikap dan tingkah laku akibat meniru sikap dan perilaku orang lain di dalam tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2005), yang terdiri dari konformitas compliance dan konformitas conversion (Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994).

a) Compliance. Compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan


(61)

46

hadiah yang ditawarkan jika mereka melakukannya, atau menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain. b) Conversion. Conversion adalah kebalikan dari konformitas compliance.

Konformitas ini terjadiketika seseorang menyesuaikan diri dalam ketiadaan orang lain, karena ia melakukan apa yang dianggap benar atau ingin dilakukan.

4. Punk dalam penelitian ini adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana mereka memiliki fashion yang khas, keberanian untuk memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala dan kuesioner yang terdiri dari:

1. Isian biodata subjek penelitian. Angket ini berisikan pertanyaan mengenai biodata responden, seperti inisial, jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir.

2. Agresivitas didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan mengadaptasi skala agresivitas Buss & Perry (1992). Agresivitas yang


(62)

diukur berdasarkan bentuk-bentuknya, yakni agresivitas fisik, verbal, kemarahan (anger), dan permusuhan (hostility).

Tabel 3.2

Tabel Blue Print Skala Agresivitas Buss & Perry

Dimensi

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Physical Aggression

(Agresivitas Fisik) 2, 5, 8, 11, 13, 22, 25, 29 16 9

Verbal Aggression

( Agresivitas Verbal) 4, 6, 14, 21, 27 5

Anger (Amarah) 1, 12, 18, 19, 23, 28 9 7

Hostility (Permusuhan) 3, 7, 10, 15, 17, 20, 24, 26 8

Jumlah 27 2 29

3. Skala trait kepribadian Big Five dalam penelitian yang akan digunakan adalah MINI-International Personality Item Pool (MINI-IPIP) merupakan alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg pada tahun 2006.

Skala ini diadaptasi dari skala IPIP-NEO yang awalnya berjumlah 50 item menjadi 20 item, dimana setiap faktornya terdiri dari 4 item yaitu: Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006). Tabel blue print skala MINI-IPIP dapat dilihat pada tabel 3.3.


(63)

48

Tabel 3.3

Tabel Blue Print Skala MINI-IPIP

Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah

Agreeableness

12, 18 13

4

6

Extraversion 1

4

11

2

3

Conscientiousness 19 4

4

9

8

Neuroticism 5

4

20

16

15

Openness 7 10

4

14, 17

Jumlah 10 10 20

Skala konformitas teman sebaya yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada jenis-jenis konformitas menurut Nail, Levine, & Russo (dalam Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994). Tabel blue print skala konformitas teman sebaya dapat dilihat pada tabel 3.4.


(1)

ITEM5 0.00

ITEM15 9.50

ITEM16 9.49

ITEM20 -0.76

NEUROTIC 0.00

Chi-Square=0.13, df=1, P-value=0.71835, RMSEA=0.000 18.97

-0.95

3.24

2.71

SYNTAX DIMENSI NEUROTICISM

UJI VALIDITAS KONSTRUK BIG FIVE DA NI=20 NO=181 MA = KM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 PM SY FI = bigfive.cor

SE

5 15 16 20/

MO NX =4 NK = 1 TD = SY, FI LK

NEUROTICISM

FR TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 4 1 TD 3 2

PD

OU AD = OFF IT = 500 FS TV MI


(2)

ITEM7

0.00

ITEM10

9.49

ITEM14

2.88

ITEM17

9.49

OPENNESS 0.00

Chi-Square=0.98, df=2, P-value=0.61167, RMSEA=0.000 18.97

5.08 2.35

-0.38

SYNTAX DIMENSI OPENNESS

UJI VALIDITAS KONSTRUK BIG FIVE DA NI=20 NO=181 MA = KM LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 PM SY FI = bigfive.cor

SE

7 10 14 17/

MO NX =4 NK = 1 TD = SY, FI LK

OPENNESS

FR TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 3 1

PD

OU AD = OFF IT = 500 FS TV MI SS


(3)

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

SYNTAX DIMENSI COMPLIANCE

UJI VALIDITAS KONSTRUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DA NI=23 NO=181 MA = KM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23

PM SY FI = konform.cor SE

1 2 3 4 5 7 8 9 10 18 19 20 22/ MO NX =13 NK = 1 TD = SY, FI LK

COMPLIANCE

FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1

FR TD 12 10 TD 8 7 TD 8 4 TD 10 7 TD 6 3 TD 8 1 TD 8 5 TD 4 1 FR TD 12 11 TD 11 10 TD 11 7 TD 9 4 TD 10 4 TD 11 1 TD 12 6 TD 9 8 FR TD 13 3 TD 7 2 TD 10 6

PD


(4)

ITEM1

8.42

ITEM2

8.59

ITEM3

7.51

ITEM4

9.57

ITEM5

8.80

ITEM7

8.50

ITEM8

9.60

ITEM9

9.56

ITEM10

9.48

ITEM18

9.66

ITEM19

9.56

ITEM20

9.46

ITEM22

6.35

COMPLIAN

0.00

Chi-Square=62.71, df=46, P-value=0.05106, RMSEA=0.045

8.09

8.12

7.22

0.48

7.02

6.72

1.21

3.50

1.03

-1.14

-0.88

2.11

10.12


(5)

SYNTAX DIMENSI CONVERSION

UJI VALIDITAS KONSTRUK KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DA NI=23 NO=181 MA = KM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23

PM SY FI = konfor.cor SE

6 11 12 13 14 15 16 17 21 23/ MO NX =10 NK = 1 TD = SY, FI LK

CONVERSION

FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR LX 10 1

FR TD 4 3 TD 9 4 TD 3 1 TD 8 5 TD 7 2 PD


(6)

ITEM6

9.42

ITEM11

8.10

ITEM12

7.83

ITEM13

7.85

ITEM14

8.17

ITEM15

5.10

ITEM16

8.58

ITEM17

9.27

ITEM21

9.48

ITEM23

9.46

CONVERSI

0.00

Chi-Square=41.15, df=30, P-value=0.08448, RMSEA=0.045 1.77 6.86 7.36 7.48 6.91 9.95 5.62 2.92 -0.40

1.17