Hasil Uji Asumsi Klasik

98 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dari grafik histogram didapatkan garis kurva normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal. Selain analisis grafik diatas, penelitian ini juga menggunakan uji statistik yaitu dengan non-parametrik Kolmogorov Smirnov K-S dalam melakukan uji normalitas karena penulis ingin mengatahui besarnya angka dalam uji tersebut, dengan ketentuan jika Nilai A Simp Sig 2-tailed 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan jika nilai A Simp Sig 2-tailed 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Tabel 4.17 Hasil Uji One-Sample Komogorov-Smirnov K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 83 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,67995632 Most Extreme Differences Absolute ,066 Positive ,066 Negative -,058 Test Statistic ,066 Asymp. Sig. 2-tailed ,200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Tabel 4.17 menunjukkan hasil statistik dari uji normalitas memperlihatkan Nilai A Simp Sig 2-tailed sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi normal. 99

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunkaan metode grafik Scatterplot yang dihasilkan dari output program SPSS versi 22. Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari gambar 4.4 tersebut terlihat tititk-titik meyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi penyimpangan asumsi klasik heteroskedasitisitas pada model regresi yang dibuat, dengan kata lain menerima hipotesis homoskedastisitas. Untuk dapat lebih meyakinkan apakah ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan juga uji spearman. 100 Uji dengan gambar plot dapat menyesatkan bila jumlah data sedikit. Untuk itu diperlukan pengujian lebih akurat yaitu dengan metode spearman. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel mempengengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut ut AbsUT Ghozali, 2011:143. Gambar 4.18 Hasil Uji Spearman untuk Heterokedastisitas Correlations gk lk k kk Spearmans rho gk Correlation Coefficient 1,000 ,411 ,031 ,495 Sig. 2-tailed . ,000 ,782 ,000 N 83 83 83 83 Lk Correlation Coefficient ,411 1,000 ,187 ,664 Sig. 2-tailed ,000 . ,091 ,000 N 83 83 83 83 K Correlation Coefficient ,031 ,187 1,000 ,298 Sig. 2-tailed ,782 ,091 . ,006 N 83 83 83 83 kk Correlation Coefficient ,495 ,664 ,298 1,000 Sig. 2-tailed ,000 ,000 ,006 . N 83 83 83 83 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Hasil ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas 0,05.dapat dilihat bahwa nilai sig. Gaya Kepemimpinan 0,495, nilai sig. Lingkungan 101 Kerja sebesar 0,664, dan nilai Kompensasi sebesar 0,298. Maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

c. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya multikolineritas didalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance. Regresi yang terbebas dari problem multikolineritasitas apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas Ghozali, 2013:106. Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant gk ,848 1,179 lk ,817 1,224 k ,958 1,044 a. Dependent Variable: kk Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Tabel 4.18 diatas, menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel bebas dalam penelitian ini lebih kecil dari 10 sedangkan nilai toleransi semua variabel bebas dari 10 yang berarti tidak terjadi 102 kolerasi antar variabel bebas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

4. Hasil Regresi Linear Berganda

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi linear berganda. Siregar 2013:379 mengatakan regresi linear berganda digunakan untuk satu variabel tidak bebas dependen dan dua atau lebih variabel bebas independen. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas dependen yang dipengaruhi oleh variabel bebas independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara gaya kepemimpinan transaksional, lingkungan kerja, dan kompensasi variabel Independen terhadap kepuasan kerja variabel independen digunakan analisis regresi linear berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Y= a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +e Ket: Y = Variabel Kepuasan Kerja a = Konstanta regresi berganda X 1 = Variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional X 2 = Variabel Lingkungan Kerja X 3 = Variabel Kompensasi b 1 = Koefisien regresi Gaya Kepemimpinan Transaksional b 2 = Koefisien regresi Lingkungan Kerja b 3 = Koefisien regresi Kompensasi e = Error 103 Berikut ini merupaskan hasil uji regresi linear berganda: Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2,149 1,331 1,615 ,110 Gk ,272 ,084 ,272 3,231 ,002 Lk ,276 ,045 ,523 6,104 ,000 K ,102 ,049 ,165 2,089 ,040 a. Dependent Variable: kk Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel diatas, maka nilai konstanta dan koefisien regresi dapat dibentuk menajadi: Y= 2,149 +0,272X 1 +0,276 X 2 + 0,102 X 3 Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, maka nilai konstanta dan koefisien regresi dapat dibentuk menjadi: Dari persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Nilai a sebesar 2,149 berarti jika X 1 gaya kepemimpinan transaksional, X 2 lingkungan kerja dan X 3 kompensasi bernilai 0, maka kepuasan kerja akan bernilai 2,149. b. Koefisien regresi dari variabel X 1 gaya kepemimpinan transaksional sebesar 0,272 menyatakan bahwa Y kepuasan kerja akan meningkat sebesar 0,272 untuk setiap tambahan satu satuan X 1 gaya 104 kepemimpinan transaksional dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi apabila gaya kepemimpinan transaksional mengalami peningkatan satu satuan, maka kepuasan kerja akan meningkat sebesar 0,272. c. Koefisien regresi dari variabel X 2 lingkungan kerja sebesar 0,276 menyatakan bahwa Y kepuasan kerja akan meningkat sebesar 0,276 untuk setiap tambahan satu satuan X 2 lingkungan kerja dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi apabila lingkungan kerja mengalami peningkatan satu satuan, maka kepausan kerja akan meningkat sebesar 0,276. d. Koefisien regresi dari variabel X 3 kompensasi sebesar 0,102 menyatakan bahwa Y kepuasan kerja akan meningkat sebesar 0,102 untuk setiap tambahan satu satuan X 3 kompensasi dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi apabila kompensasi mengalami peningkatan satu satuan, maka kepausan kerja akan meningkat sebesar 0,102. Untuk mengetahui diantara variabel bebas tersebut yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien beta masing-masing. Koefisien beta merupakan nilai dari koefisien regresi yang telah distandarisasi dan berguna untuk membandingkan mana di antara variabel bebas yang dominan terhadap variabel terikat. Dari tabel dapat dilihat nilai koefisien beta untuk masing-masing variabel bebas tersebut:

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap Motivasi Kerja Karyawan

21 321 85

Pengaruh Kompensasi Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

0 11 158

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 8 13

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KOMPENSASI GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 3 12

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KOMPENSASI GAYA Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 2 14

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Personel Alih Daya Kota Jambi).

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Personel Alih Daya Kota Jambi).

0 1 8

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Personel Alih Daya Kota Jambi).

0 2 16

Pengaruh kompensasi, lingkungan kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap loyalitas karyawan.

6 40 179

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN

2 2 145