22 Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pola
tingkah laku atau cara seseorang dalam memimpin suatu perusahaan untuk memotivasi dan berkomunikasi yang baik dengan bawahan agar
karyawan dapat berkerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Teori-teori Kepemimpinan
Menurut Robbins
2006:314 membagi
teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:
1. Teori Sifat Trait Theories Teori sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat atau ciri-ciri
kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Teori ini menyebutkan setidaknya
enam sifat dari seorang pemimpin yang membedakannya dari bukan pemimpin yaitu, ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin,
kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, dan pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Teori Perilaku
Kepemimpinan Behavioral
Theories Of
Leadership Teori perilaku kepemimpinan adalah teori yang mengemukakan
bahwa perilaku-perilaku yang spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Teori-teori yang termasuk ke dalam teori
perilaku pemimpin sebagai berikut:
23 a Teori Universitas Negeri Ohio Ohio State Studies
Teori ini membagi perilaku pemimpin ke dalam dua dimensi, yaitu:
1 Struktur awal Initiating Structure: sejauh mana seorang pemimpin
berkemungkinan mendefinisikan
dan menstruktur peran mereka dan peran bawahan dalam upaya
mencapai tujuan. 2 Pertimbangan Considerating: sejauh mana seorang
pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan saling percaya, menghargai gagasan
bawahan, dan memperhatikan perasaan mereka. b Telaah Universitas Michigen University Of Michigan Studies
Telaah ini juga membagi perilaku pemimpin ke dalam dua dimensi yaitu:
1 Pemimpin berorientasi produksi production oriented leader: pemimpin yang menekankan aspek teknis atau
tugas dari pekerjaan. 2 Pemimpin berorientasi karyawan employee oriented
leader: pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi.
24 c Geradi Manajerial Blake And Mouton Blake and Mauton
Managerial Grid Geradi manajerial blake and mouton adalah suatu matriks
sembilan-kali-sembilan yang membagankan delapan puluh satu gaya kepemimpinan yang berlainan. Berdasarkan Blake dan
Mouton, manajer dijumpai paling baik kinerjanya pada gaya 9,9 dimana perhatiannya pada produksi tinggi tetap
perhatiaanya pada orang-orang bawahan juga tinggi, dibandingkan dengan gaya 9,1 tipe otoritas atau gaya 1,9 tipe
country club atau hura-hura. d Studi Skandinavia Scandinavian Studies
Premis dasar dari studi ini adalah bahwa dalam suatu dunia yang berubah, pemimpin yang efektif akan menampakkan
perilaku yang berorientasi perkembangan development- oriented-behavior. Pemimpin yang berorientasi perkembangan
tersebut adalah pemimpin yang menghargai eksperimentasi, mengusahakan gagasan baru, dan menimbulkan serta
melaksanakan perubahan.
3. Teori KontingensiSituasional ContigencySituational Theory Teori
kepemimpinan kontingensisituasional
adalah suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang mengajurkan pemimpin
25 untuk memahami perilaku mereka, perilaku bawahan dan situasi
sebelum menggunakan gaya kepemimpina tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnosa
dalam hubungan antara manusia Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1997:280.
d. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Menurut pendapat Robbins 2010:27 Gaya kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang memadu atau memotivasi
pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tujuan tugas.
e. Karakteristik Pemimpin Transaksional
Menurut pendapat Robbins 2010:30 karakteristik gaya kepemimpinan transaksional sebagai berikut:
1 Karakteristik Pemimpin Transaksional a Imbalan kondisional: mengontrakan pertukaran imbalan atas
upaya, menjanjikan imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui prestasi.
b Manajemen dengan pengecualian aktif: menjaga dan mencari penyimpanan dari aturan dan standar, mengambil tindakan
koreksi. c Manajemen dengan pengecualian pasif: hanya ikut campur
jika standar tidak dipenuhi.
26 d Laissez-Faire: melepaskan tanggung jawab, menghindari
pengambilan keputusan.
3. Lingkungan Kerja
a. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak
melaksanakan proses produksi secara langsung dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung
terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang kondusif dan memuaskan bagi karyawannya
akan membuat karyawan tersebut nyaman dan semangat dalam bekerja sehingga kinerjanya pun meningkat. Sebaliknya lingkungan kerja yang
tidak memadai akan membuat karyawan tidak nyaman dan tidak semangat dalam bekerja sehingga akan menurunkan kinerjanya.
Menurut Sedarmayanti 2011:21, lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan
sekitarnya di mana seseorang bekerja, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Kondisi lingkungan
kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian
lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik
27 dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Alex S Nitisemito dalam Hasibuan 2010, mengungkapkan
bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan. Kemudian Nitisemito juga menambahkan bahwa perusahan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang
mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang
hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar karyawan pada saat bekerja, baik berbentuk fisik maupun non fisik yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya. Baik
lingkungan fisik maupun non fisik, keduanya harus diperhatikan oleh perusahaan karena akan mempengaruhi kepuasan para karyawannya.
b. Jenis-Jenis Lingkungan Kerja
Sedarmayanti 2011:21 menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu :
1 Lingkungan Kerja Fisik
28 Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Adapun menurut Sedarmayanti, yang termasuk lingkungan fisik dalam perusahaan antara lain adalah sebagai
berikut: a PeneranganCahaya
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja.
Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang
jelas, mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan tentu
saja pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit
dicapai. b Tata Warna
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak
dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap
perasaan. Sifat dan pengaruh warna terkadang menimbulkan