4. Arsetip Archetype
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk pikiran yang banyaknya tak terbatas tetapi Jung memusatkan diri pada image dan bentuk pikirian
yang muatan emosinya besar, yang dinamakannya archetype dinamakan juga dominan, primordial image, imago, mitologic image, atau pola tingkah
laku. Seperti gambaran primordial lainnya, arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi
tertentu. Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar, kekuatan pengalaman manusia yang berusia ribuan tahun.
Arkhetip yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk
pusat kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Arkhetip “kekuatan” misalnya; sepanjang sejarah manusia telah
dihadapkan dengan kekuatan alam yang dahsyat, arus sungai, air terjun, banjir, badai, petir, kebakaran hutan, gempa bumi, tsunami, lapindo, dan
lain-lain. Nenek moyang kita pada generasi manapun mengagumi kekuatan dan berkeinginan kuat untuk menciptakan dan mengontrol
kekuatan. Sikap terhadap kekuatan lintas generasi itu akhirnya menjadi unsur yang ikut diturunkan dalam proses kelahiran, dalam bentuk arsetip
kekuatan. Bayi yang baru lahir telah memiliki predisposisi untuk mengagumi kekuatan dan hasrat untuk menciptakan dan mengontrolnya.
Arsetip ibu menghasilkan gambaran tentang ibu dalam tak sadar kolektif yang kemudian diidentifikasikan dengan ibu yang senyatanya. Dengan
kata lain bayi mewarisi kosepsi mengenai ibu yang bersifat umum yang sudah terbentuk ratusan generasi sebelumnya, yang akan ikut
menentukan bagaimana bayi mempersepsikan ibunya. Jadi persepsi bayi kepada ibunya ditentukan oleh arsetip ibu dan pengalaman nyata bayi
tersebut dengan ibunya. Kedua faktor itu berpadu secara harmonis, karena arsetip merupakan kumpulan pengalaman universal, yang cocok dipakai
siapa saja.
43
Jung mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan lahir kembali, kematian, kekuatan, magi, uniti, pahlawan, Tuhan, setan, orang
bijak, ibu pertiwi, binatang, dll. Di antaranya yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku adalah; persona, anima-animus,
shadow, dan self. Keempat archetype ini telah berkembang jauh dan sering dipandang sebagai sistem terpisah dalam kepribadian:
Persona: topeng, wajah yang dipakai menghadapi publik. Itu
mencerminkan persepsi masyarakat mengenai peran yang harus dimainkan seseorang dalam hidupnya. Itu juga mencerminkan harapan
bagaimana seharusnya diri diamati orang lain. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan kepada dunia luar, atau
pendapat publik mengenai diri individu- sebagai lawan dari kepribadian diri yang berada di balik wajah sosial.
Persona dibutuhkan untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Tujuannya adalah menciptakan kesan
tertentu kepada orang lain dan sering juga menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya. Namun manakala orang mengidentifikasi diri
seutuhnya dengan personanya, itu akan membuat dirinya asing dengan dirinya sendiri dan dengan perasaan-perasaanya sendiri. Ia menjadi
manusia palsu, sekedar pantulan masyarakat, bukan manusia yang otonom. Dalam beberapa hal persona mirip dengan konsep super ego
dari Freud.
Anima dan Animus: Manusia pada dasaranya biseks. Begitu pula
dalam kepribadian, ada arsetip femini dalam kepribadian pria, disebut anima, dan arsetip maskulin dalam kepribadian wanita disebut animus.
Arsetip itu merupakan produk pengalaman ras manusia. Sesudah mengalami hidup bersama berabad-abad, pria menjadi memiliki sifat
feminin dan sebaliknya wanita menjadi memiliki sifat maskulin. Sifat-sifat itulah yang diturunkan dalam bentuk arsetip, anima dan animus. Karakter
yang digambarkan oleh Jung itu mewujud pada perilaku Kepala Sekolah
44
atau Pemimpin berjenis kelamin perempuan menunjukkan arsetip maskulin di sebut animus, demikian terjadi bagi laki-laki yang berprofesi sebagai
Koki cenderung berperilaku gambaran arsetip feminim di sebut anima. Anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan
ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan
jenisnya. Pria memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya. Namun identifikasi
gambaran ideal anima dan animus tanpa menghiraukan perbedaannya dengan kenyataan, bisa menimbulkan kekecawaan karena keduanya tidak
identik. Harus ada kompromi antara tuntunan tak sadar kolektif dengan realitas dunia, agar terjadi penyesuaian yang sehat.
Shadow: bayangan adalah arsetip yang mencerminkan insting
kebinatangan yang diwarisi manusia dari evolusi makhluk tingkat rendahnya. Menurut Darwin manusia adalah evolusi dari binatang, dan
sifat-sifat kebinatangan tetap ada dalam diri manusia, dalam wujud arsetip shadow atau bayangan. Jadi bayangan adalah sisi binatang dalam
kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat dan berpotensi menimbulkan bahaya. Namun karena bermuatan emosi yang kuat,
spontanitas, dan dorongan kreatif, bayangan juga menjadi sumber penggerak kehidupan ingat konsep ego ideal dari Freud.
Bayangan bila diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi iblis atau musuh. Bayangan juga mengakibatkan ke dalam kesadaran muncul
pikiran-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan dicela masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di balik persona, atau
ditahan oleh tak sadar pribadi. Itulah sebabnya arsetip itu mempengaruhi tak sadar pribadi dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego.
Apabila bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur ke dalam tingkah laku yang berguna, dan dampaknya orang
45
menjalani hidup dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan bayangan menjadi agresi, kekejian yang
merusak diri sendiri dan orang lain. Bayangan adalah insting dasar yang menuntun penyesuaian dengan realita berdasarkan pertimbangan untuk
menyelamatkan diri survival. Insting semacam itu sangat penting dalam situasi yang menuntut keputusan dan reaksi segera, karena bayangan
dapat membuat tingkah laku dalam situasi bahaya tetap efektif. Sebaliknya apabila bayangan tidak dapat dimanfaatkan, atau direpress, pikiran sadar
dari ego tidak mengambil keputusan dengan cepat, orang akan kebingungan ketika mengahadapi situasi bahaya sehingga tidak dapat
bertindak.
Self: Konsep keutuhan dan kesatuan kepribadian dipandang sangat
penting oleh Jung. Self adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self menyatakan diri dalam berbagai simbol,
seperti lingkaran magis atau mandala simbol meditrasi Agama budha, mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran, dimana self menjadi
pusat lingkaran itu. Bentuk mandala itu di dalamnya sering terdapat segi empat. Lingkaran menjadi simbol dari kesatuan-keutuhan, dan segi empat
mempunyai banyak makna, bisa arah mata angin, bisa empat elemen dunia: api-air-tanah-angin.
Self menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam
ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif. Kalau digambarkan kesadaran dengan ego berada dipusatnya,
dapat dibayangkan proses asimilasi isi-isi tak sadar ke dalam sadar membutuhkan pusat yang mengatur keduanya. Titik tengah-tengah antara
sadar dan tak sadar itu menjadi tempat self, yang menyeimbangkan antara sadar dan tak sadar, yang menjamin kepribadian memiliki pondasi baru
yang lebih kokoh.
46
Sebelum self muncul, berbagai komponen kepribadian harus lebih dahulu berkembang sepenuhnya dan terindividuasikan. Karena alasan ini,
arsetip diri tidak akan tampak sebelum orang mencapai usia setengah baya. Pada usia itu orang mulai berusaha dengan sungguh-sungguh dan
disiplin mengubah pusat kepribadiannya dari ego sadar ke ego yang berada di antara kesadaran dan ketidak sadaran daerah tempat self.
Konsep tentang self mungkin merupakan penemuan psikologik Jung yang terpenting dan merupakan puncak penelitian yang intensif mengenai
arsetip.
C. Simbolisasi Symbolization