Paradigma Trait Konsep Psikologi Kepribadian

virus pengganggu yang harus dieliminasi, jika individu ingin memperoleh kembali hidup dalam kepuasan hidup sehat. Energi psikis oleh manusia harus dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang positif, untuk kemaslahatan diri. Manakala energi psikis dipakai secara salah maka manusia tidak memperoleh kepuasan secara wajar, sehingga muncullah simpton-simpton neurotik. Psikoanalitik mencoba menjelaskan bagaimana membebaskan energi yang digunakan oleh simpton neurotik, mengembalikan jalur energi instingtif ke aktivitas yang dihekendaki. Teori Psikoanalitik dikembangkan pertama kali oleh Sigmund Freud. Belakangan ini banyak pengikutnya yang mengembangkan teori psikologi kepribadiannya sendiri. Para pengikutnya di ataranya adalah: C.G.Yung, A. Adler, Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, H.S. Sullivan. Setiap teori memerikan wujud kepribadian, bagaimana struktur, dinamika, dan perkembangan elemen-elemen pendukungnya. Kebanyakan pakar Psikoanalitik berlatar profesi medik Psikiater, maka mereka menempatkan diri sebagai terapis, teknik yang dipakai catharsis dan free association keduanya dipandang sebagai ”pil ajaib” untuk menyembuhkan penyakit psikis.

3. Paradigma Trait

Paradigma Trait ini berbeda jauh dengan Psikoanalitik, berkembang menjadi Psikologi Eksperimen. Pakar Psikologi Eksperimen adalah Wilhelm Wundt. Psikologi Eksperimen memandang psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran. Wundt mencoba menemukan elemen dasar dari pengalaman, memakai teknik-teknik yang semula digunakan untuk eksperimen fisiologi dan pengindraan, dan teknik introspeksi. Menurutnya, untuk memahami tingkah laku harus diketahui terlebih dahulu unsur-unsur terkecil yang mendukung terjadinya tingkah laku di dalam diri manusia. Pendekatan ini yang pada awalnya berkembang dan dikenal sebagai 7 Psikologi Strukturalisme yang pada akhirnya berkembang luas di awal sejarah psikologi Pada perkembangan berikutnya strukturalisme dipandang tidak pragmatis dan metode introspeksi eksperimen terbukti kurang obyektif. Akhirnya muncul pemikiran baru yaitu bidang Psikologi Fungsionalisme, Psikologi Gestalt, dan Psikologi Behaviorime. Tradisi Fungsionalisme menguraikan tentang habit, ingatan, berfikir, motivasi, dan fungsi jiwa yang lain. William James memandang bahwa manusia adalah kumpulan potensi-potensi dan kepribadian adalah aktualisasi potensi-potensi, bagaimana potensi digunakan dalam kehidupan. Pemahaman dan pengukuran besarnya potensi manusia menjadi domain kajian tradisi Psikologi Pengukuran. Tes psikologi mengukur aktualisasi suatu potensi kemudian menyimpulkan bagian dari potensi yang sudah difungsikan walaupun bagian yang masih laten. Metode kuesioner untuk mempelajari perbedaan individu yang dikembangkan oleh psikologi pengukuran yang tidak terpisahkan dengan psikologi kepribadian. Teori Trait dipelopori oleh William James, Murray, Abraham Maslow, R.Cattel, Eysenck, Allport, dan yang lainnya. Muara teori kepribadian adalah pengenalan terhadap model-model fungsi kepribadian dalam kehidupan. Cattel dan Eysenck memakai analisis faktor untuk menemukan faktor yang saling asing dan Murray memakai pendekatan eklektik- interdisiplin dari metoda observasi-interview-kuesioner-proyektif- eksperimen untuk menemukan jenis-jenis need. Kepribadian diamati dalam kaitannnya dengan fungsinya terhadap lingkungan. Paradigma Trait lebih banyak membahas prediksi-prediksi tingkah laku. Nilai praktis dari psikologi kepribadian menjadi sangat tinggi di bidang pendidikan, industri, militer, dan lainnya, dalam arti memprediksikan keberhasilan individu dalam bidang tertentu, memilih atau menempatkan seorang yang tepat pada tempat yang tepat pula. 8

4. Paradigma Kognitif