Tahap dualistik 8 – 12 tahun: ditandai dengan pembagian ego
menjadi dua, obyektif dan subyektif. Anak kini memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang
terpisah. Pada tahap dualistik ini kesadaran terus berkembang, pulau- pulau kesadaran menyatu, dihuni oleh ego-kompleks yang menyadari diri
sendiri baik sebagai obyek maupun sebagai subyek. Jung mengamati bahwa anak-anak sering mengalami kesulitan emosional. Menurutnya,
hampir pasti kesulitan itu merefleksikan “pengaruh buruk di rumah”. Sampai anak masuk sekolah, mereka masih belum memiliki kesadaran
identitas diri. Menurut Jung, anak hidup dalam atmosfer jiwa yang tertutup yang diberikan orang tuanya, dan kehidupan psikisnya diatur oleh insting.
Kecuali ritme tidur, makan, defakasi, dan tingkah laku biologis dasar lain yang diatur oleh insting, tingkah laku lain bersifat anarkis dan kacau kalau
tidak diprogram oleh orang tuanya. Jelas salah sekali menginterpretasi anak yang aneh – keras kepala – tidak patuh atau sukar diasuh, sebagai
tingkah laku yang sengaja atau tingkah laku yang terganggu secara serius. Dalam kasus semacam itu selalu harus diuji iklim psikologis dan sejarah
pengasuhan anak. Hampir tanpa kecuali akan ditemukan bahwa penyebab “anak sulit” adalah orang tuanya.
2. Usia Pemuda
Tahap pemuda berlangsung mulai dari pubertas sampai usia pertengahan. Pemuda berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari
orang tuanya; menemukan pasangan, membina rumah tangga, dan mempunyai tempat tinggal. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan,
kematangan seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang.
Kesulitan utama yang dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan kesadaran yang sempit pada masa anak-anak.
Kecenderungan untuk hidup seperti anak-anak dan menolak menghadapi kelumpuhan pribadi pada separuh kehidupannya yang akan datang,
64
mengalami hambatan usaha mencapai realisasi diri, tidak mampu menciptakan tujuan baru, dan tidak bisa mencari makna baru dalam
kehidupan. “kelahiran jiwa” terjadi pada awal pubertas, mengikuti terjadinya perubahan-perubahan fisik dan ledakan seksualitas. Tahap ini
ditandai oleh perbedaan perlakuan orang tua, dari perlakukan kepada anak-anak menjadi perlakuan kepada orang dewasa. Tiba-tiba kepribadian
harus banyak membuat keputusan dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial. Jika pemuda disiapkan secara baik, perubahan dari
aktivitas anak-anak menjadi aktivitas vokasional akan berlangsung lancar. Jika pemuda terikat dengan ilusi anak-anak, atau mengembangkan
harapan yang tidak realistik, dia akan menghadapi masalah yang luar biasa besar. Misalnya pemuda yang bercita-cita menjadi pilot, ternyata
ketajaman matanya tidak memenuhi syarat, kalau dia tidak segera menggeser tujuannya berarti dia terikat ilusi masa kecilnya, dia mungkin
akan mengalami distres. Tidak semua masalah tahap kedua ini datang dari luar, seperti pilihan pekerjaan tadi.
Kesulitan bisa datang dari dalam, misalnya yang disebabkan oleh insting seksual, atau terlalu peka, atau perasaan tidak aman. Di dalam
lubuk jiwa seseorang, dia mungkin ingin tetap menjadi anak, tetap berada dalam tahap dimana tidak ada masalah nyata dan tidak ada tanggung
jawab. Namun tugas dari usia perkembangan tahap kedua ini yang lebih penting adalah menangani masalah yang datang dari luar. Orang harus
mampu membuat keputusan, mengatasi hambatan, dan memperoleh kepuasan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3. Usia Pertengahan