BAB III PSIKOLOGI KEPRIBADIAN: PSIKOANALITIK
A. Paradigma Psikoanalitik Carl Gustav Jung
Ada beberapa tokoh Psikoanalitik di antaranta Carl Gustav Jung. Jung pada mulanya seorang pengikut setia Freud, namun kemudian mempunyai
beberapa pandangan penting yang berbeda. Pertama, Jung menolak
pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Menurutnya, kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya, seperti makan, kebutuhan
spiritual, dan pengalaman religius.
Kedua, Jung menentang pandangan mekanistik terhadap dunia dalam dari
Freud; bagi Jung tingkah laku manusia dipicu bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh padangan orang mengenai masa depan, tujuan dan
aspirasinya. Pandangan Jung bersifat purposive-mechanistic; event masa lalu dan antisipasi masa depan dapat mempengaruhi atau membentuk
tingkah laku. Freud memandang kehidupan sebagai usaha memusnahkan atau menekan kebutuhan insting yang terus menerus timbul, sedang Jung
memandang kehidupan sebagai perkembangan yang kreatif.
Ketiga, Jung mengumakakan teori kepribadian yang bersifat racial atau
phylogenis Filogenik: evolusi genetika yang berkait dengan sekelompok makhluk hidup. Asal muasal kepribadian secara filogenik berada pada garis
keturunan, melalui jejak ingatan dari pengalaman masa lalu ras manusia. Dasar kepribadian bersifat persona, earth mother, child, wise old man, dan
anima, semuanya menjadi predisposisi bagaimana orang menerima dan merespon dunia.
38
B. Struktur Kepribadian C.G Jung
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing
orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi
membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen
kepribadian. Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga
tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arkhetip beroperasi pada tingkat tak
sadar kolektif. Di samping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap introvers-ekstravers dan fungsi
pikiran-perasaan-persepsi-intuisi yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Ada juga self yang menjadi pusat kepribadian. Struktur
kepribadaian Jung digambarkan pada Gambar berikut.
Gambar 3.1 Struktur Kepribadian Menurut Jung
39
1. Kesadaran Consciusness dan Ego
Consciusness muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar,
menjadi semakin spesifik ketika bayi itu mulai mengenal manusia dan objek di sekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi
kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran ego berperan penting dalam menentukan persepsi, pikiran, perasaan, dan ingatan yang
bisa masuk ke kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke
kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan
identitas.
2. Tak Sadar Pribadi Personal Unconsciuous dan Kompleks
Complexes
Pengalaman yang tidak disetujui ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi disimpan daam personal unconscious tak sadar pribadi mirip
dengan prasadar dari Freud, sehingga tak sadar pribadi berisi pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan
sadar. Bagian terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan ke kesadaran, yakni ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke
kesadaran. Di dalam tak sadar pribadi, sekelompok idea perasaan-perasaan,
pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan mungkin mengorganisir diri menjadi satu, di sebut complexes. Jung menemukan kompleks ini
melalui risetnya dalam asosiasi kata. Sering terjadi orang kesulitan dalam ketidaksadaran pribadi berhubungan dengan organisasi pikiran-perasaan-
ingatan yang bermuatan emosi yang kuat. Kata apapun yang menyentuh organisasi itu akan menghasilkan respon yang tidak wajar misalnya
respon membutuhkan waktu yang lama sebelum muncul.
40
Istilah Kompleks telah menjadi bahasa sehari-hari. Orang dikatakan mempeunyai komplek kalau orang itu jenuh preoccupied dengan sesuatu
yang mempengaruhi hampir semua tingkah lakunya, sampai-sampai dikatakan oleh Jung, bukan orang itu yang memiliki kompleks, tetapi
komplekslah yang memiliki orang itu. Kompleks mempunyai inti, yaitu inti kompleks yang bertindak sebagai magnet menarik atau
mengkonsentrasikan berbagai pengalaman kearahnya, sehingga inti itu dipakai untuk menamai kompleks itu. Inti dan unsur yang terkait
dengannya bersifat tak sadar, tetapi kaitan-kaitan tersebut dapat dan sering menjadi sadar.
Misalnya, pegawai atau guru baru di sekolah memiliki kompleks inverior, dia terobsesi dengan penilaian bahwa dirinya kurang
berkemampuan, kurang berbakat, kurang menarik, dibanding orang lain. Dia yakin sadar bahwa inverioritasnya akibat dari prestasi buruknya di
sekolah atau di tempat kerja, hanya mempunyai sedikit teman, dan tidak mampu mengemukakan kemauan dan keinginannya. Orang yang
mengidap kompleks pemimpin, maka pikiran, perasaan dan perbuatannya dituntun oleh konsepsi tentang pemimpin-profesionalitas, otoritas,
kesuksesan seorang pemimpin. Napoleon terobsesi oleh kekuasaan yang membuatnya mampu mendirikan kekaisaran, Tolstoy terobsesi oleh
kesederhanaan, dam Michael Angelo terobsesi oleh keindahan. Mula-mula, Jung berpendapat bahwa pengalaman masa kecil
memicu berkembangnya suatu kompleks. Namun sesudah menganalisis bagaimana pengalaman masa kecil itu dapat menimbulkan kekuatan yang
sangat besar, Jung menemukan faktor pendukung timbulnya kompleks di dalam tingkat kesadaran yang paling dalam, yaitu tak sadar kolektif.
3. Tak Sadar Kolektif Collective Unconscious
Tak sadar kolektif di sebut juga transpersonal unconscious, konsep asli Jung yang paling kontroversial; suatu sistem psikis yang paling kuat
41
dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologik mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi makhluk manusia
memberi blue-print bukan hanya mengenai fisik atau tubuh tetapi juga mengenai kepribadian. Tak sadar kolektif adalah gudang ingatan laten
yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pramanusia atau binatang ingat teori evolusi Darwin. Ingatan
yang diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi. Namun yang diwariskan itu bukanlah
memori atau pikiran yang spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi kecenderungan untuk bertindak atau potensi untuk memikirkan sesuatu.
Adanya predisposisi membuat orang menjadi peka, dan mudah membentuk kecenderngan tertentu, walaupun tetap membutuhkan
pengalaman dan belajar. Manusia lahir dengan potensi kemampuan mengamati tiga dimensi, dan kemampuan itu baru diperoleh sesudah
manusia belajar melalui pengalamannya. Proses yang sama terjadi pada kecenderungan rasa takut pada ular dan kegelapan, menyayangi anak,
serta keyakinan adanya Tuhan. Tak sadar kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam
keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun ego, tak sadar pribadi, dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari
pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh tak sadar kolektif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkah laku sejak bayi. Bentuk dunia yang
dilahirkan telah dihadirkan dalam dirinya, dan gambaran yang ada di dalam itu mempengaruhi pilihan-pilihan pengalaman secara tak sadar. Tak
sadar pribadi dan tak sadar kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan semua yang telah dilupakan atau diabaikan, dan semua
kebijakan dan pengalaman sepanjang sejarah. Mengabaikan tak sadar dapat merusak ego, karena delusi dan sipmtom gangguan psikologik. Isi
utama dari tak sadar kolektif adalah arsetip, yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi. Sebagaimana digambarkan pada
Struktur Kepribadian menurut Jung.
42
4. Arsetip Archetype
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk pikiran yang banyaknya tak terbatas tetapi Jung memusatkan diri pada image dan bentuk pikirian
yang muatan emosinya besar, yang dinamakannya archetype dinamakan juga dominan, primordial image, imago, mitologic image, atau pola tingkah
laku. Seperti gambaran primordial lainnya, arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi
tertentu. Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar, kekuatan pengalaman manusia yang berusia ribuan tahun.
Arkhetip yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk
pusat kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Arkhetip “kekuatan” misalnya; sepanjang sejarah manusia telah
dihadapkan dengan kekuatan alam yang dahsyat, arus sungai, air terjun, banjir, badai, petir, kebakaran hutan, gempa bumi, tsunami, lapindo, dan
lain-lain. Nenek moyang kita pada generasi manapun mengagumi kekuatan dan berkeinginan kuat untuk menciptakan dan mengontrol
kekuatan. Sikap terhadap kekuatan lintas generasi itu akhirnya menjadi unsur yang ikut diturunkan dalam proses kelahiran, dalam bentuk arsetip
kekuatan. Bayi yang baru lahir telah memiliki predisposisi untuk mengagumi kekuatan dan hasrat untuk menciptakan dan mengontrolnya.
Arsetip ibu menghasilkan gambaran tentang ibu dalam tak sadar kolektif yang kemudian diidentifikasikan dengan ibu yang senyatanya. Dengan
kata lain bayi mewarisi kosepsi mengenai ibu yang bersifat umum yang sudah terbentuk ratusan generasi sebelumnya, yang akan ikut
menentukan bagaimana bayi mempersepsikan ibunya. Jadi persepsi bayi kepada ibunya ditentukan oleh arsetip ibu dan pengalaman nyata bayi
tersebut dengan ibunya. Kedua faktor itu berpadu secara harmonis, karena arsetip merupakan kumpulan pengalaman universal, yang cocok dipakai
siapa saja.
43
Jung mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan lahir kembali, kematian, kekuatan, magi, uniti, pahlawan, Tuhan, setan, orang
bijak, ibu pertiwi, binatang, dll. Di antaranya yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku adalah; persona, anima-animus,
shadow, dan self. Keempat archetype ini telah berkembang jauh dan sering dipandang sebagai sistem terpisah dalam kepribadian:
Persona: topeng, wajah yang dipakai menghadapi publik. Itu
mencerminkan persepsi masyarakat mengenai peran yang harus dimainkan seseorang dalam hidupnya. Itu juga mencerminkan harapan
bagaimana seharusnya diri diamati orang lain. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan kepada dunia luar, atau
pendapat publik mengenai diri individu- sebagai lawan dari kepribadian diri yang berada di balik wajah sosial.
Persona dibutuhkan untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Tujuannya adalah menciptakan kesan
tertentu kepada orang lain dan sering juga menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya. Namun manakala orang mengidentifikasi diri
seutuhnya dengan personanya, itu akan membuat dirinya asing dengan dirinya sendiri dan dengan perasaan-perasaanya sendiri. Ia menjadi
manusia palsu, sekedar pantulan masyarakat, bukan manusia yang otonom. Dalam beberapa hal persona mirip dengan konsep super ego
dari Freud.
Anima dan Animus: Manusia pada dasaranya biseks. Begitu pula
dalam kepribadian, ada arsetip femini dalam kepribadian pria, disebut anima, dan arsetip maskulin dalam kepribadian wanita disebut animus.
Arsetip itu merupakan produk pengalaman ras manusia. Sesudah mengalami hidup bersama berabad-abad, pria menjadi memiliki sifat
feminin dan sebaliknya wanita menjadi memiliki sifat maskulin. Sifat-sifat itulah yang diturunkan dalam bentuk arsetip, anima dan animus. Karakter
yang digambarkan oleh Jung itu mewujud pada perilaku Kepala Sekolah
44
atau Pemimpin berjenis kelamin perempuan menunjukkan arsetip maskulin di sebut animus, demikian terjadi bagi laki-laki yang berprofesi sebagai
Koki cenderung berperilaku gambaran arsetip feminim di sebut anima. Anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan
ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan
jenisnya. Pria memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya. Namun identifikasi
gambaran ideal anima dan animus tanpa menghiraukan perbedaannya dengan kenyataan, bisa menimbulkan kekecawaan karena keduanya tidak
identik. Harus ada kompromi antara tuntunan tak sadar kolektif dengan realitas dunia, agar terjadi penyesuaian yang sehat.
Shadow: bayangan adalah arsetip yang mencerminkan insting
kebinatangan yang diwarisi manusia dari evolusi makhluk tingkat rendahnya. Menurut Darwin manusia adalah evolusi dari binatang, dan
sifat-sifat kebinatangan tetap ada dalam diri manusia, dalam wujud arsetip shadow atau bayangan. Jadi bayangan adalah sisi binatang dalam
kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat dan berpotensi menimbulkan bahaya. Namun karena bermuatan emosi yang kuat,
spontanitas, dan dorongan kreatif, bayangan juga menjadi sumber penggerak kehidupan ingat konsep ego ideal dari Freud.
Bayangan bila diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi iblis atau musuh. Bayangan juga mengakibatkan ke dalam kesadaran muncul
pikiran-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan dicela masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di balik persona, atau
ditahan oleh tak sadar pribadi. Itulah sebabnya arsetip itu mempengaruhi tak sadar pribadi dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego.
Apabila bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur ke dalam tingkah laku yang berguna, dan dampaknya orang
45
menjalani hidup dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan bayangan menjadi agresi, kekejian yang
merusak diri sendiri dan orang lain. Bayangan adalah insting dasar yang menuntun penyesuaian dengan realita berdasarkan pertimbangan untuk
menyelamatkan diri survival. Insting semacam itu sangat penting dalam situasi yang menuntut keputusan dan reaksi segera, karena bayangan
dapat membuat tingkah laku dalam situasi bahaya tetap efektif. Sebaliknya apabila bayangan tidak dapat dimanfaatkan, atau direpress, pikiran sadar
dari ego tidak mengambil keputusan dengan cepat, orang akan kebingungan ketika mengahadapi situasi bahaya sehingga tidak dapat
bertindak.
Self: Konsep keutuhan dan kesatuan kepribadian dipandang sangat
penting oleh Jung. Self adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self menyatakan diri dalam berbagai simbol,
seperti lingkaran magis atau mandala simbol meditrasi Agama budha, mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran, dimana self menjadi
pusat lingkaran itu. Bentuk mandala itu di dalamnya sering terdapat segi empat. Lingkaran menjadi simbol dari kesatuan-keutuhan, dan segi empat
mempunyai banyak makna, bisa arah mata angin, bisa empat elemen dunia: api-air-tanah-angin.
Self menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam
ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif. Kalau digambarkan kesadaran dengan ego berada dipusatnya,
dapat dibayangkan proses asimilasi isi-isi tak sadar ke dalam sadar membutuhkan pusat yang mengatur keduanya. Titik tengah-tengah antara
sadar dan tak sadar itu menjadi tempat self, yang menyeimbangkan antara sadar dan tak sadar, yang menjamin kepribadian memiliki pondasi baru
yang lebih kokoh.
46
Sebelum self muncul, berbagai komponen kepribadian harus lebih dahulu berkembang sepenuhnya dan terindividuasikan. Karena alasan ini,
arsetip diri tidak akan tampak sebelum orang mencapai usia setengah baya. Pada usia itu orang mulai berusaha dengan sungguh-sungguh dan
disiplin mengubah pusat kepribadiannya dari ego sadar ke ego yang berada di antara kesadaran dan ketidak sadaran daerah tempat self.
Konsep tentang self mungkin merupakan penemuan psikologik Jung yang terpenting dan merupakan puncak penelitian yang intensif mengenai
arsetip.
C. Simbolisasi Symbolization
Simbol adalah tanda yang tampak yang mewakili hal lain yang tidak tampak. Arsetip yang terbenam di dalam tak sadar kolektif hanya dapat
mengekspresikan diri melalui simbol-simbol. Hanya dengan menginterpretasikan simbo-simbol ini, yang muncul dalam mimpi, fantasi,
penampakan vision, myth, seni, dll, dapat diperoleh pengetahuan mengenai tak sadar kolektif dan arsetipnya.
Simbol beroperasi dalam dua cara. Pertama, dalam bentuk retrospektif,
dibimbing oleh insting simbol mungkin secara sederhana menunjukkan impuls yang karena alasan tertentu tidak terpuaskan. Misalnya, dansa
mungkin simbolik dari perilaku seks. Simbolisasi retrospektif semacam ini mirip dengan konsep sublimasi dari Anna Freud.
Kedua, dalam bentuk prospektif, dibimbing oleh tujuan akhir kemanusiaan,
simbol mengekspresikan kumpulan kebijaksanaan yang telah dicapai, yang dapat diterapkan pada masa yang akan datang. Misalnya, belajar atau
sekolah mungkin simbol dari harapan dan cita-cita. Simbol prospektif menggambarkan tingkat perkembangan yang mendahului keberadaan
manusia saat itu. Kebenaran, kesucian, kedermawanan mirip dengan ego
47
ideal Freud adalah simbol dari perbuatan yang mengarah ke keyakinan ke Tuhan-an, sebagai puncak evolusi jiwa manusia.
1. Sikap dan Fungsi Attitude and Function
Kecuali ego, semua aspek kepribadian yang telah dibahas berfungsi pada tingkat tak sadar. Ada dua aspek kepribadian yang beroperasi di
tingkat sadar dan tidak sadar, yakni attitude introversion-ekstroversion dan function thinking, feeling, sensing and intuiting.
2. Sikap Introversi Introversion dan Ekstroversion Extraversion
Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam dan pribadi di mana realita hadir dalam
bentuk hasil pengamatan, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja mereka juga
mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif, dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri.
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berpikir mengenai
persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang sekitarnya, aktif dan ramah. Orang yang ekstravertif sangat menaruh perhatian mengenai orang
lain dan dunia sekitarnya, aktif, santai, tertarik dengan dunia luar. Ekstravert lebih terpengaruh oleh dunia di sekitarnya, alih-alih oleh dunia
dalamnya sendiri. Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi
biasanya salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya kurang dominan dan tak sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstravert dalam
berhubungan dengan dunia luar, maka tak sadar pribadi akan bersifat introvert. Sebaliknya kalau ego introvert, maka tak sadar pribadinya akan
ekstravert. Hanya sedikit orang yang murni introvert, demikian murni ekstravert. Umumnya orang memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu,
48
artinya manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia dalam dan dunia luar secara bersamaan. Juga, keduanya mempunyai nilai yang sama, masing-
masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Orang yang sehat psikisnya adalah orang yang mecapai keseimbangan antara dua sikap itu, merasa
sama-sama nyamannya dengan dunia dalam dan dunia luarnya.
3. Pikiran Thinking – Perasaan Feeling – Pengindraan Sensing
– Intuisi Intuiting
Pikiran adalah fungsi intelektual, mencari saling hubungan antar ide untuk memahami alam dunia dan memecahkan masalah. Perasaan adalah
fungsi evaluasi, menerima atau menolak ide dan obyek berdasarkan apakah mereka itu membangkitkan perasaan positif atau negatif, memberi
pengalaman subjektif manusia seperti kenikmatan, rasa sakit, marah, takut, sedih, gembira, dan cinta. Pikiran dan perasaan adalah fungsi
rasional karena keduanya melibatkan keharusan memutuskan sesuatu; misalnya apakah dua ide saling berhubungan atau tidak berpikir atau
sesuatu itu menyenangkan atau tidak menyenangkan perasaan. Pengindraan pendriaan melibatkan operasi dari indera-melihat,
mendengar, meraba, menjilat, mencium, serta merespon rangsang dari dalam tubuh sendiri. Jadi pengindraan adalah fungsi perseptual atau
kenyataan, menghasilkan fakta-fakta kongkrit atau bentuk representasi dunia. Intuisi adalah persepsi secara tak sadar atau subliminal,
memperoleh kebenaran tanpa melalui fakta yang kongkrit. Pengindraan dan intuisi adalah fungsi non-rasional. Keduanya merespon stimuli, baik
yang nyata maupun tidak nyata, tidak melalui pikiran atau evaluasi. Keempat fungsi itu ada pada setiap orang, biasanya dalam tingkat
opersional dan perkembangan yang berbeda. Satu fungsi yang paling berkembang dominan di sebut fungsi superior, dibawahnya ada fungsi
pelengkap auxilary yang akan mengambil peran superior kalau fungsi yang paling dominan itu kerjanya terganggu. Fungsi yang paling kurang
49
berkembang di sebut fungsi inverior, yang direpres menjadi tidak disadari, yang terungkap dalam mimpi dan fantasi. Dalam kelompok rasional,
berpikir bertentangan dengan perasaan, sehingga kalau berpikir superior, perasaan menjadi inverior, dan salah satu penginderaan atau intuisi akan
menjadi auxilary. Begitu pula halnya, kalau pengideraan superior, intuisi menjadi inverior, dan auxilary berpikir atau berperasaan.
Tujuan ideal yang diperjuangkan oleh kepribadian adalah mengembangkan keempat fungsi itu dalam tingkat yang sama, sehingga
tidak ada yang superior dan inverior. Sintesa semacam itu hanya terjadi apabila diri telah diaktualisasikan sepenuhnya, hal yang tidak pernah dapat
dicapai sepenuhnya.
D. Tipologi Jung Gabungan Sikap-Fungsi
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendeskripsi tipe-tipe kepribadian manusia. Jadi Jung pada dasarnya mengembangkan teori
dalam paradigma Psikoanalisis, pada elaborasi konsep sikap dan fungsi memakai paradigma tipe. Dari kombinasi sikap ekstravers dan introvers
dengan fungsi perasaan, pikiran, pengindraan, intuisi dan pada akhirnya diperoleh delapan macam tipe manusia, yakni tipe ekstraversi-pikiran,
ekstraversi-perasaan, ekstraversi-pengindraan, ekstraversi-intuisi, introversi- pikiran, introversi-perasaan, introversi-pengindraan, introversi-intuisi. Setiap
orang memiliki dua tipe kepribadian, satu beroperasi di kesadaran dan lainnya di ketidaksadaran. Kedua tipe itu saling bertentangan. Kalau tipe
sadarnya pikiran ekstravert tipe tak sadarnya perasaan intravert, kalau tipe sadarnya ekstraversi-pengindraaan maka tipe tak sadarnya introversi-intuisi,
atau sebaliknya. Tipologi Jung disajikan dalam ikhtisar pada Tabel 3.1 deskripsi masing-masing tipe itu sebagai berikut:
1. Introversi-pikiran: orang yang emosinya datar, mengambil jarak
dengan orang lain, cenderung menyenangi ide-ide abstrak alih-alih
50
menyenangi orang dan benda kongkrit lainnya. Mereka mengembara dengan pikirannya sendiri, tidak peduli apakah ide-idenya bisa
diterima orang lain. Terkesan keras kepala, kurang perhatian, arogan, dan dingin atau tidak ramah kaku. Kata kuncinya adalah sifat
mengambil jarak – intelektual – tidak praktis, tipe kepribadian dari filsuf, teoritisi, sehingga kurang cocok dimiliki oleh seorang pemimpin.
2. Ekstraversi-pikiran: orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal
orang impersonal, dingin atau angkuh, menekan fungsi perasaannya, orang berprinsip kenyataan objektif, bukan hanya untuk
dirinya tapi juga mengharap orang lain seperti dirinya. Tidak semua fikiran obyektif bersifat produktif. Kalau sama sekali tidak ada
interpretasi individu, yang muncul adalah paparan fakta, tanpa orisinalitas atau kreativitas. Kata kuncinya adalah sifat obyektif-kaku-
dingin, tipe kepribadian dari matematikawan, fisikawan, peneliti, ahli mesin, akuntan.
3. Introversi-perasaan: orang yang mengalami perasaan emosional
yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang yang menilai segala hal dengan memakai persepsi-subyektif alih-alih fakta
obyektif, mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat diduga. Terkesan memiliki rasa
percaya diri dan kehidupan jiwa yang harmonis, tetapi perasaanya tiba-tiba bisa hancur oleh badai emosi. Mengabaikan dunia obyektif,
membuat orang di sekitarnya merasa tidak nyaman, atau bersikap dingin kepadanya. Kata kunci adalah pendiam, kekanak-kanakan,
tidak acuh, tipe kepribadian seniman, pengarang, dan kritikus seni. 4.
Ekstraversi-perasaan: orang yang perasaannya mudah berubah
begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh perasaan, tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu
yang pendek, mudah menyesuaikan diri. Kata kuncinya adalah sifat
51
bersemangat-periang-sosiabel, tipe kepribadian dari aktor, penaksir harga real-estate, politisi, pengacara.
5. Introversi-pengindraan: cenderung terbenam dalam sensasi-
sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri,
tetapi juga membosankan. Dia bukan tidak dipengaruhi fakta atau kenyataan, tetapi fakta atau kenyataan itu diterima dan dimaknai
secara subyektif, yang bisa-bisa tidak ada hubungannya dengan fakta aslinya. Introversi-pengindraan yang ekstrim ditandai oleh
halusinasi, bicara yang tidak bisa dipahami, atau esoteris hanya bisa dipahami orang tertentu saja. Kata kuncinya adalah sifat pasif-
kalem-artistik, tipe kepribadian dari pelukis impresionis, pemusik klasik.
6. Ekstraversi-pengindraan: orang yang realistik, praktis dan keras
kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa pikiran mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan.
Sensasi indranya tidak dipengaruhi oleh sikap subyektif, mampu membedakan fakta secara rinci. Kata kuncinya adalah sifat realistis-
merangsang-menyenangkan, tipe kepribadian dari pekerjaan kuliner, pencicip anggur, ahli cat, pemusik pop, tetapi juga bisa pebisnis
7. Introversi-intuisi: terisolir dalam dunia gambaran primordial mereka
sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka mungkin juga tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung
praktis, memahami fakta secara subyektif. Namun persepsi intuitif sering sangat kuat dan mampu mendorong orang lain mengambil
keputusan yang istimewa. Kata kuncinya adalah sifat mistik- pemimpin-unik, tipe kepribadian dari dukun supranaturalperamal
nasib, pemeluk agama yang fanatik. Sepertinya seorang pemimpin perlu memiliki modal sifat introversi-intuisi dalam suatu orgnanisasi.
52
8. Ekstraversi-intuisi: orientasinya faktual, tetapi pemahamannya
sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan dengan fakta itu. Data sensoris justru menjadi sarana untuk
menciptakan data baru secara intuitif, untuk memecahkan suatu masalah. Selalu mencari dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka
sangat hebat dalam mendirikan dan mengembangkan usaha baru, tetapi minatnya terus menerus berubah atau bergerak. Kata kuncinya
adalah sifat efektif-berubah-kreatif, tipe kepribadian dari penanam modal, wiraswastawan, penemu inventor.
Tabel 3.1 Ikhtisar Tipologi C.G Jung SIKAP
FUNGSI TIPE
CIRI KEPRIBADIAN
Ekstravers i
Pikiran Ekstraversi-
pikiran Manusia ilmiah, aktivitas intelektual
berdasarkan data obyektif Perasaan
Ekstraversi- perasaan
Manusia dramatik, menyatakan emosinya secara terbuka dan cepat
berubah Pengindraan
Ekstraversi- pengindraa
n Pemburu kenikmatan, memandang
dan menyenagi dunia apa adanya Intuisi
Ekstraversi- intuisi
Pengusaha, bosan dengan rutinitas,
terus menerus
menginginkan dunia baru untuk ditaklukkan
Introversi Pikiran
Introversi- pikiran
Manusia filsuf, penelitian intelektual internal
Perasaan Introversi-
perasaan Penulis kreatif, menyembunyikan
perasaan, sering mengalami badai emosional
Pengindraan Introversi-
pengindraa n
Seniman, mengalami dunia dengan cara pribadi berusaha
mengekspresikannya secara
pribadi Intuisi
Introversi- Manusi peramal, pemimpin, sukar
53
intuisi mengkomunikasikan intuisinya
E. Dinamika Kepribadian