Tabel 4.2 Contoh Sindrom Keamanan Level 1
Personality Syndrome Security – Insecurity
Level 2 Subsyndrome
Kekuatan – Kepatuhan
Level 3 Su-subsyndrome
Curiga – Persamaan Derajat
Level 4 Sub-sub-subsyndrome
Warna kulit – Ciri terdalam manusia
Level 5 Sub-sub-sub-
subsyndrome Menekankan perbedaan – Menekankan
persamaan antar manusia antar manusia Konsep sindrom kepribadian yang berisi sub sindrom, merupakan
bagian dari usaha. Maslow menolak pandangan yang memecah atau memerinci manusia menjadi bagian-bagian kecil yang saling tidak
berhubungan, menjadi bagian elementer dalam situasi yang spesifik. Perasaan mudah curiga, itu bukan bagian atau unsur yang menandai
adanya sindrom kepribadian, tetapi perasaan curiga itu merupakan wujud lain dari sindrom keamanan. Hubungan antara kecurigaan, kekuatan, dan
keamanan, akan menjelaskan bagaimana perasaan aman berubah menjadi perasaan curiga.
2. Kekurangan dan Menjadi Deficiency – Being
Menurut Maslow, orang berhubungan dengan dunia luar dalam dua bentuk, alam-kekurangan dan alam-menjadi. Alam kekurangan atau D-
realm adalah D-need, bisa berwujud D-love. D-value, dan D-lainnya, D = deficiency = kekurangan; merupakan bentuk hubungan dimana orang
terlibat dengan kegiatan memuaskan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, orang berusaha untuk mengatasi atau menghindari kebutuhan
kekurangan seperti makanan, minuman, tempat istirahat. Alam menjadi, atau B-realm adalah B-need, bisa berwujud B-love, B-value, dan B-lainnya
B = being = menjadi lainnya. Bentuk hubungan alam menjadi adalah hubungan orang dengan dunia luarnya sesudah kebutuhan dan motif
dasar terpenuhi. Orang kemudian terlibat dalam kegiatan mengembangkan aktualisasi diri dan memperluas eksisitensi.
92
Sebagai tambahan dan untuk membedakan motivkebutuhan D dengan B, Maslow membedakan jenis kognisi yang menjadi ciri dari dua
alam itu, D-cognition dengan B-cognition. Orang mungkin berpikir bahwa B-kognisi lebih diharapkan, namun Maslow mengingatkan bahwa D-kognisi
sama-sama dibutuhkan. Semata-mata B-Kognisi bisa membuat orang hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak mempedulikan orang lain. Itu tidak
sehat, orang harus tetap memikirkan tentang kekurangan dirinya sendiri, membandingkan dirinya dengan orang lain, dan berkomunikasi memakai
pikiran orang lain yang “lebih baik” dari pemikiran yang dia miliki. Jadi, mengejar aktualisasi diri berarti harus lebih banyak berfikir B-kognisi
dengan D-kognisi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.3 Perbandingan Ciri-ciri D-kognisi dengan B-kognisi D-Kognisi
B-Kognisi
Segala sesuatu dipandang tergantung kepada yang lain, sebagai tidak
lengkap.
Beberapa aspek dari sesuatu yang diperhatikan; perhatian yang
bersamaan diberikan kepada hal lain, faktor yang berkaitan atau kausal.
Sesuatu dipandang sebagai anggota dari suatu kelas, contoh, atau sampel.
Segala sesuatu dipandang berhubungan dengan urusan manusia,
kegunaannya, keberbahayaannya, dan semacamnya.
Segala sesuatu dipandang utuh, lengkap.
Segala sesuatu diperhatikan secara khusus dan dipandang mendalam
dan menyeluruh.
Sesuatu dipandang apa adanya, hal itu saja tanpa dipersaingkan dengan
hal lainnya.
Segala sesuatu dipandang tidak berhubungan urusan manusia.
93
Segala sesuatu menjadi kurang menarik, kesamaan mengarah ke
kebosanan.
Pelaku mengalami bukan hanya objek semata, tetapi objek yang terikat
dengan self.
Segala sesuatu dipandang sebagai sarana bagi yang lain.
Segala sesuatu dipandang pilah-pilah tidak saling berhubungan, sering
bertentangan.
Dunia dalam dan dunia luar dipandang sebagai yang semakin tidak sama.
Obyek dipandang sebagai hal yang normal, sehari-hari, tidak ada yang luar
biasa.
Hal yang serius dipandang sangat berbeda dengan sesuatu yang
menyenangkan, humor adalah musuh atau tidak ada.
Segala sesuatu menjadi semakin menarik dengan mengulang
mengalaminya.
Penerima pengalaman menjadi terlarut dan tidak memunculkan self;
pengalaman diorganisir disekitar obyek alih-alih disekitar ego.
Segala sesuatu dipandang berakhir sampai itu sebagai hal yang menarik
secara hakiki intrinsik.
Dikotomi, polaritas, konflik antar segala sesuatu dipandang perlu dan
dibutuhkan oleh keseluruhan.
Dunia dalam dan dunia luar dipandang sebagai hal semakin
sama.
Obyek sering dipandang sebagai suci, sakral, sangat spesial.
Dunia dan self sering dipandang menarik dan pedas; kelucuan dan
tragis digabungkan; humor adalah filosofi.
94
E. Aplikasi