Psikometeri: Tes Asosiasi kata Psikoterapi

mati adalah tujuan hidup. Hidup hanya benar-benar bermakna kalau kematian dipandang sebagai tujuan hidup. Kebanyakan klien Jung berusia pertengahan dan usia tua, dan banyak di antara mereka yang mengalami kesengsaraan karena berorientasi ke belakang, merangkul kuat-kuat tujuan dan gaya hidup masa lalu dan menjalani hidup tanpa tujuan. Jung mengobati mereka dengan membantu memantapkan tujuan baru dan menemukan makna kehidupan melalui pemahaman yang benar makna kematian. Jung menggarap hal itu melalui interpretasi mimpi, karena mimpi orang usia tua sering penuh dengan simbol-simbol kelahiran kembali, seperti; mimpi mengembara ke tempat yang jauh atau mimpi pindah rumah. Jung memakai simbol-simbol itu untuk memahami sikap tak sadar klien terhadap kematian, dan membantu mereka memahami makna kehidupan secara filosofis.

H. Aplikasi

1. Psikometeri: Tes Asosiasi kata

Jung bukan orang pertama yang memakai teknik asosiasi, tetapi dia dihargai karena mengembangkan dan menyempurnakan tes itu. Pada mulanya dia memakai teknik itu untuk menunjukkan validitas hipotesa Freud, bahwa tak sadar beroperasi sebagai proses otonom. Kini, tujuan tes asosiasi Jung adalah untuk mengungkap perasaan-perasaan yang bermuatan kompleks. Gambaran-gambaran yang terikat dalam lingkaran kompleks mempunyai muatan emosi yang besar, dan ungkapan emosional itu dapat diukur. Jung memakai 100 kata sebagai stimulus, yang dipilih dan disusun untuk memancing reaksi emosi. Klien diperintah untuk merespon setiap kata dengan kata pertama yang muncul dalam pikirannya. Respon kata itu dicatat, dilengkapi dengan pengukuran waktu reaksi, detak jantung, dan respon galvanik kulit. Dilakukan tes ulang untuk memperoleh 67 konsistensi jawaban. Reaksi-reaksi tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh kompleks.

2. Psikoterapi

Teori Jung tidak banyak berpengaruh dalam psikoterapi-psikoanalisis. Secara tidak langsung teori Jung justru tampak pada pendekatan terapi dari Rogers fenomolog dan dari Maslow humanistik, keduanya mengembangkan teori kepribadian memakai paradigma di luar paradigma psikoanalitik. Ketika menjalani terapi, menurut Jung kliennya akan melewati empat tahapan yakni pengakuan confession, pencerahan elucidation, pendidikan education, dan perubahan transformation. a. Konfesi: mirip dengan katarsis dari Freud, klien memuntahkan isi-isi tak sadar yang mengganggunya, dengan memakai obyek di sekitarnya terutama terapis sebagai sarana. b. Eludikasi: termasuk di dalamnya interpretasi dan penjelasan, penyebab timbulnya tingkah laku neurosis yang tidak dikehendaki, mirip dengan trasferensi dari Freud. c. Edukasi: terapis mendorong klien untuk mempelajari tingkah laku baru, agar klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjawab tantangan-tantangan yang muncul. d. Transformasi: memberi jalan klien mencapai realisasi-diri. Membantu klien belajar membedakan berbagai aspek jiwa sehingga pasien itu mampu mengatur aspek-aspek itu dalam harmoni dan merealisasi semua potensinya. Jung memakai pendekatan eklektik dalam teori dan praktek psikoterapinya, perlakuannya kepada klien bervariasi, tergantung kepada usia, tahap perkembangan, dan jenis neurosisnya. Dua pertiga kliennya 68 berusia pertengahan, dan kebanyakan menderita karena kehilangan makna hidup, kehilangan tujuan hidup dan takut mati. Jung berusaha membantu klien semacam itu menemukan orientasi filosofis mereka masing-masing. Dia sangat hati-hati, untuk tidak memakai filosofisnya sendiri sebagai resep kepada kliennya, dan mendorong mereka menemukan makna hidup pribadi mereka sendiri. Tujuan terapi Jung adalah membantu klien neurotik menjadi lebih sehat dan mendorong klien yang lebih sehat untuk bekerja mandiri mencapai realisasi-dirinya. Teknik analisis mimpi dipakai untuk menemukan materi tak sadar yang mengganggu dan membawanya ke kesadaran. Analisis Mimpi Pandangan Jung mengenai mimpi ada yang sama dengan Freud ada pula yang berbeda. Persamaannya; mimpi itu mempunyai makna yang harus dicermati secara saksama, mimpi muncul dari dalam dunia tak sadar, dan makna mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik. Perbedaannya, Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat wish fulfillment dan simbolisasi mimpi berhubungan dengan dorongan seksual, sedang Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan mengetahui hal yang tidak diketahui dalam tak sadar sebagai bagian dari pengembangan kepribadian. Mimpi bisa merupakan proses kompensasi perasaan dan sikap yang tidak dapat diekspresikan ketika terjaga, menemukan celah untuk muncul pada waktu tidur, atau proses tak sadar yang menggambarkan recana masa depan dan pemecahan suatu masalah membimbing fungsi sadar membuat adaptasi yang lebih memuaskan. Jadi simbolisasi Jung bisa mewakili konsep apapun, bukan hanya representasi seksual. Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen yang ada di tak sadar pribadi dan tak sadar 69 kolektif, mengintegrasikannya ke dalam kesadaran untuk mempermudah proses realisasi-diri. 70

BAB IV PSIKOLOGI KEPRIBADIAN: TRAIT

A. Paradigma Trait Abraham Maslow

Teori Abraham Maslow dimasukkan ke dalam paradigma Traits karena teori itu menekankan pentingnya kebutuhan dalam pembentukan kepribadian. Dalam hal ini kedudukan Maslow menjadi unik. Pada mulanya dia adalah pengikut setia John Watson, sehingga dapat dimasukkan ke dalam kelompok behavioris. Namun kemudian dia menyadari bahwa Behaviorisme dan Psikoanalisis yang mengembangkan teori berdasarkan penelitian binatang dan orang neurotik, tidak berhasil menangkap kewajiban nilai-nilai kemanusiaan. Abraham Maslow akhirnya menjadi orang pertama yang memproklamirkan aliran humanistik sebagai kekuatan ketiga dalam psikologi kekuatan pertama: psikoanalisis, dan kekuatan kedua behaviorisme. Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri self-realization. Humanisme menentang pesimisisme dan keputusasaan pandangan psikoanalitik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanisme yakin bahwa di dalam dirinya manusia memiliki potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya. Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut:

1. Holisme

Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagiankomponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi 71