Refleksi Siklus II Siklus II a. Tahap Persiapan
105 dalam menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sosiodrama
tanpa diminta. Pelaksanaan sosiodrama pun berjalan dengan lancar. Tindakan V berlangsung dengan baik,terlihat peubahan drastis pada AA yang
sebelumnya tidak mau bergabung maju dengan yang lainnya pada pertemuan kali ini AA terlihat lebih percaya diri dan mau bergabung dengan teman
lainnya. Pelaksanaan sosiodrama pun berjalan dengan santai dan ceria. Para pemain dan pengamat saling bekerjasama dalam mempersiapkan segala
kebutuhan peralatan sosiodrama. Tindakan VI berjalan lancar seperti pada tindakan V. Siswa mampu memberikan alternatif solusi lain pada saat konflik
dalam cerita berlangsung. Alternatif penyelesaian konflik tersebut berbeda dengan alur cerita namun alternatif tersebut mampu menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam cerita. Hasil peningkatan dari keenam tindakan ini mencapai 31,00. Skor
rata-rata yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 81. Skor perbandingan pre test, post test I, dan post test II dapat dilihat pada tabel 13. Hasil akhir
dari pemberian tindakan dengan teknik sosiodrama telah menghasilkan skor yang meningkat pada seluruh siswa dengan kategori tinggi pada masing-
masing siswa. Hasil observasi juga telah ditemukan perubahan pada siswa.Bentuk
perilaku prososial siswa ditunjukkan dengan perilaku siswa yang sudah mau untuk memberikan pertolongan kepada siswa lain yang membutuhkan
walaupun tidak diminta, dalam bekerjasama pun sudah terlihat semakin dekat antara siswa satu dengan siswa lainnya, dan sudah ada siswa yang mau
106 berbagi alat tulis maupun barang lain kepada teman. Persiapan sosiodrama
pun dilakukan secara bersama-sama dalam mempersiapkan tempat dan peralatan yang dibutuhkan. Siswa sudah mampu memberikan alternatif lain
dalam memberikan solusi terhadap konflik yang terjadi pada naskah cerita. Siswa sudah mampu memberikan masukan dan mampu menerima masukan
dari teman lainnya. Siswa yang sebelumnya kurang dekat, menjadi lebih sering melakukan kegiatan bersama-sama, sehingga kedekatan sosial semakin
erat, hal tersebut juga memengaruhi perilaku prososial siswa karena dengan kedekatan yang semakin intensif, maka akan sering terjadi interaksi
menolong, bekerjasama, dan berbagi atau memberikan barang yang dimiliki kepada orang lain yang membutuhkan.Sesuai dengan pernyataan Staub Tri
Dayakisni Hudaniah, 2009: 214 bahwa individu yang sering berinteraksi dengan orang lain cenderung akan lebih banyak melakukan tindakan prososial
dibandingkan dengan individu yang sering menyendiri. Sebab, dengan kehadiran orang lain, maka akan mendorong individu untuk lebih menghargai
dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat sosial, sehingga interaksi untuk menolong, berdera dan kerjasama akan semakin terlihat.
Hasil wawancara bahwa siswa mengaku siswa mengaku menjadi lebih dekat dengan siswa lainnya yang sebelumnya kurang dekat. Siswa mulai
saling bercanda dan saling membantu diantara teman. Siswa mengaku semakin memahami perilaku prososial yang sering terjadi di kehidupan
sehari-hari. Siswa merasa sudah mulai memahami perilaku-perilaku prososial