26
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok dan
saling membantu untuk mempelajari suatu materi tertentu. Anggota kelompok kooperatif tersebut diharapkan saling berinteraksi, membantu, berdiskusi, bertukar
pemikiran dan menilai pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari hasil kerja kelompok mereka.
Penilaian terhadap siswa dalam model pembelajaran kooperatif tetap ditekankan pada aspek individu. Meskipun pembelajaran kooperatif diatur dalam
wujud pembelajaran secara berkelompok, namun penilaian akhir atau indikator keberhasilan tetap ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
atau kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran di sekolah secara individu. Penilaian hasil belajar siswa akan dipaparkan pada Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan yang mengacu pada dua aspek, yakni pengamatan aktivitas siswa secara berkelompok dan tes individu yang dilakukan setiap selesai
tatap muka pada akhir siklus.
2.3.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman, dan
pengembangan keterampilan sosial Suprijono, 2012:61. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
27
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Slavin dalam Koc et al., 2010:53 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan inovasi
instruksional dalam pembelajaran yang mungkin dapat dikaitkan dengan aspek afektif siswa. Bahkan, pembelajaran kooperatif telah ditetapkan sebagai inovasi
pembelajaran yang menjanjikan yang dapat meningkatkan hasil kognitif, sosial, dan afektif di sekolah. Hal ini berarti bahwa, dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan dan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam hal ini, proses pembelajaran akan melatih siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan komunikasi antar anggota kelompok dengan kelompok lain.
2.3.3. Model Pembelajaran Group Investigation
Investigasi Kelompok
adalah strategi
belajar kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan
dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik Eggen Kauchak dalam Hobri dan
Susanto, 2006:75. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dikembangkan pertama kali oleh Thelan dan dalam perkembangannya model ini
diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv Trianto, 2007:59. Model pembelajaran Group Investigation diharapkan menjadi solusi
dari kemajemukan peserta didik dan membantu mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran secara kooperatif.
28
Model pembelajaran kooperatif Group Investigation sangatlah demokratis. Artinya setiap kelompok mempunyai pandangan masing-masing mengenai
temuan hasil investigasi kelompoknya. Aryanta dan Subali 2011:31 mengemukakan sifat demokratis dalam model pembelajaran kooperatif Group
Investigation ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang
menjadi titik sentral kegiatan belajar. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memecahkan masalah yang
berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini
adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses
pemecahan investigasi kelompok. Implementasi model pembelajaran Group Investigation yaitu guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok menjadi 5-6 siswa yang heterogen. Setelah kelompok dibentuk, siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya kelompok menyiampkan presentasi hasil penyelidikan kepada seluruh kelompok. Dalam
model pembelajaran Group Investigation, siswa harus dibawa ke dalam sebuah masalah
untuk ditelitidiinvestigasi.
Akçay dan
Doymuş 2012:110 mengemukakan bahwa masalah yang akan ditelitidiinvestigasi kemudian dibagi
menjadi beberapa bagian kerja di antara para anggota kelompok. Siswa mencari informasi, menata, menganalisis, merencanakan dan mengintegrasikan data
29
dengan kelompok lain. Dalam proses ini, guru harus menjadi pemimpin kelas dan memastikan bahwa siswa memahami penjelasan yang disampaikan oleh masing-
masing kelompok. Koc et al. 2010:56 mengemukakan investigasi kelompok memiliki empat
unsur yang berfungsi secara bersamaan untuk membedakannya dari jenis pembelajaran kooperatif lain. Unsur-unsur tersebut adalah investigasi, interaksi,
interpretasi, dan motivasi intrinsik. Dalam hal ini teknik diperlukan bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide dan membantu belajar satu sama lain. Interpretasi
terjadi ketika kelompok mensintesis dan menjelaskan berbagai temuan masing- masing anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide.
Akhirnya, motivasi intrinsik muncul pada siswa dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi.
Iru dan Arihi 2012:70 secara terperinci menjelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation, meliputi :
mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir,
mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi. Langkah-langkah tersebut harus direncanakan oeh guru dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara
maksimal. Langkah pertama dalam menerapkan Group Investigation adalah
mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok. Dalam tahap ini para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan beberapa topik dan
mengkategorikan saran-saran. Setelah ada topik untuk identifikasi kelompok
30
selanjutnya para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa
dan harus bersifat heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasillitasi pengaturan.
Langkah selanjutnya yaitu melaksanakan investigasi dan membuat laporan investigasi. Dalam tahap ini siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan. Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha- usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, berdiskusi,
mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa
yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia acara untuk mengkondisikan
rencana-rencana presentasi. Setelah melaksanakan identifikasi dan membuat laporan investigasi,
langkah selanjutnya adalah mempresentasikan laporan hasil identifikasi kelompoknya. Presentasi tersebut harus dapat melibatkan kelompok lain secara
aktif. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Langkah terakhir dalam menerapkan Group Investigation yaitu evaluasi oleh kelompok dan guru. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai
topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai keefektifan mereka. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa.
31
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan