18
Strategi kognitif sebagai domain of learning merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, berpikir, dan mengingat seseorang. Berbeda dengan
kemampuan intelektual, strategi kognitif lebih menekankan pada cara-cara yang dilakukan individu dalam memaknai belajar dan berpikirnya. Strategi kognitif
dapat dibentuk dengan pengetahuan-pengetahuan faktual yang empiris oleh individu peserta didik.
Ranah belajar The domain of learning yang terakhir adalah sikap. Sikap merupakan kecenderungan peserta didik untuk merespon suatu stimulus. Setiap
peserta didik memiliki sikap terhadap berbagai benda, orang dan situasi. Efek sikap ini dapat diamati dari reaksi peserta didik positif atau negatif terhadap
benda, orang, ataupun situasi yang sedang dihadapi tersebut. Oleh karena itu, belajar yang diciptakan dalam suatu kondisi tertentu harus dapat membentuk sikap
positif peserta didik. Sikap positif inilah yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
2.2. Tinjauan tentang Aktivitas Belajar
2.2.1. Pengertian Aktivitas Belajar
Belajar bukanlah menghafal sejumlah informasi semata, tetapi juga harus berbuat, sehingga memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi dalam pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas merupakan prinsip atau asas terpenting
dalam interaksi belajar mengajar. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik.
19
Aunurrahman dalam Anggraeni et al., 2010:176 menyatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa. Artinya, apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang pembelajaran sampai menentukan teknik evaluasi harus diarahkan
pada aktivitas yang bermuara pada pencapaian tujuan belajar siswa. Sardiman 2012:96 menegaskan bahwa, anak-anak memiliki tenaga-
tenaga untuk berkembang sendiri dan membentuk sendiri. Pendidik berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak
didiknya. Hamalik 2012:172 mengemukakan bahwa dalam kemajuan metodologi pembelajaran dewasa ini, asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui
suatu program unit activity sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar dan hasil belajar yang lebih memadai.
Pendapat Sardiman dan Hamalik di atas memberikan pengertian bahwa yang melakukan lebih banyak aktivitas adalah anak itu sendiri, sedangkan
pendidik hanya menjadi fasilitator, membimbing, dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Dengan bekerja dan melakukan
aktivitas, siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan mengembangan aspek tingkah laku serta keterampilan bermakna untuk hidup bermasyarakat.
2.2.2. Prinsip-prinsip Aktivitas Belajar
Prinsip-prinsip belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Prinsip aktivitas yang terjadi
dalam belajar, dapat dilihat dari unsur kejiwaan seorang subjek belajar peserta
20
didik. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang melakukan aktivitas dalam belajar-
mengajar, yaitu siswa dan guru. Secara garis besar, prinsip aktivitas belajar dilihat dari sudut pandang ilmu
jiwa dibagi menjadi dua yaitu Ilmu Jiwa Lama dan Ilmu Jiwa Modern Sardiman, 2012:97. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama. John Locke dengan kensepnya
yaitu Tabularasa, mengibaratkan jiwa psyche seorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini lalu akan mendapat coretan atau tulisan dari luar.
Terserah kepada unsur dari luar yang akan menulis, kertas itu akan bersifat reseptif. Konsep ini kemudian ditransfer ke dalam dunia pendidikan. Selanjutnya,
Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, dengan kata lain
dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Mengkombinasikan dua konsep Herbert dan Locke, jelas dalam proses belajar mengajar guru senantiaasa mendominasi
kegiatan. Siswa terlalu pasif. Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan jika guru mengajukan
pertanyaan. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern. Aliran ilmu jiwa yang modern
akan menerjemahkan manusia sebagai sesuatu jiwa yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik juga bisa
menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi
21
untuk berkembang. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.
Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kegiatan belajar harus selalu
mengandung kedua aktivitas ini. Anak didik yang membaca buku, tetapi pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku, maka apa yang dibaca dan dipelajari
tidak akan dapat diserap, begitu juga sebaliknya. Jika yang aktif hanya mentalnya saja misalnya berpikir tentang ide-ide, tetapi tidak ada aktivitas untuk
menuangkan ide-ide tersebut maka ide tersebut tidak ada gunanya. Piaget dalam Sardiman, 2012:100 menerangkan bahwa, seorang anak itu
berpikir sambil berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat
sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan.
2.2.3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar