Teori Pertumbuhan KERANGKA PEMIKIRAN

yang sangat beragam dari satu daerah dengan daerah yang lain sehingga sebagai perwujudan nilai dasar konstitusi maka diperlukan pengaturan tentang pembagian hasil atas dasar sumberdaya-sumberdaya tersebut maupun atas dasar kegiatan perekonomian lainnya yang pada intinya kesemua itu memiliki tujuan untuk memperlancar pelaksanaan otonomi daerah dan memperkuat NKRI. Meskipun Keuangan menjadi salah satu urusan yang termasuk tidak dapat diserahkan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Namun dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, telah menyiratkan bahwa setiap daerah telah diberi wewenang oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah dan masyarakatnya masing-masing, termasuk aturan maupun urusan yang menyangkut perkembangan perekonomian di suatu wilayah., sehingga setiap daerah diharuskan memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan potensi sektor-sektor ekonomi sektor unggulan sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah pada setiap tahunnya.

2.2. Teori Pertumbuhan

Wilayah Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan suatu landasan teori yang mampu menjelaskan hubungan antara fakta-fakta yang diamati. Adapun teori yang dimaksud adalah teori pertumbuhan wilayah. Menurut Adisasmita 2005, teori pertumbuhan wilayah merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat ramalan terhadap gejala-gejala baru yang diperkirakan akan terjadi. Salah satu teori yang tergolong dalam teori pertumbuhan wilayah adalah teori sektor. Teori sektor merupakan bagian teori pertumbuhan wilayah yang paling sederhana. Teori ini dikembangkan berdasakan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan perkapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi sumberdaya yang digunakan dalam sektor pertanian sektor primer dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur sektor sekunder lalu kemudian dalam sektor industri jasa tersier. Laju pertumbuhan dalam sektor yang mengalami perubahan sector shift, dianggap sebagai determinan utama dari perkembangan suatu wilayah. Alasan dari perubahan atau pergeseran sektor tersebut dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Pada sisi permintaan, yaitu elastisitas pendapatan dari permintaan untuk barang dan jasa yang disuplai oleh industri manufaktur dan indusri jasa adalah lebih tinggi dibandingkan untuk produk- produk primer. Maka pendapatan yang meningkat akan diikuti oleh perpindahan realokasi sumberdaya tenaga kerja dan modal dilakukan sebagai akibat dari perbedaan tingkat pertumbuhan produktivitas dalam sektor-sektor tersebut. Kelompok sektor-sektor sekunder dan tersier menikmati kemajuan yang lebih besar dalam tingkat produktivitas. Hal ini akan mendorong peningkatan pendapatan dan produktivitas yang lebih cepat kombinasi dari keduanya misalnya dalam skala ekonomi, karena produktivitas yang lebih tinggi baik untuk tenaga kerja maupun untuk modal dan penghasilan yang tinggi tersebut memungkinkan untuk melakukan realokasi sumberdaya. Tingkat pertumbuhan produktivitas tergantung pada inovasi dan kemajuan teknik ataupun skala ekonomi. Bila produktivitas lebih tinggi dalam industri-industri, permintaan terhadap produk-produknya akan meningkat cepat, maka terdapat kausalitas ”produktivitas - harga rendah - permintaan bertambah luas”, bukan sebaliknya.Terjadinya perubahan atau pergeseran sektor dan evaluasi spesialisasi pembagian kerja dipandang sebagai sumber dinamika pertumbuhan wilayah.

2.3. Analisis Shift Share dan Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian