dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.
e. Analisis shift share tidak mampu menganalisis keterkaitan kedepan dan
kebelakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan seperti yang dilakukan pada analisis input output.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada suatu wilayah dengan menggunakan Shift Share sebagai alat analisis pernah dilakukan
di Indonesia diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putra 2004 mengenai analisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Jambi sebelum dan
pada masa otonomi daerah menghasilkan kesimpulan bahwa pada saat sebelum otonomi daerah 1994-1996 sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat
adalah sektor industri pengolahan, sedangkan sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki pertumbuahan paling lambat. Pada masa otonomi daerah, sektor
pertambangan masih menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat, sementara sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki
pertumbuhan paling lambat. Untuk daya saing pada masa sebelum otonomi daerah, sektor
pertambangan merupakan sektor yang paling mampu berdaya saing, sedangkan sektor industri pengolahan adalah sektor yang paling tidak mampu berdaya saing
adalah sektor industri pengolahan. Pada masa otonomi daerah, sektor pertambangan justru menjadi sektor yang paling tidak mampu berdaya saing,
sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa menjadi sektor yang paling mampu berdaya saing.
Restuningsih 2004 dalam penelitiannya yang berjudul, ”Analisis Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta Pada Masa
krisis Ekonomi Tahun 1997-2002” menyimpulkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan laju pertumbuhan nasional mengalami
penurunan pada masa krisis ekonomi. Akan tetapi penurunan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta cukup besar yakni mencapai -7,6 persen
dibandingkan dengan laju pertumbuhan nasional yang hanya mencapai -1,50 persen.
Jika ditinjau secara sektoral, sebagian besar sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan kontribusi terhadap pembentukan
PDB secara nasional. Sektor bangunan merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi terbesar dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi terkecil. Selain itu adanya krisis ekonomi berpengaruh pada pertumbuhan
proposional sehingga menyebabkan PDRB Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan. Namun demikian, pengaruh daya saing antar sektor perekonomian di
Provinsi DKI Jakarta telah meningkatkan PDRB DKI Jakarta. Hasil penelitian Bahri 2005 terhadap sektor-sektor sumber pertumbuhan
perekonomian Kota Bekasi yang menggunakan metode analisis basis wilayah LQ, menyatakan bahwa ada beberapa sektor yang mampu menjadi sektor basis
secara berkesinambungan pada tahun 2000-2002 berdasarkan indikator
pendapatan. Sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian tidak mampu menjadi
sektor basis pada tahun 2000-2002. Analisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian 30 provinsi di
Indonesia yang dilakukan oleh Rini 2006 dengan alat analisis shift share menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 1998 dan 2003
mengalami pertumbuhan positif. Dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi 30 provinsi di Indonesia, maka terdapat 16 provinsi yang mengalami pertumbuhan
ekonomi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sedikitnya 14 provinsi mengalami pertumbuhan yang lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi
nasional dimana dua provinsi diantaranya mempunyai pertumbuhan yang negatif. Pada nilai PN Pertumbuhan Nasional menunjukan bahwa Provinsi DKI
Jakarta adalah provinsi yang mampu mempengaruhi kebijakan pertumbuhan sektoral, sedangkan provinsi Maluku Utara merupakan Provinsi yang kurang
mampu mempengaruhi kebijakan pertumbuhan sektoral. Nilai PP Pertumbuhan Proposional menunjukan bahwa Provinsi Banten merupakan provinsi yang
mempunyai pertumbuhan ekonomi sektoral tercepat dan Provinsi Papua merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi sektoral terlamban. Sementara
nilai PPW Pertumbuhan Pangsa Wilayah memperlihatkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang mampu berdaya saing dengan baik, sedangkan
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang tidak mampu berdaya saing dengan baik.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu telah dijelaskan bahwa metode analisis shift share dapat digunakan untuk menganalisis sektor-sektor
perekonomian dari bagian terkecil wilayah sampai tingkat nasional dengan melakukan perbandingan laju pertumbuhan. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Restuningsih 2004 dan Rini 2006 dalam hal tempat dan tahun penelitian, sedangkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bahri, berbeda dalam hal tahun dan metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini dilakukan di Kota Bekasi dengan menggunakan PDRB Jawa Barat dengan
PDRB Kota Bekasi pada masa otonomi daerah tahun 2002 dan 2005.
2.5. Kerangka Pemikiran Operasional