Latar Belakang Pembuatan Minuman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) - Jahe (Zingiber officinale) dan Pengujian Stabilitasnya Selama Penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trend makanan dan minuman kesehatan semakin berkembang dewasa ini. Meningkatnya pendidikan di kalangan masyarakat telah memicu kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kontribusi makanan dan minuman yang dikonsumsi bagi kesehatan. Istilah pangan fungsional didefinisikan sebagai makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi sebagai komponen diet sehari-hari dan bukan berbentuk tablet, cairan atau bubuk, mempunyai khasiat menyembuhkan atau mencegah penyakit disamping khasiat zat gizi yang dikandungnya Goldberg, 1994. Kecenderungan ini memicu eksplorasi berbagai sumber-sumber bahan alam baik nabati maupun hewani untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Salah satu tanaman tropis yang mudah tumbuh di Indonesia namun pemanfaatannya belum optimal adalah belimbing wuluh. Menurut Tohir 1981, pohon belimbing wuluh berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Kemampuan tanaman ini untuk menghasilkan buah sepanjang tahun tidaklah sebanding dengan pemanfaatannya, sehingga banyak buah segar yang terbuang sia-sia. Buah yang sudah matang harus cepat dipanen karena buah belimbing wuluh mudah sekali gugur dari pohonnya dan membusuk. Selama ini belimbing wuluh hanya dikenal sebagai pelengkap hidangan sayur. Beberapa diantaranya memanfaatkan buah ini sebagai manisan dan asam sunti. Secara tradisional buah belimbing wuluh banyak digunakan sebagai obat, seperti batuk, sariawan, perut sakit, gondongan, rematik, batuk rejan, gusi berdarah, gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan, dan radang rectum Anonim, 2002. Selain pemanfaatan yang sudah dikenal masyarakat, belimbing wuluh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman. Menurut Lingga 1990, kandungan vitamin C dalam buah belimbing wuluh segar sebesar 25 miligram dalam 100 gram buah segar. Kandungan vitamin C ini mendekati kandungan vitamin C jeruk nipis sebesar 27.00 mg dalam 100 gram buah segar. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi tersebut dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai minuman kesehatan. Pembuatan minuman belimbing wuluh ini akan dipadukan dengan jahe yang sudah terkenal khasiatnya. Komponen-komponen bioaktif dalam jahe telah terbukti besar manfaatnya bagi kesehatan melalui berbagai penelitian. Manfaat jahe dalam bidang pengobatan tradisional antara lain dipercaya sebagai obat pencahar, penguat lambung, penghangat badan, obat masuk angin, obat batuk, bronchitis, asma, penyakit jantung Darwis et al., 1991. Menurut Paimin dan Murhananto 1991 jahe juga dapat mengatasi influensa, obat cacing, diare, rhematik, kembung, luka, dan penambah nafsu makan. Dengan perpaduan kedua jenis bahan ini diharapkan dapat dihasilkan minuman yang menyegarkan sekaligus bermanfaat bagi kesehatan.

1.2. Tujuan