Kinetika Inhibisi Invertase HASIL DAN PEMBAHASAN

41

D. Kinetika Inhibisi Invertase

Kinetika reaksi invertase pada penelitian ini diujikan pada kondisi suhu optimum inhibisi oleh kawao terjadi. Suhu yang diujikan adalah 30 o C, 40°C, dan 50°C dengan tingkat pH yang sama, yakni pH 7, yang dipilih untuk mengetahui respon akibat penambahan kawao pada kondisi pH netral, sedangkan konsentrasi substrat sukrosa yang digunakan adalah pada rentang konsentrasi 0 gl hingga 25 gl. Pengolahan data kinetika reaksi inhibisi menggunakan alat bantu program SigmaPlot 2004 for Windows Version 9.01 dari Systat Software Inc. Persamaan Lineweaver-Burk menghasilkan nilai K M dan V maks yang berbeda pada berbagai suhu yang diujikan. Model inhibisi yang sesuai untuk tiga titik suhu pengamatan diperoleh hasil yang sama yaitu unkompetitif parsial. Pada suhu 30 o C respon inhibisi oleh kawao baru terlihat pada konsentrasi substrat 6.25 gl, sedangkan pada suhu 40 o C dan 50 o C respon inhibisi mulai terlihat pada konsentrasi substrat 2.5 gl. Kurva yang diperoleh ditunjukkan oleh Gambar 26, Gambar 27 dan Gambar 28. Kurva persamaan Michaelis-Menten dan Lineweaver-Burk yang diperoleh pada masing-masing suhu diperlihatkan pada Gambar 29. 100 200 300 400 500 600 700 2 4 6 8 10 12 14 Konsentrasi sukrosa gl Ko n se n tr a si gl uk os a+ fruk tos a uM kontrol penambahan kawao Gambar 26. Kurva aktivitas invertase pada suhu 30 o C yang ditunjukkan oleh hubungan antara konsentrasi sukrosa dan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan 42 -200 200 400 600 800 1000 1200 1400 2 4 6 8 10 12 14 Konsentrasi sukrosa gl Ko n se n tr a si gl uk os a+ fruk tos a uM kontrol penambahan kawao Gambar 27. Kurva aktivitas invertase pada suhu 40 o C yang ditunjukkan oleh hubungan antara konsentrasi sukrosa dan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan -200 200 400 600 800 1000 1200 1400 2 4 6 8 10 12 14 Konsentrasi sukrosa gl K ons ent ras i gl uk os a + fruk tos a uM kontrol penambahan kawao Gambar 28. Kurva aktivitas invertase pada suhu 50 o C yang ditunjukkan oleh hubungan antara konsentrasi sukrosa dan konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan 43 [S] mgmL 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 V µ M m in 20 40 60 80 100 120 140 tanpa penambahan kawao dengan penambahan kawao 1[S] mgmL -0,008 -0,006 -0,004 -0,002 0,00 0 0,00 2 0,00 4 0,00 6 1 V µ M mi n 0,00 2 0,00 4 0,00 6 0,00 8 0,01 0 0,01 2 0,01 4 0,01 6 0,01 8 0,02 0 0,02 2 0,02 4 tanpa penambahan kawao dengan pe nam bahan kawao a Kurva Michaelis-Menten suhu 30 o C b Kurva Lineweaver-Burk suhu 30 o C [S] mgmL 100 200 300 400 500 600 V µ M m in 50 100 150 200 250 300 dengan penambahan kawao tanpa penambahan kawao 1[S] mgmL -0,03 -0,02 -0,01 0,00 0,01 0,02 1V µ M min 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 dengan penambahan kawao tanpa penambahan kawao c Kurva Michaelis-Menten suhu 40 o C d Kurva Lineweaver-Burk suhu 40 o C [S] mgmL 100 200 300 400 500 600 V µ Mmi n 50 100 150 200 250 300 dengan penambahan kawao tanpa penambahan kawao 1[S] mgmL -0,010 -0,005 0,000 0,005 0,010 0,015 1V µ M min 0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,012 0,014 0,016 0,018 0,020 dengan penambahan kawao tanpa penambahan kawao e Kurva Michaelis-Menten suhu 50 o C f Kurva Lineweaver-Burk suhu 50 o C Gambar 29. Kurva persamaan kinetika inhibisi invertase oleh kawao pada masing- masing suhu Pada kurva persamaan Michaelis-Menten dan Lineweaver-Burk, masing-masing menunjukkan bahwa dengan penambahan kawao, laju pembentukan gula pereduksi menjadi rendah, nilai V maks dan K M menurun. Penurunan parameter tersebut menunjukkan telah terjadinya suatu penghambatan yang dilakukan oleh kawao. Nilai parameter kinetika inhibisi pada masing-masing suhu secara ringkas diperlihatkan pada Tabel 2. 44 Tabel 2. Hasil Penentuan Parameter Kinetika Nilai Parameter kinetika Suhu o C Model Inhibisi K M gl K M gl V max µMmin V max µMmin Ki gl R 2 beta 30 Un kompetitif- partial 544.2 10.67 240.2 48.75 0.002 0.993 0.187 40 Un kompetitif- partial 438.8 40.61 445.3 53.74 0.010 0.998 0.031 50 Un kompetitif- partial 2105.3 100.25 1360.4 90.69 0.005 0.993 0.020 Parameter kinetika kondisi normal dilambangkan dengan simbol K M , dan V maks , sedangkan parameter kinetika akibat penambahan kawao dilambangkan dengan simbol K M ’ , dan V maks ’ . Seiring dengan meningkatnya nilai suhu, untuk setiap parameter kinetika K M , K M ’ , V maks , dan V maks ’ cenderung meningkat, kemudian akibat penambahan kawao, nilai parameter K M ’ dan V maks ’ lebih rendah dibandingkan kondisi normal K M , V maks . Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan reaksi mampu dihambat dengan penambahan kawao. Lee 2003 menyatakan bahwa nilai K M menunjukkan tingkat afinitas antara substrat dan enzim. Nilai K M yang rendah menunjukkan nilai afinitas yang tinggi. Artinya semakin rendah nilai K M , tingkat afinitas substrat dan enzim semakin tinggi, V maks lebih cepat tercapai pada konsentrasi substrat yang relatif rendah, demikian pula sebaliknya. Akibat penambahan kawao, nilai K M yang diperoleh pada masing- masing suhu semakin rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa afinitas substrat dan enzim adalah tinggi, sehingga laju pembentukan kompleks enzim-substrat adalah tinggi. Namun, kompleks enzim-substrat tidak dapat terurai menghasilkan produk, karena terjadi inhibisi oleh kawao membentuk kompleks ESI enzim-substrat-inhibitor, sehingga nilai konsentrasi produk yang dihasilkan adalah rendah. Inhibisi secara jelas terlihat pada plot Michaelis-Menten Gambar 29, di mana nilai V maks yang diperoleh akibat penambahan kawao adalah rendah dibandingkan kondisi normal. 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perubahan faktor konsentrasi inhibitor kawao, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pH, suhu dan lama pemanasan berpengaruh nyata terhadap gula pereduksi yang dihasilkan. Akibat penambahan kawao, pada masing-masing perlakuan perubahan faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, diperoleh bahwa nilai konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa penambahan kawao. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawao terbukti sebagai inhibitor aktivitas invertase. Konsentrasi inhibitor kawao terpilih adalah pada konsentrasi 5 vv karena memberikan respon pembentukan gula pereduksi yang paling rendah. Inhibisi akibat penambahan kawao pada pengaruh perubahan konsentrasi enzim tercapai mulai konsentrasi enzim 1.65 mgl. Pada pengaruh perubahan substrat, inhibisi mulai terjadi pada konsentrasi substrat sekitar 7.5 gl. Pada faktor perubahan nilai pH, akibat penambahan kawao, aktivitas invertase maksimum tercapai pada pH 4, bergeser dari kondisi normal pada pH 5 dan suhu optimumnya bergeser pula dari 50 o C menjadi 60 o C pada faktor perubahan suhu. Inhibisi terjadi pada rentang pH 4-7 dan mulai suhu 0-60 o C. Pada faktor lama pemanasan, inhibisi aktivitas invertase berlangsung pada 30 detik pertama dan memberikan respon inhibisi yang cukup baik. Kinetika inhibisi laju degradasi sukrosa oleh kawao yang dilakukan pada pH 7, dengan tiga titik suhu 30°C, 40°C, 50°C menghasilkan nilai K M dan V maks yang berbeda. Akibat penambahan kawao, nilai parameter kinetika K M dan V maks inhibisi lebih rendah dibandingkan kondisi normal tanpa penambahan kawao, efek inhibisi dengan jelas diperlihatkan pada kurva Michaelis-Menten di mana, nilai V maks inhibisi lebih rendah dibandingkan nilai V maks semula. Model kinetika inhibisi invertase oleh kawao pada ketiga suhu tersebut adalah sama yakni unkompetitif parsial, seperti ditunjukkan pada kurva Lineweaver-Burk.