Pengaruh lama pemanasan Hubungan Pengaruh Perubahan Faktor Terhadap Degradasi Sukrosa

38 pada rentang suhu 40 – 50 o C secara statistik tidak berbeda nyata, kemudian di atas suhu 50 o C terjadi penurunan inhibisi secara signifikan dan melandai pada suhu di atas 70 o C. Webb 1963 menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi perubahan konfigurasi dari sisi aktif enzim. Jika sisi aktif enzim mudah mengalami perubahan struktur, fleksibilitas enzim akan berubah sehingga menyebabkan inhibitor lebih mudah atau lebih sulit untuk mengikat enzim. Perlakuan perubahan suhu menunjukkan inhibisi meningkat seiring dengan kenaikan suhu hingga mencapai optimum di suhu 50 o C. Terlihat pula bahwa suhu optimum aktivitas enzim bergeser, yang semula di suhu 50 o C menjadi 60 o C. Pergeseran nilai tersebut terkait dengan struktur enzim yang dipengaruhi oleh nilai parameter termodinamika yaitu entropi S, yang menunjukkan derajat ketidakaturan suatu molekul, entalpi H dan energi bebas G. Nilai -nilai parameter ini berubah seiring dengan berubahnya suhu dan terkait erat dengan stabilitas enzim Eijsink, et al., 2004. Penambahan kawao diduga memberikan pengaruh terhadap perubahan parameter termodinamika tersebut, yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai suhu optimum. Inhibisi menurun setelah suhu optimum masing-masing perlakuan terlampaui karena stabilitas invertase baik kontrol maupun dengan penambahan kawao telah mengalami denaturasi akibat pengaruh suhu thermodenaturation. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kawao efektif dalam menghambat aktivitas invertase pada suhu di bawah 60 o C, terutama pada suhu optimal enzim 50 o C. Hasil uji statistik persentase inhibisi dapat dilihat pada Lampiran 3 bagian J. Bailey dan Ollis 1988, menyatakan bahwa untuk kebanyakan denaturasi protein, mulai terjadi pada temperatur 45-50 o C dan lebih menghebat pada temperatur 55 o C. Denaturasi termal dari enzim bisa merupakan proses dapat balik maupun tidak dapat balik.

5. Pengaruh lama pemanasan

Penentuan pengaruh lama pemanasan dilakukan dengan memanaskan invertase pada suhu 95°C dengan waktu pemanasan yang 39 berbeda, mulai dari 0 detik hingga 300 detik. Konsentrasi sukrosa dan invertase yang digunakan pada setiap taraf perlakuan sama seperti pada penentuan pengaruh pH dan suhu. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemanasan invertase yang dilakukan pada waktu yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan. Hasil uji sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3 bagian F. Konsentrasi gula pereduksi tertinggi pada perlakuan kontrol yakni pada saat lama waktu pemanasan 0 detik masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan kawao untuk lama waktu pemanasan yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi normal, respon inhibisi yang diberikan oleh kawao cukup tinggi. Pengaruh lama pemanasan terhadap aktivitas invertase dapat dilihat pada Gambar 24. -200 200 400 600 800 1000 1200 1400 10 20 30 40 50 60 300 lama pemanasan detik Konsentr asi gl ukosa+f ruktosa u M Perlakuan lama pemanasan tanpa kawao Perlakuan lama pemanasan dengan penambahan kawao Gambar 24. Kurva pengaruh lama pemanasan terhadap aktivitas konsentrasi gula pereduksi yang dihasilkan Perlakuan lama pemanasan ini memberikan pengaruh penghambatan terhadap aktivitas invertase. Terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan maka aktivitas invertase semakin rendah. Invertase memberikan kestabilan terhadap panas pada waktu yang sangat singkat. Aktivitas enzim terus menurun secara signifikan seiring dengan menurunnya stabilitas hingga 30 detik pemanasan, kemudian menjadi inaktif pada waktu selanjutnya. Kedua perlakuan, baik dengan maupun 40 tanpa penambahan kawao menunjukkan pola penurunan aktivitas dan stabilitas yang sama. 21,78 71,97 68,98 -14,59 -15,50 -4,54 -13,72 -13,35 -40 -20 20 40 60 80 10 20 30 40 50 60 300 lama pemanasan detik k em am pu an in hi bi s i 1 2 3 4 s u bs et Gambar 25. Inhibisi aktivitas invertase oleh kawao pada lama pemanasan yang berbeda Pada gambar di atas, inhibisi oleh kawao terjadi pada lama pemanasan kurang dari 30 detik pertama. Penurunan inhibisi secara signifikan terjadi pada rentang lama pemanasan 20 – 30 detik. Lama pemanasan lebih dari 30 detik selanjutnya tidak memberikan efek inhibisi, karena perlakuan pemanasan sendiri telah memberikan pengaruh penghambatan akibat turunnya nilai stabilitas enzim maupun inhibitor itu sendiri. Pada Gambar 24, dapat dilihat bahwa nilai kandungan gula pereduksi setelah lebih dari 30 detik lama pemanasan, akibat penambahan kawao lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena kawao sebagai bahan alami mengalami destabilisasi dan penguraian komponennya akibat pemanasan, jumlah penguraian gula pereduksi akibat pemanasan jauh lebih banyak dibandingkan kontrol tanpa kawao. Eijsink et al. 2005, menyatakan bahwa suhu, pH, pelarut, ikatan dengan ion logam atau kofaktor, dan keberadaan surfaktan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu enzim. Hasil uji statistik persentase inhibisi dapat dilihat pada Lampiran 3 bagian K. 41

D. Kinetika Inhibisi Invertase