Inhibisi Kompetitif Inhibisi Nonkompetitif Inhibisi Unkompetitif

14

1. Inhibisi Kompetitif

Inhibitor pada model inhibisi ini bersaing dengan substrat untuk memasuki sisi aktif enzim. Struktur kimia inhibitor umumnya menyerupai substrat. Oleh sebab itu, inhibitor tersebut dapat berikatan secara reversible dengan enzim Rodwell, 1981. Mekanisme inhibisi kompetitif dapat dilihat pada Gambar 7 . Gambar 7. Mekanisme inhibisi kompetitif Penyajian garis lurus pada kurva Lineweaver-Burk memotong sumbu ordinat pada titik yang sama. V maks tidak dipengaruhi oleh inhibitor Suryani dan Mangunwidjaja, 2002. Kurva Lineweaver-Burk untuk model inhibisi kompetitif ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif

2. Inhibisi Nonkompetitif

Model inhibisi nonkompetitif tidak menunjukkan adanya persaingan antara inhibitor dengan substrat. Struktur inhibitor biasanya tidak atau sedikit menyerupai struktur substrat. Inhibitor nonkompetitif menurunkan kecepatan reaksi maksimal yang diperoleh pada pemberian sejumlah enzim V maks yang lebih rendah, tetapi biasanya tidak 15 mempengaruhi nilai K M , ditunjukkan oleh kurva Lineweaver-Burk pada Gambar 10. Mekanisme reaksi inhibisi nonkompetitif dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Mekanisme inhibisi nonkompetitif Gambar 10. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi nonkompetitif

3. Inhibisi Unkompetitif

Inhibisi ini terjadi jika kompleks EI hilang, tetapi kompleks ESI terbentuk Flickinger dan Drew, 1999. Inhibitor mengikat langsung pada kompleks enzim-substrat ES, bukan pada enzim bebas. Mekanisme inhibisi unkompetitif ditunjukkan pada Gambar 11. 16 Gambar 11. Mekanisme inhibisi unkompetitif Inhibitor yang bersifat unkompetitif akan mempengaruhi fungsi enzim, tetapi tidak terhadap ikatannya dengan substrat. Plot Lineweaver- Burk untuk inhibisi unkompetitif adalah linier dengan kemiringan atau slope K M V maks seperti pada reaksi tanpa inhibitor, dapat dilihat pada Gambar 12 Simanjutak dan Silalahi, 2003. Gambar 12. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi unkompetitif 17

III. METODOLOGI

A. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan gelas erlenmeyer, gelas piala, pipet tetes, corong, tabung reaksi; peralatan ukur labu takar, gelas ukur, pipet volumetri, pipet mikro, termometer, spektrofotometer, stopwatch, buret, neraca; dan peralatan pendukung penangas air, sentrifuge, mortar, pisau, vortex.

B. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukrosa, invertase Sigma-Aldrich 19253: pH 4.5, 55°C, 355 unitsmg solid, dan akar kawao Milletia sericea. Akar kawao Millettia sericea diperoleh dari perkebunan agropolitan daerah Leuwiliang Bogor. Bahan yang digunakan untuk analisa adalah NaOH 0.1 N dan HCl 0.1 N, indikator PP, glukosa, fruktosa, buffer pH 3-11, pereaksi DNS dinitro salicylic acid dan aquades.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB. Pengujian secara spektrofotometri dilakukan di laboratorium genetika, Pusat Antar Universitas PAU IPB. Rentang waktu penelitian dimulai pada bulan Januari – Juni tahun 2006.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian ini meliputi tahapan penelitian dan prosedur percobaan. Tahapan penelitian merupakan tahapan yang dilalui untuk mencapai tujuan penelitian, sedangkan prosedur percobaan merupakan urutan kegiatan dan tatacara yang secara teknis dikerjakan dalam setiap tahapan penelitian.

1. Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu 1 Penentuan aktivitas invertase, 2 Penentuan pengaruh konsentrasi inhibitor akar