Roal-Matematika Motivasi Kemampuan Berpikir Kritis

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan strategi pembelajaran ekspositori di kelas kontrol. Strategi tersebut memiliki perbedaan yang sangat menonjol dengan strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen, sehimgga dapat digunakan untuk membandingankannya agar dapat diketahui manakah strategi yang lebih efektif.

1.5.4 Roal-Matematika

Roal-Matematika merupakan singkatan dari roda soal matematika. Roal- Matematika merupakan sebuah permainan yang didesain untuk memberikan inovasi bagi pendidik dalam memberikan evaluasi pada siswa agar mereka tetap antusias dalam menjawab soal-soal matematika. Melalui permainan ini mengajak siswa untuk membuat peta atau konsep dalam pemecahan masalah dalam matematika.

1.5.5 Motivasi

Menurut Mc.Donald , sebagaimana dikutip oleh Sardiman 2014: 73, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah, atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar Dimyati, 2002: 80. Dimyati 2002: 80, menyatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan intensif. Keadaan kejiwaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs Telfer, 1987. Dalam penelitian ini, motivasi yang dimaksud adalah dorongan, ketertarikan, dan minat dalam pembelajaran matematika serta dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan kepada siswa. Peneliti akan membandingkan besarnya motivasi dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan berbeda.

1.5.6 Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Ennis 1996: 166 , “Critical thinking is a reasonable reflective thinking focused on deciding what to believe or do. The emphasis is on reasonableness, reflection, and the process of making decisions ”. Artinya berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang masuk akal yang terfokus dalam memutuskan apa yang dipercaya dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada Noer, 2009: 474. Berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses berpikir untuk memenuhi jawaban dan mencapai pemahaman untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan menjawab berbagai persoalan matematika. Selain itu, berpikir kritis juga merupakan proses yang terarah, jelas, dan sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi