Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

Tahap ini terbagi menjadi dua indicator yaitu i mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi; dan ii mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan. 5 Strategi dan Taktik Strategy and Tactics Dalam tahap ini terbagi menjadi dua indikator, yaitu i memutuskan suatu tindakan; dan ii berinteraksi dengan orang lain.

2.1.12. Materi Pokok Aritmetika Sosial

Materi pokok aritmetika sosial dipelajari oleh siswa kelas VII semester genap. Menurut Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMPMTs, kompetensi inti untuk materi pokok aritmetika sosial adalah mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori. Sedangkan kompetensi dasar pada materi pokok aritmetika sosial antara lain menggunakan konsep aljabar dalam menyelesaikan masalah aritmetika sosial sederhana.

2.2 Kerangka Berpikir

TAPPS merupakan strategi yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa secara berpasang-pasangan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap kelompok terdiri dari dua orang siswa yang diberi peranan yang berbeda satu sama lain pada setiap masalah. Menurut Stice 1987: 3 strategi TAPPS menuntut problem solver untuk berpikir sambil menjelaskan, sehingga dapat melatih pola pikir mereka agar lebih terstruktur. Dengan aktivitas thinking aloud, strategi TAPPS memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan verbal, ketelitian dalam memecahkan masalah, dan menumbuhkan keberanian untuk mengungkapkan pemikiran mereka. Keunggulan dari TAPPS yaitu setiap anggota pada pasangan TAPPS dapat saling belajar mengenai strategi pemecahan masalah satu sama lain, sehingga mereka dapat memahami proses berpikir maasing-masing Johnson dan Chung, 1999: 1. Selain itu, menurut Whimbey 1984 dan Wood 1985, TAPPS dapat diterapkan untuk meningkatkan kesadaran dalam kemampuan-kemampuan proses ketika menyelesaikan suatu masalah Wah, 1998: 89. Motivasi adalah dorongan, ketertarikan, dan minat dalam pembelajaran matematika serta dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan kepada siswa. Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan Sardiman, 2014: 73. Pembelajaran yang kurang bermakna berpengaruh pada rendahnya motivasi belajar siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang optimal. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari guru agar dapat menerapkan pembelajaran yang lebih bermakna, yakni dengan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Berpikir kritis merupakan proses berpikir untuk memenuhi jawaban dan mencapai pemahaman untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan menjawab berbagai persoalan matematika. Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk kemampuan berpikir, harus dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. Menurut Paul dan Elder 2007: 4, seorang yang berpikir secara kritis mampu memunculkan pertanyaan dan masalah yang vital dan merumuskannya secara jelas dan tepat. Hal ini menjadikan kemampuan berpikir kritis sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk dapat menghadapi permasalahan-permasalahan khususnya permasalahan matematika. Salah satu media yang dapat menunjang pembelajaran adalah permainan. Roal-Matematika didesain untuk memberikan inovasi bagi pendidik dalam memberikan evaluasi pada siswa agar mereka tetap antusias dalam menjawab soal-soal matematika. Melalui permainan ini mengajak siswa untuk membuat peta atau konsep dalam pemecahan masalah dalam matematika. Dengan peta atau konsep berpikir ini akan membuat siswa tahu alur atau jalan pikiran dalam memecahkan masalah secara umum. Sehingga siswa tidak hanya sekedar mengetahui saja tetapi mampu memahami secara umum. Dari sini, siswa akan terbiasa menghadapi berbagai persoalan matematika. Sehingga siswa akan menjadi kritis serta mampu menyelesaikan persoalan matematika. Johnson dan Chung 1999: 1 menemukan bahwa TAPPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan masalah diperlukan proses berpikir secara kritis sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Slavin 2009: 4 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan ketekunan siswa, serta membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. TAPPS merupakan salah satu strategi dalam model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini, diharapkan strategi TAPPS dapat meningkatkan proses berpikir siswa secara kritis dan motivasi dalam pembelajaran matematika. Menurut Nuraeni 2013: 690, pembelajaran berbasis permainan akan menarik minat siswa untuk belajar matematika dan memberikan pemahaman kuat dalam penanaman konsep matematika pada tahap awal. Dengan adanya permainan siswa akan termotivasi untuk belajar matematika. Permainan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Roal-Matematika.

2.3 Hipotesis Penelitian