Produksi Karbondiksida dari Kendaraan Bermotor, Kegiatan

10

2.5. Perlunya Pengembangan Hutan Kota

Kegiatan di perkotaan yang memberikan limbah dalam bentuk padat, cair, gas maupun debu yang mencemarkan udara menyebabkan kualitas lingkungan hidup di kota semakim lama semakin menurun. Pembangunan jalan dan permukiman yang memberikan dampak penuruman kemampuan tanah untuk menyerap dan menampung air, transportasi yang memberikan gas karbodioksida, sulfurdioksida serta kebisingan udara. Untuk memperbaiki dan mutu lingkungan hidup di kota dapat dilakukan dengan efisiensi dan efektif melalui pengembangan hutan kota. Faktor-faktor dasar lingkungan alami dalam wilayah perkotaan yang harus diperhatikan Purnomohadi, 1987 antara lain: 1 Kualitas udara yagn sangat dipengaruhi oleh pola lalu lintas kota, adanya ruang terbuka yang relatif luas sehingga memungkinkan adanya sirkulasi udara bagi setiap kelompok bangunan. Aliran udara berupa hembusan angin akan melindungi kualitas air. 2 Perlunya pengelolaan air, terutama air permukaan pada daerah-daerah penampungan air, sungai, kanal, waduk dan rawa dalam satu sistem, termasuk penyediaan air bersih, penampungan air buangan yang kemudian dapat diproses melalui instalasi pemurnian air buangan. 3 Pengelolaan limbah padat di tempat yang khusus dan harus dipertimbangkan pula yang dapat menjadi sumber bahan mentah dari buangan-buangan tadi. 4 Diharapkan terciptanya derajat kebisingan yang serendah mungkin dengan mengenali faktor yang mempengaruhinya, seperti lalu lintas, penghijauan, kepadatan penduduk serta penumpukan fasilitas kota. 5 Adanya kehidupan alami dalam habitat ciptaan maupun alami bagi berbagai jenis satwa yang tidak berbahaya. 6 Adanya berbagai fasilitas umum seperti peninggalan sejarah kejayaan kota, energi listrik, sarana kesehatan, pendidikan, transportasi, perdagangan, peristirahatan, rekreasi dan sebagainya. Interaksi antara klorofil dan bantuan sinar matahari, tumbuhan mampu mengubah zat karbondioksida dari udara dan air dari tanah menjadi karbohidrat dan oksigen. Proses ini dikenal dengan nama fotosintesis Anonymous 1987: Bernatzky 1978: Soekotjo 1976. Proses tersebut sering dinyatakan sebagai berikut: 11 sinar matahari 6CO 2 + 12 H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6H 2 O + 6O 2 klorofil Satu hal yang paling esensial dari proses fotosintesis selain pembentukan karbohidrat adalah pembentukan oksigen yang diperlukan dalam proses pernapasan respirasi semua makhlik hidup. Agar proses respirasi dan fotosintesis bejalan lancar, maka adanya keseimbangan antara produsen oksigen dan konsumen oksigen mutlak diperlukan. Kota-kota besar dan daerah yang padat penduduknya keseimbangan tersebut harus konstan, karena perubahan dalam waktu yang singkat atau perubahan sedikit saja akan dapat dirasakan akibatnya. Keberadaan pereduksi yang bersifat permanen sangat dibutuhkan pada kondisi demikian. Pereduksi yang dipandang permanen adalah vegetasi pohon, mengingat pohon memiliki daur yang cukup panjang dan dapat memproduksi oksigen yang cukup banyak Anonymous 1987. Faktor lain yang dapat menunjang perlunya pengembangan hutan kota adalah adanya kecenderungan penduduk kota yang mendambakan suasana alami. Hal ini bias ditunjukkan dengan semakin banyaknya penduduk kota yang pergi ke luar kota untuk mencari kenyamanan dan keindahan alam terbuka baik di waktu libur maupun di waktu senggang Anonymous 1987. Pengembangan hutan kota memerlukan penyediaan lahan sebagai faktor yang paling penting karena hutan kota diperuntukkan untuk masyarakat luas, maka tentu saja penyediaan lahan tersebut menjadi kewajiban penduduk kota dan pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka lahan hutan kota dapat dikategorikan dalam 2 kelompok berdasarkan status pemiliknya Fakuara 1987, yaitu: 1 Lahan hutan kota harus disediakan pada lokasi-lokasi atau tempat-tempat umum, seperti tempat komunitas pertokoan, pasar dan lain-lain, jalan raya serta tempat-tempat umum lainnya. Untuk keperluan ini, lahan harus disediakan oleh pemerintah yang dapat berasal dari tanah negara maupun tanah milik. 2 Lahan hutan kota yang harus disediakan pada tempat-tempat perorangan, termasuk dalam kelompok ini seperti pemukiman, industri dan tempat- tempat lainnya yang dibebani hak milik. Untuk keperluan ini, lahan harus disediakan oleh masyarakat baik secara individu maupun badan hukum seperti pengembang developer, pengusaha dan lain-lain. 12 Perencanaan tata ruang bertujuan untuk memanfaatkan ruanglahan secara optimal dan tidak merusak lingkungan. Agar kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang dengan sumber-sumber yang terdapat di dalamnya dapat memberikan hasil yang optimal, maka perlu diatur ketetapan lokasi agar kegiatan tersebut senantiasa saling menguntungakan dan sedikit mungkin menimbulkan dampak yang negatif melalui perencanaan tata ruang. Penataan ruang diharapkan dapat terwujud kehidupan dan penghidupan yang aman, tertib, lancar, sehat dan efisien dalam lingkungan yang serasi dan daya dukung yang selaras, seimbang dan serasi. Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan hutan kota harus berpedoman pada perencanaan tata ruang kota Fakuara, 1987. Rencana penetapan lokasi hutan kota harus didasarkan pada Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK. Lokasi hutan kota tersebut harus dibangun pada tempat yang tepat dengan luas yang cukup, sehingga daya dukung wilayah dapat memenuhi kebutuhan terhadap hutan kota tersebut. Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan hutan kota antara lain Dahlan 2004: 1 Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara massal; 2 Ilmu dan teknologi yang memadai; 3 Pelayanan jasa konsultasi untuk umum; 4 Dukungan dari penentu kebijakan; 5 Peraturan–perundangan; 6 Dukungan masyarakat; 7 Tenaga Ahli. 2.6. Pengertian Hutan Kota Definisi hutan kota menurut Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 1987 adalah lapangan yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk kota dalam kegunaan-kegunaan proteksi, rekreasi dan kegunaan khusus. Menurut Suwardi 1987 hutan kota adalah suatu hutan yang keberadaannya ada di dalam kota, di sekitar pinggiran kota atau di dalam daerah-daerah pusat permukiman yang berkembang karena proses urbanisasi. Hutan kota merupakan cabang khusus dari hutan yang pengelolaannya melalui pendekatan multi disiplin