Analisis Analiytical Hierarchy Proses

72

5.3.1.3. Alternatif

Aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya dan aspek kebijakan dapat menjalankan perannya dengan baik dalam pencapaian pengembangan hutan kota bila didukung oleh strategi atau alternatif yang tepat dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan kebutuhan analisis dikembangkan 5 strategi atau alternatif pengelolaan hutan kota guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan. Kelima strategi tersebut meliputi: 1 hutan kota Industri, 2 hutan kota pemukiman, 3 hutan kota konservasi, 4 hutan kota Rekreasi, dan 5 hutan kota pusat komunitas sosial. Hasil pendapat gabungan yang diolah dengan CDM menunjukkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh para pakar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai seperti pada gambar berikut. Gambar 32. Bobot alternative untuk pengembangan hutan kota di Kabupaten Belu Dalam rangka mewujudkan pengembangan hutan kota , maka responden pakar memilih hutan kota pemukiman sebagai prioritas pertama straregi, dengan memberikan bobot sebesar 0,476 47, diikuti kemudian masing- masing oleh hutan kota pusat komunitas sosial dengan bobot sebesar 0,257 25, hutan kota konservasi dengan bobot sebesar 0,147 14, untuk selanjunya responden pakar memberikan bobot hutan kota Rekreasi dengan bobot sebesar 0,074 7, serta prioritas terakhir hutan industri dengan bobot sebesar 0,047 4. 73

5.3.1.4. Sintesis Strategi menurut Aktor

Berdasarkan hasil analisis strategi menurut aktor diketahui bahwa prioritas strategi yang akan dikembangkan dalam kerangka pengembangan hutan kota dalam mendukung pembangunan berwawasan lingkungan berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1 Prioritas Pertama: Hutan Kota Pemukiman Hutan kota dapat memberikan keteduhan dan keindahan, juga dapat memberi manfaat dalam mengurangi dampak negatif pencemaran udara, dan mengatasi masalah erosi tanah. Hutan kota pemukiman, hutan yang berada di sekitar pemukiman, bentuknya antara lain: taman bermain anak- anak , taman tepi jalan, tanaman pekarangan, tanaman pelengkap gedung bertingkat. Taman bermain anak-anak berfungsi sebagai keindahan, meredam suara, produksi oksigen dan meningkatkan kenyamanan, tanaman tepi jalan didisain untuktujuan tujuan meredam suara, menyimpan air, meningkatkan kenyamanan serta menahan silau sinar kendaraan di malam hari. Tanaman pekarangan berfungsi sebagai penghasil oksigen dan tujuan lain sangat tergantung kepada pemilik pekarangan. Tanaman pelengkap gedung dirancang dengan pertimbangan karena terbatasnya lahan yang tersedia di perkantoran maka pada setiap lantai dan pada lokasi tertentu dari lantai tersebut tersedia tanaman yang membawa nuansa alami serta nyaman ruangan gedung. Penerapan konsep hutan kota tersebut dapat memberikan 4 jenis manfaat yaitu : 1 perbaikan iklim, 2 pemanfaatan bidang keteknikan, 3 pemanfaatan di bidang arsitektur,4 pemanfaatan dibidang estetika. Oleh karena itu harus dilakukan perencanaan yang bertahap yaitu: 1 jangka pendek yang memuat gambaran tentang hutan kota pemukiman yang dibangun, serta target dan tahapan pelaksanaannya, 2 rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing-masing komponen fisik hutan kota pemukiman yang hendak dibangun serta tata letaknya, 3 rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biaya. Bupati Belu mencanangkan hutan keluarga sebagai salah satu kebijakan yang dikeluarkan pada saat pembukaan Bulan Bakti LKMD di Desa Lasiolat Kecamatan Tastim. Ketetapan yang berlaku saat ini di Kabupaten Belu adalah bahwa setiap wilayah mengharuskan seluruh masyarakat agar 74 menanam pohon sebanyak 4 pohon di sekitar pekarangan masing-masing sebagai sumber oksigen, penyerap debu, dan peredam kebisingan. 2. Prioritas ke 2 : Hutan Kota Pusat Komunitas Sosial Hijaunya kota menjadikan suasana indah, sejuk, dan nyaman. Kota mempunyai pusat-pusat komunitas sosialkegiatan seperti: pusat pertokoan, gedung–gedung pertemuan, perkantoran dan lain-lain. Hutan kota yang berada di wilayah ini bertujuan untuk memberikan sentuhan estetika, sebagai pelindung, produsen oksigen dan sebagainya. Didalam pusat komunitas, hutan juga dapat dijadikan sebagai alat sosialisasi penduduk kota. Menurut Dahlan 2005 peranan dari hutan kota yaitu : 1 sebagai identitas kota, 2 pelestarian plasmanutfah, 3 penahan dan penyaring partikel padat dari udara, 4 peyerap dan penjerap partikel timbal, 5 peredam kebisingan, 6 mengurangi stres, 7 meningkatkan keindahan. Hijaunya kota memang indah, namun dalam pelaksanaannya masih banyak mengalami kendala, karena terkadang bangunan yang ada tidak disesuaikan dengan tata ruang sehingga akan membuat tata kota akan semakin kurang indah atau kurang bagus. Oleh karena itu pengelolaannya perlu memperhatikan organisasi pengelolaannya yang melibatkan sosialisasi individu, masyarakat, serta pemerintah, dengan pusat-pusat komunitas sosialnya agar dapat memahami manfaat adanya hutan kota di sekitar wilayahnya. Selain itu diperlukan suatu kebijakan yang dapat membantu menyukseskan program yang akan dituangkan dalam Renstra, selanjutnya untuk diaplikasikan. 3. Prioritas ke 3: Hutan Kota Konservasi Hutan konservasi bertujuan untuk mencegah kerusakan, perlindungan dan pengawetan terhadap objek tertentu dalam alam. Hutan kota konservasi tujuannya mencegah kerusakan, melindungi dan melestarikan sumberdaya alam di perkotaan. Jika di suatu kota memiliki bentuk topografi pegunungan dengan kelerengan yang curam atau tepi-tepi sungai perlu diupayakan agar tidak terjadi longsor yang bisa membahayakan pemukiman dan melindungi satwa-satwa yang merupakan endemik di Daerah tersebut. Dalam pengelolaannya hutan kota konservasi menjadi tanggung jawab atau wewenang dari Dinas Kehutanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Belu berpedoman kepada Renstra. Namum implementasinya kurang mencapai apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena: 1 75 musibah yang dialami oleh Kabupaten Belu dengan adanya evakuasi penduduk dari Timor-Timur menyebabkan lahan-lahan konservasi dialih fungsikan untuk kebun, pemukiman dan pemanfaatan untuk kayu bakar, 2 kurang adanya rasa tanggung jawab untuk memelihara dan memliki sehingga terjadi penebangan secara liar, 3 kondisi iklim di Kabupaten Belu dengan kecenderungan musim kemarau relatif lebih panjang, dibandingkan musim hujan. Keadaan tersebut dapat memicu terjadinya fenomena seperti kebakaran di musim kemarau dan longsor dimusim hujan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan keadaan tersebut perlu suatu kebijakan yang membantu keberhasilan pelaksanaan Renstra, dan perlunya insentif bagi masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah atau hutan itu agar masyarakat dapat terlibat dalam pengelolaan hutan konservasi, khususnya melibatkan masyarakat adat yang masih memiliki kearifan lokal yang sangat membantu pemerintah. 4. Prioritas ke 4: Hutan Kota Rekreasi Hutan kota rekreasi mempunyai peranan sebagai tempat bermain anak-anak, tempat istirahat orang dewasa, perlindungan dari gas dan debu, serta sebagai produsen oksigen. Lokasi yang diharapkan dari hutan kota rekreasi diusahakan dapat memenuhi fungsi sebagai rekreasi “jam“ artinya didatangi dan dinikmati tidak lebih dari satu jam dari ujung Daerah pemukiman dengan kendaraan bermotor. Hutan kota rekreasi untuk wilayah kabupaten Belu dalam Renstra yang ada akan dibangun di kawasan lapangan umum sebagai taman kota yang merupakan pusat ibu kota kabupaten dan pusat seluruh aktifitas untuk kabupaten Belu. Pengelolaannya merupakan tanggung jawab dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas Kehutanan dengan berpedoman kepada apa yang direncanakan oleh BAPPEDA sesuai dengan program yang ada. Dalam pengelolaan Retribusi Daerah diserahkan kepada Dinas Pendapatan dan Dinas Pariwisata. Pengelolaan selanjutnya harus memperhatikan kaidah- kaidah yang terdapat dalam ekologi agar taman tersebut tetap terpelihara dan dapat dinikmati sepanjang waktu. 5. Prioritas ke 5 : Hutan Kota Industri Hutan kota kawasan industri adalah hutan yang berada: 1 di taman kawasan industri, dibuat dengan tujuan untuk istirahat para pekerja sebagai tempat yang terlindungi secara alami dari kebisingan, debu dan gas buangan 76 industri, 2 tanaman penyangga. Pada umumnya kawasan industri merupakan kawasan yang tidak terlepas dari kawasan berpenduduk, baik dalam bentuk pemukiman, pertokoan, pertanian dan sebagainya. Tanaman penyangga ini ditata berdasarkan perhitungan gerakan angin yang bisa bergerak di sekitar kawasan. Oleh karena itu penanaman pohon ini harus memperhatikan tinggi gerakan angin serta jarak dari daerah yang perlu dilindungi. Dalam pengelolaannya perlu adanya keterlibatan dari Industri atau masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah itu dengan didampingi oleh pemerintah sebagai perencana dan pelaksana program, masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi sebagai pemberi informasi kepada pemerintah demi tercapainya Renstra tersebut dengan tidak lupa SDM pengelola yang menunjang program tersebut. Jenis tanaman yang ada di RTH kabupaten Belu ada 31 jenis, baik yang berupa pohon, perdu maupun tanaman hias. Jenis tanaman yang khas kabupaten Belu yaitu ampupu Eucalyptus Urophilla yang secara alami banyak tumbuh hampir di seluruh kabupaten Belu. Inventarisasi jenis tanaman yang ada di RTH kabupaten Belu dapat dilihat pada lampiran 13. Menurut Dahlan 2005, guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan, jenis tanaman yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di kota tersebut. Pertumbuhan tanaman yang baik serta manfaat hutan kota yang maksimal dapat diperoleh dengan memperhatikan beberapa informasi yang perlu di perhatikan 7 persyaratan Dahlan ,2005 diantaranya yaitu persyaratan edaphis, persyaratan meteorologis, persyaratan silvikultur, persyaratan umum tanaman, persyaratan untuk pohon peneduh jalan, persyaratan estética dan persyaratan untuk pemanfaatan khusus. Hal ini tergantung kepada fungsi dari tanaman yang ditanam sebagai hutan kota. Menurut Soerianegara dan Indrawan 1998 dalam Septriana 2005 bahwa jenis- jenis asli adalah jenis-jenis yang terbaik, jika di tinjau dari ekologi untuk ditanam didaerah yang bersangkutan baik dalam reboisasi maupun penghijauan. Jika didatangkan jenis-jenis ekologi baik dari luar daerah maupun 77 dari luar pulau, maka jenis-jenis tersebut harus menyesuaikan diri dengan iklim dan lingkungan hidup yang baru. Jenis-jenis tersebut tidak memungkinkan untuk ditanam bila tidak tersedianya biji yang cukup untuk jenis-jenis asli, atau jenis asli tidak sesuai dengan pola perencanaan industri daerah yang bersangkutan maka dapat dipilih jenis yang cocok baik dalam arti ekonomi maupun dalam arti ekologi Jenis-jenis tanaman yang dapat dikembangkan untuk pengembangan RTH ataupun hutan kota ada 31 jenis yang tdd 8 jenis untuk perkarangan,3 untuk jalar hijau dan 20 jenis untuk taman hutan. Ada jenis-jenis tanaman yang dipilih untuk pengembangan RTHhutan di kabupaten Belu dapat dilihat pada Lampiran 13.

5.5.2. Bentuk dan Tipe Hutan Kota

Arahan pengembangan type dan bentuk RTH ataupun hutan kota disesuaikan dengan arahan pengembangan kota berdasarkan RTRW Kab, Belu dan juga tipe comunitas social dan peruntukan kawasan seperti kawasan pemukiman, pendudukan, industri, perdagangan dan jasa, serta olahraga dan reakreaksi. Misalnya kawasan pemukiman, tipe hutan kota yang harus dibangun adalah hutan kota yang tipe pemukiman yang lebih menitikberatkan pada keindahan, penyejuk , penyediaan habitat zatwa khususnya burung dan tempat bermain dan bersantai, sedangkan dikawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungís sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. Untuk kota yang memiliki kualitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air. Maka tipe hutan kota yang cocok adalah hutan lindung dan hutan konservasi di daerah tangkap airnya. Kabupaten Belu terbagi atas 12 kecamatan yang arahan pengembangan tipe dan bentuk hutan kotanya disesuaikan dengan arahan pengembangan wilayahnya masing-masing. Adapun alternatif tipe dan bentuk hutan kota dari masing-masing kecamatan di kabupaten Belu adalah sebagai berikut: 1 Kecamatan Lamaknen. Kecamatan lamaknen merupakan salah satu kecamatan yang memiliki adat istiadat dan budaya yang masih Sangat 78 kuat dan memikiki tempat- tempat bersejarah yang letaknya 45 km dari ibu Kota kabupaten dan mempunyai topografi wilayah keindahan alamnya cukup mengagumkan dengan luas wilayah 20.180 km 2 yang kepadatan penduduknya 94,16 jiwa km 2 tahun 2002 dan lahan pengembangan relatif masih ada. Kawasan ini berada di perbatasan dengan Timor Leste. Kecamatan Lamaknen ini sebagian besar merupakan hutan adat hutan lindung yang menyebar di berbagai desa, ada yang dekat jalan raya tapi ada juga jauh dari jalan raya, pusat-pusat kegiatan lintas daerah dan negara.Maka tipe hutan kota yang disarankan adalah hutan raya , hutan konservasi, hutan pemukiman dan hutan rekreasi, untuk mengatasi kekurangan air dan membangun tempat rekreasi yang indah bagi yang membutuhkan kenyamanan dan keteduhan; 2 Kecamatan Tasifeto Timur. Kecamatan Tasifeto timur merupakan kecamatan yang letaknya dekat pusat ibu kota kabupaten dengan luas wilayah 275.85 km 2 merupakan salah satu jalur pintu gerbang menuju Timor Leste dimana merupakan Pintu ketiga yang berpusat di haekesak. Dan hutan yang ada saat ini hutan industri hutan jambu mete dan hutan lindung. Oleh karena itu pengembangan selanjutnya untuk daerah jalur- jalur menuju daerah Timor Leste perlu dibuat jalur hijau dan bagi pemukiman masyarakat perlu di buat hutan pemukiman, sedangkan untuk daerah perlindungan terhadap sumber air dibuat hutan konservasi; 3 Raihat. Raihat adalah daerah yang letaknya dekat langsung dengan daerah perbatasan timor Leste dan merupakan daerah persawahan dimana luas wilayahnya 87,21 dengan kepadatan penduduk 90,39 Dengan luasan hutan yang sangat minim. Sesuai dengan kondisi yang ada maka hutan kota yang harus dikembangkan adalah hutan kota pemukiman, hutan konservasi sebagai penyimpan air agar lingkungan yang sehat tetap dapat dipelihara dan memberikan kenyamanan bagi penghuni wilayah tersebut; 4 TASBAR. Kecamatan TASBAR merupakan wilayah Pembangunan III dengan pusat pengembangan di Halilulik. Kecamatan ini luasnya 284,43 dengan kepadatan penduduk 81,05 Kondisi wilayah ini letaknya tidak jauh dari ibu kota kabupaten dan merupakan daerah hulu yang banyak memberikan kontribusi sumber daya alam yang berarti bagi kabupaten Belu.Hutan kota diwilayah ini hutan kota industri, hutan koservasi dan hutan kota pemukiman dan sedikit hutan kota social comunity. Bentuk 79 hutan kota yang dapat dikembangkan jalur hijau, hutan pemukiman, dan hutan konservasi, kebun raya di wilayah yang masih memungkinkan untuk dikelola sesuai kebutuhan tersebut sekaligus mensuplai oksigen bagi penduduk perkotaan yang datang untuk berekreasi; 5 Kecamatan Kota Atambua. Kecamatan kota Atambua merupakan kecamatan dengan luasan terkecil dan sebagai pusat seluruh aktifitas untuk kabupaten Belu . Luas wilayah 56,18 dengan kepadatan penduduk 707,52km 2 Dan perkembangan kota yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang ada. Hutan kota yang ada berupa jalur hijau , Hutan pemukiman, hutan social comunity, dan sedikit hutan industri. untuk itu perlu pengembangan hutan kota pemukiman, hutan kota social comunity, jalur hijau, dan taman kota; 6 Kecamatan Kakuluk Mesak. Kecamatan kakuluk mesak merupakan salah satu jalur lintas antar negara yang luasnya 187,54 memiliki kepadatan yang terendah yaitu 43,06 dengan topografi wilayah pegunungan, daratan dan lautan yang merupakan salah satu aset sektor kelautan bagi kabupaten Belu. Hutan kota konservasi mangrove merupakan ciri khas bagi kecamatan kakuluk mesak. Sesuai kondisi yang ada maka perlu pengembangan hutan kota tipe pemukiman dan jalur hijau sebagai estetika dan penyerap debu dan sisa- sisa pembakaran dari kendaraan bermotor baik roda 2 atau roda 4 dan hutan konservasi Bakau; 7 Kecamatan Malaka Timur. Luas kecamatan Malaka Timur 356,72 km 2 dengan kepadatan penduduk.91,23 Kecamatan ini memiliki padang yang cukup luas dan hutan konservasi.ibu kota kecamatan merupakan jalur lintas bagi beberapa kecamatan dan masih banyak memiliki lahan yang bisa dmanfaatkan untuk pengembangan hutan kota. Sesuai kondisi yang ada maka hutan kota yang perlu dikembangkan di jalur lintas antar kecamatan dibuat jalur hijau dan dipekarangan masing-masing perlunya hutan kota pemukiman, sedangkan diwilayah yang lahannya masih luas dikembangkan hutan kota konservasi dan hutan industri dan kebun raya; 8 Kecamatan Kobalima. Kecamatan ini merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan negaraa Timor Leste dengan luas wilayah 217,06 Dan kepadatan penduduk 77,19 Kecamatan ini memilki wilayah pegunungan , daratan dan lautan yang juga merupakan aset sektor perikanan air tawar dan lautan. Daerah ini memilki hutan konservasi dan