Jalur Hijau Jalan Tugu Gerbades

46 Jalur Hijau menuju Bandara merupakan pusat perhatian bagi seluruh masyarakat Belu maupun bagi semua para tamu yang akan menggunakan jasa penerbangan dari berbagai penjuru di wilayah indonesia maupun dari manca negara. Jalur ini panjangnya 1000 meter. Tanaman yang ada di tengah yaitu; Bogenvile, anggsono, Gelondongan. Bagian kiri jalan terdapat jenis tanaman jeruk, mangga, kelapa, pisang anggsono. Bagian kanan jalan terdapat jenis tanaman mangga, bluntas, angsono, jeruk. Jalur hijau menuju bandara disajikan pada Gambar 9. Gambar 9. Jalur Hijau menuju Bandara Hutan Industri terletak di wilayah kelurahan Fatukbot dan wilayah desa Naekasa. Luasnya 100 ha, dengan jenis tanaman yaitu jati dan mahoni. Hutan sudah ada sejak zaman belanda kemudian di lanjutkan oleh pemerintahan Swapraja dan dikembangkan oleh pemerintah daerah tingkat II Belu. Hutan ini letaknya di pintu gerbang masuk ibu kota Kabupaten Belu yang mempunyai nilai estetika sendiri Kantor Bupati terletak di puncak kota Atambua yang memberikan kesan cukup nyaman, dihiasi taman yang luasnya 500 meter. Jenis tanaman yang 47 dibudidayakan seperti evrygreen, pohon bonsai, dan jenis rerumputan dan semak yang membuat nuansa kantor menjadi lebih menyenangkan untuk beraktifitas. Profil Kantor Bupati Kabupaten Belu disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Taman Kantor Daerah TK II Belu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Luas Hutan Kota Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988 dan

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 Penentuan Kebutuhan Hutan Kota di Kabupaten Belu mengacu kepada Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 yang menyatakan bahwa 40 dari Wilayah Kota harus merupakan kawasan hijau. Dengan demikian luas kawasan hijau yang diperlukan di Kabupaten Belu semestinya adalah 97,822 ha, dari total luas wilayah Kabupaten Belu seluas 244.557 ha. Jika mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa luasan hutan kota minimal 10 dari luas seluruh kawasan kota, berarti Kabupaten Belu harus menyediakan lahan untuk hutan kota minimal 24,455 ha. Segala aktifitas kehidupan terutama di daerah perkotaan tidak lepas dari produksi CO 2 , dan penghasil yang paling banyak adalah kendaraan bermotor, Industri dan manusia. Manusia mengeluarkan CO 2 lewat proses pernapasan atau respirasi. Sedangkan Industri mengeluarkan CO 2 lewat sisa pembakaran dan untuk kendaraan bermotor mengeluarkan lewat gas yang dikeluarkannya. 5.2. Estimasi CO 2 Penduduk di Kabupaten Belu 5.2.1. Karbondioksida yang dihasilkan Penduduk Tahun 2003 Jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia Menurut Grey and Deneke 1976 setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO 2 yang ekuivalen dengan CO 2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama sebagai hasil pernapasannya. Dengan kata lain setiap manusia akan menghembuskan CO 2 sebanyak 0,96 kghari ke udara bebas. Penyebaran penduduk pada setiap kecamatan, maka kawasan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi berada di wilayah Kabupaten Belu tepatnya Kecamatan Kota Atambua sebanyak 67.416 jiwa. Dari populasi sejumlah tersebut, karbondioksida yang dihasilkan sebesar 64.719,360 kghari pada tahun 2003. Peta penyebaran penduduk dan karbondioksida yang dihasikan Kabupaten Belu tahun 2003 disajikan pada Gambar 11 dan 12. 49 Gambar 11. Peta Penyebaran Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2003 Gambar 12. Peta Penyebaran Karbondioksida yang Dihasilkan Penduduk di Kabupaten Belu Tahun 2003. 50 Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa penyebaran kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tinggi dapat menghasilkan karbondioksida yang cukup tinggi. Konsentrasi karbondioksida tertinggi berdasarkan analisis di setiap kecamatan yaitu kecamatan kota Atambua 64.71936 kghari. Sedangkan konsentrasi terendah terdapat di kecamatan Rinhat 12.589,44 kghari. Jumlah penduduk kabupaten Belu Per Kecamatan tahun 2003 disajikan pada Lampiran 2.

5.2.2. Perkiraan Karbondioksida yang dihasilkan Penduduk Tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS jumlah penduduk kabupaten Belu tahun 2003 tercatat sebanya 336.480 jiwa. Kepadatan penduduknya mencapai 1,498 jiwa per ha. Sedangkan berdasarkan hasil analisis data diketahui laju perkembangan penduduk rata-rata kabupaten Belu tahun 2001–2005, yaitu sebesar 0.163 per tahun. Berdasarkan data penduduk tersebut, dapat diperkirakan jumlah penduduk dan karbondioksida yang dihasilkan penduduk per kecamatan, tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020, dengan menggunakan metode persamaan bunga berganda dan perhitungan karbondioksida. Tahun 2006 diperkirakan jumlah penduduk kabupaten Belu mencapai 336.480 jiwa dengan karbodioksida yang dihasilkan sebesar 323.020.80 kghari. Perkiraan jumlah penduduk kabupaten Belu tahun 2006,2010,2015, 2020 disajikan pada Tabel 9 dan perkiraan karbondioksida yang dihasilkan penduduk kabupaten Belu tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020 secara rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2006, 2010,2015, dan 2020 bel 9. . Prediksi Penduduk jiwa No Kecamatan 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 20399.4 17174.92 13851.33 11170.91 2 TASTIM 24675.45 22905.18 20869.85 19015.38 3 RAIHAT 17934.43 35726.51 84551.09 200100.3 4 TASBAR 22195.19 17928.37 13729.13 10513.45 5 Kakaluk Mesak 16804.99 27214.19 49715.53 90821.51 6 Kota Atambua 73615.7 106523.3 169058.5 268305.5 7 Malaka Timur 33295.81 28502.99 23470.19 19326.04 8 Kobalima 23360.98 26916.81 32132.1 38357.88 9 Malaka Tengah 31919.17 28259.05 24268.33 20841.18