Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

27 c Type hujan, yang disesuaikan berdasarkan klasifikasi type hujan menurut Schmidt dan Ferguson yaitu : Hasil perhitungan nilai Q di atas menggambarkan tipe iklim. C. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata kondisi biofisik, terutama yang dapat dilihat secara visual mengenai jumlah, luas dan letak taman-taman kota, jalur hijau, dan kepadatan kendaraan bermotor di Kabupaten Belu. 3.3.1.1.Data Sekunder Pengambilan data sekunder dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif tentang kondisi biofisik dan kondisi klimatologis yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan pola pengembangan hutan kota. Sumber data sekunder diperoleh dari hasil wawancara. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait antara lain, BAPPEDA, Bappedalda, Dinas kehutanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Dinas PERINDAG, Dinas Kependudukan, PMD, Badan Pusat Statistik, Badan Pertanahan Kabupaten Belu, Kimpraswil, Bakosurtanal, DEPHUT RI. 1 Kondisi Biofisik: a Jumlah luas dan lokasi taman-taman kota b Jumlah luas dan lokasi jalur hijau c Luas Tata guna lahan d Jenis tanaman yang ada di hutan kota di Kabupaten Belu e Jumlah laju pertumbuhan penduduk f Jumlah dan laju perkembangan Kendaraan bermotor g Jumlah dan laju pertumbuhan Industri. 2 Kondisi Klimatologis a Suhu udara b Kelembaban relatif jumlah rata-rata bulan kering 60 mm jumlah rata-rata bulan basah100 mm Q = 28 c Curah Hujan d Kecepatan angin. 3.3.2 Pengolahan Data 3.3.2.1.Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Instruksi Menteri dalam Negeri No 14 Tahun 1998 Analisa kebutuhan luas hutan kota berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1998 tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yaitu dilihat luas hutan kota yang harus tersedia di lingkungan perkotaan dan biasanya ditetapkan dalam persentase dari total luas areal kota yang bersangkutan 40 .

3.3.2.2 Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2002

Menurut peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2002 ditentukan bahwa hutan kota paling sedikit 10 dari luas seluruh kawasan kota. Penetapan porsi bagi pengembangan hutan kota tersebut diperlukan sebagai upaya penyeimbang kemajuan pembangunan. 3.3.2.3.Kebutuhan Luas Hutan Kota Berdasarkan Jumlah Karbondioksida. Penentuan luas hutan kota berdasarkan jumlah karbondioksida Gerakis, 1974 dalam Wisesa, 1988 . Penentuan luas hutan kota berdasarkan jumlah karbodioksida yang dikeluarkan merupakan total karbodioksida yang dihasilkan dari aktifitas manusia, kendaraan bermotor, dan industri. Rumus : L = a t v t + b t w t + c t z t K Keterangan : L = Luas hutan kota ha at = karbondioksida yang dihasilkan setiap manusia kgjam bt = karbondioksida yang dihasilkan perkendaraan bermotor kgjam ct = karbondioksida yang dihasilkan perindustrian kgjam vt = jumlah penduduk jiwa wt = jumlah kendaraan bermotor unit zt = jumlah industri unit K = konstanta yang menunjukkan bahwa kemampuan hutan kota dalam menyerap CO 2 adalah 75 kg hajam.