Estimasi karbondioksida yang dihasilkan dari industri

58 Gambar 20. Peta Penyebaran Karbondioksida yang dihasilkan Industri di Kabupaten Belu Tahun 2003 b. Perkiraan Jumlah Industri Tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020. Diperkirakan pada tahun 2006 jumlah Industri paling tinggi yaitu di Kecamatan Kota Atambua 140 Industri, dengan karbondioksida yang dihasilkannya sebanyak 39.325.601,24 kg per hari. Berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecamatan yang mempunyai jumlah industri yang paling tinggi di Kabupaten Belu yaitu Kecamatan Kota Atambua 658 Industri dengan karbondoksida yang dihasilkan sebanyak 184.880.775,3 kg per hari. Perkiraan jumlah dan karbondioksida yang dihasilkan Kabupaten Belu per Kecamatan Tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020 disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil perkiraan dapat dilihat bahwa di Kabupaten Belu jumlah karbondiksida yang dihasilkan dari kegiatan Industri sampai dengan tahun 2020 terus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2006 diperkirakan jumlah industri di kabupaten Belu mencapai 140 Industri dengan karbondiokida yang dihasilkan sebanyak 39.325.601,24 kghari. Sampai dengan tahun 2020 diperkirakan jumlah Industri bertambah menjadi 658 Industri, dengan karbondioksida yang dihasilkan sebanyak 184.880.775,3 kghari. Jumlah dan 59 Perkiraan Peningkatan Jum lah Industri di Kabupaten Belu 30 60 90 120 150 180 210 240 2003 2006 2010 2015 2020 Tahun J u m la h I n d u s tr i u n it Lamaknen TASTIM Raihat TASBAR Kakuluk Mesak Kota Atambua Malaka Timur Kobalima Malaka Tengah Sasitamean Malaka Barat Rinhat Perkiraan Peningkatan Karbondioksida yang dihasilkan di Kabupaten Belu 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 2003 2006 2010 2015 2020 Tahun J u m la h C O 2 y a n g d ih a s ilk a n k g h r Lamaknen TASTIM Raihat TASBAR Kakuluk Mesak Kota Atambua Malaka Timur Kobalima Malaka Tengah Sasitamean Malaka Barat Rinhat karbondioksida yang dihasilkan Industri di Kabupaten Belu tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020 disajikan pada Gambar 21 dan 22 Grafik. Gambar 21. Grafik Perkiraan peningkatan jumlah industri per Kecamatan di Kabupaten Belu Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020 Gambar 22 Grafik Perkiraan jumlah karbondioksida yang dihasilkan industri di Kabupaten Belu Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020 60

5.3. Luas Hutan Kota Berdasarkan Jumlah CO

2

5.3.1. Kebutuhan Luas Hutan Kota Tahun 2003.

Berdasarkan data jumlah CO 2 berasal dari penduduk, kendaraan bermotor, industri di kabupaten Belu dapat dihitung berapa luas hutan kota yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hutan kota di Kabupaten Belu tahun 2003. Dari hasil perhitungan luas hutan kota berdasarkan jumlah CO 2 diketahui bahwa luas hutan kota yang dibutuhkan di Kabupaten Belu tahun 2003 yaitu 9.258,434 ha. Secara spesifik Kecamatan yang membutuhkan hutan kota terluas yaitu Kecamatan Kota Atambua yakni 5.959,244 ha, karena Kecamatan Kota Atambua merupakan pusat seluruh aktifitas untuk Kabupaten Belu. Kebutuhan luas hutan kota per kecamatan di Kabupaten Belu tahun 2003 disajikan pada Lampiran 8. Masing-masing daerah mempunyai kebutuhan hutan kota berbeda-beda sesuai dengan jumlah CO 2 total di daerah tersebut. Namun realita yang berlangsung terkadang luas hutan kota yang terdapat di suatu kawasan tidak sesuai dengan luas daerah yang ada karena mempunyai jumlah CO 2 yang cukup tinggi di daerah tersebut. Rasio antara luas hutan kota dengan luas daerah keseluruhan dengan unit perkecamatan di kabupaten Belu tahun 2003 menurut rasio luas hutan kota yang dibutuhkan dengan luas daerah yang ada dapat dilihat pada Lampiran 18. 61 Gambar 23. Peta Penyebaran Kebutuhan Hutan Kota di Kabupaten Belu Tahun 2003 Gambar 24. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Belu Tahun 2003 62 Gambar 23 dapat diketahui bahwa Kecamatan Kota Atambua mempunyai ratio kebutuhan hutan kota yang cukup tinggi. Hal ini karena kecamatan tersebut merupakan daerah pusat kota yang jumlah CO 2 lebih banyak dari daerah lainnya. Keadaan ini berarti luas hutan kota yang dibutuhkan melebihi luas kecamatan yang ada. Dari data citra Kabupaten Belu Tahun 2003 dapat dilakukan klasifkasi terhadap hutan kota, berdasarkan Ruang Terbuka Hijau RTH yang ada melalui perhitungan Ratio antara luas RTH dengan luas daerah dengan unit per kecamatan di Kabupaten Belu Gambar 24 Dari Gambar 24 dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai ratio ketersediaan hutan kota tertinggi yaitu Kecamatan Malaka Timur dengan spesifik semak belukar dan perkebunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar hutan kota yang ada di kabupaten Belu berada di kawasan pinggir kota. Sedangkan hutan kota yang sebenarnya dibutuhkan terutama di daerah pusat kota. Oleh sebab itu perlu pengembangan hutan kota di daerah- daerah pusat kota.

5.3.2. Estimasi Kebutuhan Luas Hutan Kota Tahun 2006 , 2010, 2015, dan 2020.

Berdasarkan data dari luas hutan kota di perkirakan kebutuhan luas hutan kota untuk tahun 2006 yaitu 44.199,092 ha 4,419 , tahun 2010 yaitu 90.531,505 ha 9,053 , tahun 2015 yaitu 148.999,123 ha 14,899 dan tahun 2020 yaitu 207.701,666 ha 20,770 . Secara rinci perkiraan luas hutan kota per kecamatan di kabupaten Belu tahun 2006 , 2010, 2015, dan 2020 dapat dilihat pada Lampiran 17. Sedangkan peta perkiraan kebutuhan luas hutan kota menurut ratio kebutuhan luas hutan kota dengan luas daerah dapat dilihat pada Gambar 25, 26, 27, dan 28 .