Kebutuhan Luas Hutan Kota Tahun 2003.

62 Gambar 23 dapat diketahui bahwa Kecamatan Kota Atambua mempunyai ratio kebutuhan hutan kota yang cukup tinggi. Hal ini karena kecamatan tersebut merupakan daerah pusat kota yang jumlah CO 2 lebih banyak dari daerah lainnya. Keadaan ini berarti luas hutan kota yang dibutuhkan melebihi luas kecamatan yang ada. Dari data citra Kabupaten Belu Tahun 2003 dapat dilakukan klasifkasi terhadap hutan kota, berdasarkan Ruang Terbuka Hijau RTH yang ada melalui perhitungan Ratio antara luas RTH dengan luas daerah dengan unit per kecamatan di Kabupaten Belu Gambar 24 Dari Gambar 24 dapat dilihat bahwa daerah yang mempunyai ratio ketersediaan hutan kota tertinggi yaitu Kecamatan Malaka Timur dengan spesifik semak belukar dan perkebunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar hutan kota yang ada di kabupaten Belu berada di kawasan pinggir kota. Sedangkan hutan kota yang sebenarnya dibutuhkan terutama di daerah pusat kota. Oleh sebab itu perlu pengembangan hutan kota di daerah- daerah pusat kota.

5.3.2. Estimasi Kebutuhan Luas Hutan Kota Tahun 2006 , 2010, 2015, dan 2020.

Berdasarkan data dari luas hutan kota di perkirakan kebutuhan luas hutan kota untuk tahun 2006 yaitu 44.199,092 ha 4,419 , tahun 2010 yaitu 90.531,505 ha 9,053 , tahun 2015 yaitu 148.999,123 ha 14,899 dan tahun 2020 yaitu 207.701,666 ha 20,770 . Secara rinci perkiraan luas hutan kota per kecamatan di kabupaten Belu tahun 2006 , 2010, 2015, dan 2020 dapat dilihat pada Lampiran 17. Sedangkan peta perkiraan kebutuhan luas hutan kota menurut ratio kebutuhan luas hutan kota dengan luas daerah dapat dilihat pada Gambar 25, 26, 27, dan 28 . 63 Gambar 25. Peta Perkiraan Kebutuhan Hutan Kota di Kabupaten Belu Tahun 2006 Gambar 26. Peta Perkiraan Kebutuhan Hutan Kota di Kabupaten Belu Tahun 2010 64 Gambar 27. Peta perkiraan Kebutuhan Hutan Kota di Kabupaten Belu Tahun 2015 Gambar 28. Peta Perkiraan Kebutuhan Hutan Kota di kabupaten Belu Tahun 2020