membuat kerangka paragraf sesuai dengan keadaan brosur tersebut tema, gambar, dan beberapa kalimat penjelas dalam brosur. Setelah itu, secara individu siswa
mengembangkan kerangka paragraf tersebut menjadi sebuah paragraf persuasif untuk menjelaskan brosur yang mereka baca agar pembaca mau berbuat atau bersikap
sesuai dengan brosur tersebut. Sebelum siswa menulis sendiri, guru memberikan contoh terlebih dahulu. Kegiatan ini tentunya dengan bantuan dan pengawasan guru,
3 konfirmasi; pada tahap ini, salah satu siswa maju untuk membacakan hasil pekerjaannya untuk mengetahui apakah siswa tersebut benar-benar mampu menulis
paragraf persuasif berdasarkan brosur yang mereka baca, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan kepada guru kemudian diadakan penilaian dengan rambu-rambu
penilaian yang sudah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya adalah tahap penutup. Pada tahap ini guru bersama siswa
melakukan refleksi, evaluasi, dan menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu. Guru juga memberikan motivasi pada siswa untuk tetap berlatih menulis paragraf
persuasif agar mereka dapat menulis paragraf persuasif dengan baik.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah menulis paragraf. Dalam menulis
paragraf, siswa dilatih untuk dapat menuangkan ide atau gagasan mereka, kemudian menyusun kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf yang utuh dan mudah
dipahami pembaca.
Paragraf persuasif adalah salah satu jenis karangan atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Oleh karena itu, sebuah tulisan persuasif
memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau karangan persuasif lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau karangan persuasif
biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu Oken 2009.
Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian sejak dini. Menurut hasil observasi yang telah dilakukan di MA Sunan Muria Pati, nilai rata-rata dari 25 siswa
dalam menulis paragraf persuasif adalah 58,6. Nilai tertinggi 74 dan nilai terendah adalah 50. Padahal, kriteria ketuntasan minimal KKM dari guru bahasa Indonesia di
sekolah tersebut adalah 65. Jadi, dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif siswa belum mencapai hasil yang maksimal.
Pencapaian yang belum maksimal ini karena kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif. Siswa juga kesulitan menemukan ide
dan mengungkapkan ide mereka dalam bentuk tulisan. Mereka lebih mudah mengungkapkannya secara lisan. Pengetahuan siswa tentang paragraf persuasif juga
masih kurang. Selain itu, siswa juga masih kesulitan merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf yang utuh.
Setelah melakukan pembelajaran menulis paragraf persuasif dengan pendekatan kontekstual komponen learning community melalui media brosur,
diharapkan siswa lebih terampil dalam menulis paragraf persuasif dengan memperhatikan penulisan paragraf persuasif yang baik, serta tercapai tujuan yang
diinginkan oleh siswa dan guru sehingga dapat memberi manfaat bagi diri pribadi siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan