15
BAB II TELAAH TEORI
2.1 Legitimacy Theory
Mathews 1993 dalam Deegan 2002 menyatakan bahwa: The social contract would exist between corporations usually limited companies
and individual members of society. Society as a collection of individuals provides corporation with their legal standing and attributes and the authority to
own and use the natural resources an d to hire employees. …
Pernyataan Mathew di atas menunjukkkan adanya ‘social contract’ antara
perusahaan dengan masyarakat. Kontrak sosial ini berisi pemberian izin pendirian perusahaan yang legal, kewenangan kepemilikan, menggunakan sumber daya
alam, dan membayar pekerja. Ketika masyarakat tidak puas bahwa perusahaan yang berdiri di lingkungannya melakukan operasional yang tidak sah maka
masyarakat dapat menarik kembali kontrak sosial yang telah dibuat. Pendapat ini konsisten dengan Lindblom 1994 dalam Deegan 2002 yang menyatakan
bahwa: … a condition or status which exists when an entity’s value system is congruent
with the value system of the larger social system of which the entity is a part. When a disparity, actual or potential, exist between the two values systems, there
is a threat to the entity’s legitimacy. Lindblom menyatakan ketika terdapat kesesuaian antara sistem nilai
perusahaan dengan sistem nilai yang berkembang di masyarakat maka aspek legitimasi tercapai. Perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas
perusahaan sesuai dengan harapan atau nilai yang berkembang di masyarakat. Perusahaan akan melakukan pengungkapan informasi demi memenuhi harapan
tersebut.
Deegan 2004 :254 beranggapan legitimacy theory adalah adanya kontrak sosial social contract antara organisasi dan masyarakat dimana organisasi itu
berada. Kontrak sosial ini memang sulit untuk didefinisikan. Deegan mendefinisikannya dengan menggunakan harapan-harapan yang berkembang di
masyarakat tentang pelaksanaan operasi usaha. Meskipun harapan tersebut
senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Legitimacy theory berkaitan dengan
membangun, memelihara dan memperbaiki kontrak sosial antara organisasi dan masyarakat Suchman, 1995; Campbell et al, 2003 dalam Whiting dan Woodcock,
2011. Sehingga perusahaan akan berusaha untuk memastikan bahwa operasi dan aktivitas mereka dianggap sah Deegan, 2004:256.
Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya sesuai dengan batas-batas dan norma sosial, mendapatkan
persetujuan dari masyarakat dalam melakukan tindakan dan memastikan bahwa kegiatan usahanya dianggap sah Whiting dan Woodcoock, 2011. Dan juga
menekankan bahwa organisasi tidak hanya mementingkan investor, tetapi juga harus mempertimbangkan hak masyarakat umum Deegan, 2004 : 256. Dengan
demikian, perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitas tertentu yang
telah dilaksanakan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengungkapkan informasi
tertentu misalnya sosial, lingkungan, modal intelektual secara sukarela untuk meyakinkan masyarakat bahwa kegiatan mereka diperbolehkan dan telah memberi
kontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Organisasi juga harus menyesuaikan harapan masyarakat jika ingin sukses Deegan, 2004: 258.
Legitimacy theory sangat mampu menunjukkan pelaporan modal intelektual dengan penggunaan metode content analysis untuk mengukur keluasan
pelaporan modal intelektual. Perusahaan akan melaporkan modal intelektual jika memang dibutuhkan oleh masyarakat meskipun pelaporannya tidak seperti aset
berwujud yang langsung tertera pada laporan keuangan dan menggambarkan keberhasilan perusahaan Purnomosidhi, 2005.
2.2 Agency Theory