Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengungkapan informasi adalah salah satu cara pemenuhan tanggung jawab suatu perusahaan terhadap pemegang kepentingan. Dewasa ini baik pemilik perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan bahkan masyarakat menuntut adanya keterbukaan informasi terkait dengan operasional perusahaan. Transparansi informasi baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi aspek yang penting guna mengetahui pelaksanaan dan kinerja perusahaan. Informasi keuangan tersaji dalam laporan keuangan yaitu seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan arus kas. Lain halnya dengan informasi non keuangan yaitu segala hal yang mendukung aktivitas perusahaan seperti pengetahuan, karyawan, pelanggan, merek, paten, teknologi yang merupakan bagian dari modal intelektual dimana informasi ini tidak tersaji dalam laporan keuangan namun biasanya dijabarkan dalam laporan tahunan annual report perusahaan dan sulit untuk dikuantifikasikan. Perkembangan ekonomi dunia semakin meningkat. Perubahan ekonomi bisnis dari ekonomi bisnis berdasarkan tenaga kerja labor-based business menuju ekonomi bisnis berdasarkan pengetahuan knowledge based business dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan Sawarjuno, 2003. Perubahan tersebut merupakan tanda bahwa modal intelektual merupakan aset penting pada suatu perusahaan. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi Sawarjuno, 2003. Proses menciptakan nilai value creation telah bergeser dari pemanfaatan aset berwujud menjadi pemanfaatan aset tidak berwujud yaitu modal intelektual yang melekat dalam keterampilan, pengetahuan dan pengalaman Purnomisidhi, 2005. Modal intelektual mempunyai berbagai macam definisi, salah satu definisi yang komprehensif adalah definisi dari Chartered Institute of Management Accountants CIMA dalam Bhasin 2008 modal intelektual adalah kepemilikan dari pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan keahlian, hubungan yang baik dan kapasitas penguasaan teknologi, yang jika diterapkan akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Belum adanya standar atau peraturan tentang pengidentifikasian, pengukuran dan pengungkapan modal intelektual menyebabkan sulitnya mendefinisikan modal intelektual yang ada pada perusahaan. Menurut Sveiby dalam Punomoshidi 2005 komponen modal intelektual terbagi menjadi tiga kategori yaitu internal structure, external structure, dan employee competence. Internal structure menjabarkan tentang operasional perusahaan yaitu budaya perusahaan, proses manajemen, sistem informasi, penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External structure merupakan informasi mengenai aset luar perusahaan yaitu pelanggan, loyalitas pelanggan, brand, rantai distribusi, dan lisensi. Sedangkan employee competence terkait dengan sumber daya manusia perusahaan sebagai penggerak atau pelaksana operasional perusahaan meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan. Ho et al 2012 menyatakan perusahaan dapat memutuskan jenis dan jumlah informasi modal intelektual yang akan dipublikasikan. Hal ini memperjelas fenomena yang terjadi bahwa pengungkapan modal intelektual masih bersifat sukarela voluntary. Abeysekera dan Guthrie 2005 menyebutkan bahwa sumber daya manusia yang merupakan salah satu komponen modal intelektual merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan namun pengukuran dan pelaporannya belum mendapatkan ruang dalam laporan tahunan perusahaaan. Hal ini juga membuktikan bahwa pengungkapan modal intelektual pada perusahaan masih sangat kecil. Belum adanya standar item-item apa saja yang termasuk dalam modal intelektual, sifat pengungkapan yang masih voluntary sukarela, dan juga tidak ada kewajiban bagi perusahaan terutama perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan beberapa penyebab sulitnya pengungkapan modal intelektual. PriceWaterhouseCoopers melakukan survey terhadap organisasi- organisasi untuk mengetahui tipe kebutuhan informasi investor Eccles et al 2001 dalam Bozzolan et al 2003. Di antara sepuluh tipe informasi hanya tiga yang merupakan tipe informasi keuangan cash flow, earnings, gross margin dan sisanya yaitu tujuh yang terdiri dari data internal perusahaan strategic direction dan competitive landscape dan lima tipe lainnya yang dipertimbangkan adalah intangible market growth, qualityexperience of the management team, market size and market share, speed to market. Dari survey tersebut tipe informasi yang dipertimbangkan oleh investor lebih banyak masuk dalam komponen modal intelektual. Namun pada kenyataannya tipe informasi ini tidak diungkapkan oleh manajer, dan hal ini menyebabkan adanya “information gap” Bozzolan et al, 2003. Bozzolan et al 2003 lebih lanjut menyatakan bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuan menyediakan ketercukupan informasi bagi pemegang kepentingan untuk menciptakan kemakmuran. Pelaporan keuangan tradisional tidak secara khusus mempertimbangkan informasi pengungkapan modal intelektual IC yang merupakan persentase yang signifikan dari nilai perusahaan Guthrie et al, 2006 dalam Haji dan Ghazali, 2013. Bagi perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti perusahaan yang bergerak di bidang teknologi contoh Microsoft, Kantor Akuntan Publik KAP tidak adanya informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan, karena dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan Sawarjuno, 2003. Oleh karena itu laporan keuangan harus mampu menyajikan informasi modal intelektual dan besarnya nilai yang diakui. Salah satu kasus terkait dengan pentingnya pengungkapan modal intelektual diulas dalam situs berita online pada bulan Desember 2013 mengenai demo pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cahya, 2013: 4. Perusahaan ini dituntut untuk menyelesaikan kewajibannya kepada pensiunan seperti uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak. Kasus ini mengindikasikan kurangnya pegungkapan informasi yang menyeluruh mengenai aktivitas dan operasional perusahaan. Informasi-informasi mengenai kasus tersebut dapat diungkapkan secara sukarela pada annual report sebagai informasi pendukung demi memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder. Perusahaan dapat melakukan penjelasan tentang jumlah pengeluaran atau biaya yang dibelanjakan untuk karyawan seperti biaya pendidikan dan pelatihan, pensiun, pengembangan kompetensi karyawan, dan biaya lainnya terkait dengan peningkatan kualitas karyawan. Selama lebih dari satu dekade para peneliti, lembaga akuntansi dan pengguna profesional menekankan bahwa pelaporan keuangan tradisional tidak memiliki kemampuan untuk menangkap informasi pada modal intelektual Elliot, 1992; American Institute of Certified Public Accountants, 1994; Wallman, 1995, 1996, 1997; Beattie, 1999; Lev and Zarowin, 1999; Eustace, 2001; Financial Accounting Standards Board, 2001; Lev, 2001; Institute of Chartered Accountants in England andWales, 2003;Gu and Lev, 2004 dalam Rimmel et al, 2009. Dengan adanya peningkatan ketidakpuasan pelaporan keuangan menandakan bahwa laporan keuangan kehilangan relevansinya dalam melaporkan dan menggambarkan kinerja perusahaan. Fenomena ini menjadi faktor pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara penuh termasuk pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual sangat penting bagi investor dan pemegang kepentingan lainnya untuk melihat prospek dan nilai masa depan perusahaan. Dan juga untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik perusahaan dan pemegang kepentingan lainnya. Penelitian ini menguji kemampuan determinan variabel keuangan yang terdiri dari tingkat utang leverage, pertumbuhan laba earning growth, ukuran perusahaan firm size dan determinan non keuangan yang terdiri dari ukuran dewan komisaris board of commissioner size, umur perusahaan firm age dan kompleksitas bisnis business complexity pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Pengukuran pengungkapan modal intelektual ICD menggunakan indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al 2005 yang terdiri dari 78 item. Item-item ini dicari pada laporan tahunan annual report perusahaan. Penggunaan danatau penambahan variabel baru yaitu pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis. Alasan penambahan dua variabel pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis yaitu pertumbuhan laba perusahaan yang positif atau meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Pertumbuhan laba yang positif merupakan aspek penting terutama bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Sedangkan perusahaan yang kompleks rentan terjadi kesenjangan informasi. Sehingga penting kiranya jika perusahaan yang pertumbuhan labanya positif dan operasinal bisnisnya kompleks mempertimbangkan pengungkapan modal intelektual untuk diperoleh pengungkapan informasi yang lengkap dan menyeluruh. Penggunaan annual report dikarenakan menyediakan informasi yang dapat dipercaya reliable secara komprehensif tentang operasional perusahaan, kebijakan, kinerja perusahaan dan informasi keuangan maupun non keuangan. Pemilihan sektor perbankan dikarenakan merupakan salah satu industri IC Intensif yaitu industri yang mempunyai kekayaan modal intelektual yang tinggi Firrer dan Williams, 2003. Penelitian Talliyang et al 2011 juga menemukan bahwa industri keuangan yang di dalamnya termasuk perbankan mempunyai pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi dibanding dengan industri lain seperti information, consumer product, dan trading services. Pengambilan waktu tiga tahun dianggap sudah memenuhi jumlah sampel dan pemilihan tahun 2011, 2012, dan 2013 karena merupakan tahun terbaru penelitian. Teori yang digunakan untuk menjelaskan pengungkapan informasi pada annual report yang diaplikasikan pada pengungkapan modal intelektual adalah legitimacy theory, agency theory dan signalling theory. Teori-teori ini menjelaskan hubungan antara manajer perusahaan dengan para pemegang kepentingan. Legitimacy theory adanya kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat menyebabkan perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas perusahaan sesuai dengan nilai dan batas-batas yang ditentukan dan juga perusahaan akan berusaha mewujudkan harapan-harapan yang berkembang di masyarakat. Agency theory mendefinisikan adanya hubungan keagenan antara manajemen perusahaan agents dengan pemilik kepentingan principal. Pemilik perusahaan mendelegasikan kewenangan untuk mengelola perusahaan kepada manajemen perusahaan. Manajemen perusahaaan tidak selalu mematuhi atau bekerja sesuai dengan harapan pemilik perusahaan sehingga terjadilah kesenjangan informasi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan. Sedangkan signaling theory menjelaskan bahwa dengan melakukan pengungkapan yang menyeluruh dapat memberikan sinyal positif atau sinyal baik kepada pasar. Tingkat utang diprokiskan dengan rasio total hutang dibagi dengan total modal debt to equity ratio. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi berarti bahwa modal perusahaan sebagian dari utang yang diperoleh dari pihak eksternal yang dalam hal ini yaitu kreditur. Kondisi ini akan menyebabkan perusahaan untuk melakukan lebih banyak pengungkapan untuk mengurangi cost of debt Jensen dan Mecling, 1976. Pertumbuhan laba mewakili kinerja perusahaan secara umum. Pertumbuhan laba adalah besarnya kenaikan laba tahun sekarang dibanding dengan tahun lalu. Pertumbuhan laba yang meningkat akan memberikan sinyal positif kepada pasar untuk melakukan investasi. Banyaknya pihak yang berinvestasi menuntut adanya pengungkapan informasi menyeluruh demi mencukupi kebutuhan informasi pemegang kepentingan. Ukuran perusaahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan. Purnomosidhi 2005 menyebutkan semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan agency theory yang menyatakan bahwa biaya keagenen agency cost yang harus ditanggung perusahaan yang berukuran besar jauh lebih besar dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil sehingga untuk menurunkan biaya tersebut, perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian atas kinerja manajemen perusahaan. Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan. Keberadaan dewan komisaris mampu mengefektifkan pengawasan dan pengendalian aktivitas manajemen perusahaan. Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan dalam dunia bisnis yaitu dari awal pendidirian sampai perusahaan masih eksis dalam dunia bisnis. Umur perusahaan yang semakin lama menandakan bahwa perusahaan mampu memenuhi harapan masyarakat dan mematuhi norma dan batas-batas yang telah ditetapkan. Umur perusahaan juga menunjukkan bahwa aktivitas dan produk perusahaan diterima oleh masyarakat. Kompleksitas bisnis adalah jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan struktur bisnis yang kompleks membutuhkan adanya sistem informasi yang efektif untuk memonitoring dan mendorong lebih banyak pengungkapan informasi Hossain dan Hammami, 2009. Penelitian terkait modal intelektual sudah dilakukan pada peneliti-peneliti sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh White et al 2007 menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Ousama 2012, Artinah 2013 dan Setiono dan Rudiarwani 2012 menemukan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian Ousama 2012 yang meneliti tentang ukuran perusahaan, tipe industri, tingkat utang dan tipe audit pada perusahaan yang listing di Malaysia membuktikan hanya ukuran perusahaan dan tipe industri yang merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian Bruggen et al 2009 dengan meneliti ukuran perusahaan, tipe industri dan asimetri informasi membuktikan bahwa tipe industri dan ukuran perusahaan merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Berbeda dengan hasil penelitian penelitian Rimmel et al 2009 yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian Cahya 2013 dengan sampel perusahaan perbankan menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Sedangkan penelitian Arifah 2012 dengan sampel perusahaan IC Intensive menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian yang dilakukan oleh Rimmel et al 2009 menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil yang berbeda pada penelitian Artinah 2013 yang menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian Hossain dan Hammami 2009 yang meneliti karakteristik perusahaan yaitu umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas bisnis dan asset in place terhadap pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan di Qatar. Menemukan bahwa variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas bisnis dan assets in place signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Sedangkan pada penelitian Jindal dan Kumar 2012 yang meneliti determinan pengungkapan sumber daya manusia pada perusahaan India menemukan bahwa kompleksitas bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sumber daya manusia perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dengan adanya fenomena gap dan inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu research gap mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengungkapan modal intelektual maka penelitian ini penting untuk diteliti kembali guna meningkatkan kesadaran atas pentingnya pengungkapan modal intelektual bagi perusahaan. Penelitian ini diteliti kembali dengan judul “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan Variabel Keuangan dan Non Keuangan Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011- 2013”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme Good Corporate Governance GCG terhadap pengungkapan modal intelektual. Pada penelitian ini menguji determinan pengungkapan modal intelektual dari segi variabel keuangan dan non keuangan. Penggunaan variabel baru yaitu pertumbuhan laba perusahaan dan kompleksitas bisnis dengan proksi jumlah anak perusahaan yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBANDINGAN PRAKTIK PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL (Studi Empiris Pada Industri Keuangan Dan Non-Keuangan)

1 18 21

PERAN KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMEDIASI PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL

0 10 121

Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

0 3 16

Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening

0 3 13

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CAR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pe

0 2 15

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 16

ANALISIS VARIABEL KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN FOOD BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

ANALISIS VARIABEL KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN FOOD BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 28

PENGARUH PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DI INDONESIA DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 13