Analisis Kepentingan dan Pengaruh

61 Dalam hal ini, data frekuensi akan didikotomikan menjadi “komunikasi minimal dua kali setahun” dan “komunikasi kurang dari 2 kali setahun” Jika data memenuhi kriteria pertama maka nilainya adalah 1 sedangkan jika memenuhi kriteria kedua nilainya 0. Analisis dengan skenario ini menunjukkan kondisi riil jaringan kerja koordinasi konservasi pesut mahakam. Skenario terakhir adalah menganalisis jaringan kerja dengan input transaksi sumberdaya. Wujud dari transaksi ini adalah proses memberi atau menerima sumberdaya kepada atau dari organisasi lain dalam jaringan kerja. Selain sociogram, hasil analisis lainnya adalah nilai sentralitas yang meliputi degree, closeness dan betweeness centrality. Degree centrality adalah jumlah aktororganisasi lain yang berada paling dekat dan terikat hubungan langsung dengan suatu organisasi Freeman 1979. Jadi aktor yang menjadi sentral dalam jaringan adalah aktororganisasi yang memiliki paling banyak hubungan langsung dengan aktor lainnya ODC 2008. Konsep ini diperkenalkan oleh Freeman 1979 sehingga nilai ini dikenal dengan Freeman’s degree centrality UCINET menggunakan konsep ini dalam perhi- tungan degree centrality. Closeness centrality menunjukkan seberapa dekat keberadaan satu aktororganisasi terhadap aktor-aktor lainnya dalan jaringan Freeman 1979; Faust Wasserman 2002. Aktor yang memiliki nilai closeness centrality tinggi memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan aktor-aktor lainnya dalam waktu yang singkat. Sedangkan betweeness centrality memperlihatkan potensi suatu organisasi aktor untuk dapat mengontrol komunikasiinteraksi antara aktor-aktor lainnya karena ia berada di antara mereka Faust and Wasserman 2002; Kapucu 2005. Frekuensi keberadaan aktor ini diantara para aktor lainnya adalah ukuran dari nilai ini Freeman 1979. Sociogram dan ketiga nilai sentralitas antara skenario pertama dan kedua selanjutnya akan dibandingkan untuk melihat adanya kesenjangan komunikasi antara kedua kondisi tersebut. Semua keluaran analisis jaringan tersebut juga akan digunakan untuk menentukan aktor-aktor penting dalam jaringan kerja konservasi pesut.

2. Analisis Kepentingan dan Pengaruh

Keluaran dari analisis ini adalah matriks kepentingan-pengaruh Reed et al. 2009 yang akan menempatkan organisasi-organisasi dalam kategori-kategori sesuai tingkat kepentingan dan pengaruh yang dimilikinya. Posisi setiap organisasi dalam matriks ditentukan oleh nilaiskor dari kriteria kepentingan maupun pengaruhnya. Masing-masing nilaiskor tersebut merupakan jumlah dari nilaiskor organisasi untuk setiap indikator yang telah ditentukan pada kedua kriteria tersebut. Nilaiskor pada setiap indikator bersifat kategorik berjenjang lima skala Likert: 0-5 [lihat Lampiran 2], sehingga nilai organisasi untuk setiap indikator merupakan nilai kategori ke dalam mana organisasi tersebut dikelompokkan. Nilai kategori ditentukan berdasarkan jawaban responden or- ganisasi atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut setiap kriteria dan indikator. Indikator untuk kriteria kepentingan meliputi: 1 visi, misi, tugas pokok dan fungsi [VMTPF], 2 prioritas kerja dan 3 harapankeinginan. VMTPF sangat relevan untuk melihat tingkat kepentingan karena dalam organisasi, VMTPF 62 umumnya berlaku sebagai fondasi untuk bekerja sehingga organisasi terdorong oleh kewajiban atau kebutuhan untuk mewujudkannya. Dorongan kewajiban atau kebutuhan inilah yang menjadi kepentingan organisasi. Prioritas kerja juga merupakan indikator yang baik untuk melihat kepen- tingan suatu organisasi dalam konservasi pesut mahakam. Logikanya, semakin prioritas bagi organisasi suatu upaya konservasi pesut mahakam maka itu menjadi petunjuk besarnya keinginan untuk mewujudkan upaya tersebut. Terakhir adalah indikator harapankeinginan. Suatu harapankeinginan umumnya disertai tuntutan untuk diwujudkan dan seringkali diperlakukan sebagai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Dengan karakteristik seperti itu sebuah harapankeinginan menjadi indikator yang baik bagi kriteria kepentingan. Penilaian untuk kriteria pengaruh didasarkan atas tiga indikator yakni: 1 dukungan sumber daya, 2 kemampuan memperjuangkan aspirasi, 3 posisi dan peran sentral dalam jaringan. Sumberdaya yang dimaksud dalam indikator pertama meliputi dana, sarana dan prasarana, tenaga terampilahli serta data dan informasi. Kepemilikan atas sumberdaya memberikan suatu organisasi kemam- puan mempengaruhi jaringan kerja secara keseluruhan. Semakin besar dukungan sumberdaya yang dimiliki semakin besar pula pengaruhnya dalam jaringan kerja. Dengan dukungan sumberdaya, suatu organisasi dapat membuat dirinya bekerja dan berkoordinasi. Dengan kepemilikan sumberdaya, organisasi tersebut juga bisa membantu organisasi lain dalam jaringan utnuk bekerja mencapai tjuan bersama. Jadi gerakan keseluruhan jaringan kerja sangat dipengaruhi organisasi semacam itu. Pengaruh suatu organisasi juga ditunjukkan oleh kemampuannya untuk memperjuangkan aspirasi keinginannya. Kemampuan itu ditunjukkan oleh adanya kewenangan formal, pengetahuan dan kemampuan khusus serta jaringan internasional yang dimiliki. Selain itu kontrol atas sumber daya dan penguasan informasi juga menjadi faktor yang dapat memberi organsasi kemampuan untuk memperjuangkan aspirasinya. Indikator ketiga yang menjadi petunjuk tentang pengaruh suatu organisasi adalah posisi dan peran sentralnya dalam jaringan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, posisi dan peran sentral tersebut dapat dilihat dari nilai degree centrality setiap organisasi dalam jaringan. Hasil Jaringan Kerja Koordinasi Sesuai dengan visi, misi atau tugas pokok dan fungsi organisasinya, enambelas aktororganisasi memainkan perannya masing-masing dalam konservasi pesut mahakam. Dalam menjalankan perannya, organisasi-organisasi tersebut berinteraksi satu dengan lainnya dalam sebuah jaringan kerja yang terbentuk oleh hubungan antar organisasi yang disebut koordinasi. Berikut ini adalah koordinasi antar organisasi yang ditelaah berdasarkan frekuensi komunikasi antar aktororganisasi

1. Jaringan Kerja Potensial