Pengukuran Kepadatan Lalu Lintas Sungai Pengukuran Parameter dan Pengambilan Sampel Air

45 ikan dilakukan dengan menggunakan 2 set jaring insangrengge gillnet dengan mata jaring berukuran 3,8 cm, panjang 15 m dan lebar 2 m. Ukuran mata jaring sebesar 3,8 cm dipilih karena dapat menangkap ikan-ikan berukuran kecil yang merupakan mangsa utama pesut. Pemasangan jaring dilakukan baik pada periode level air rendah maupun air sedang. Setiap periode dipasang selama 4 hari berturut-turut. Karena terdapat perbedaan musim kelimpahan ikan di setiap lokasi sesuai dengan fluktuasi ketinggian air, maka pada kondisi air sedang, pemasangan jaring dilakukan sesuai dengan saat kelimpahan ikan di masing-masing tempat tersebut relatif tinggi. Jaring dipasang sepanjang siang hari, mulai jam 07.00 pagi hingga 17.00 sore, di tepi sungai pada tempat-tempat yang diketahui sebagai tempat yang banyak ikan dan umum digunakan oleh masyarakat untuk memasang jaring. Jaring dipasang sejajar dengan tepi sungai pada kedalaman yang sama dengan lebar jaringrengge. Jaring diawasi secara ketat untuk mencegah terjeratnya pesut secara tidak sengaja. Jam 17.00 sore jaring diangkat dan dilepas. Jumlah ikan dan berat total ikan yang tertangkap dicatat setiap selesai pengangkatan jaring.

3. Pengukuran Kepadatan Lalu Lintas Sungai

Kepadatan lalu lintas perairan didekati dengan jumlah perahukapal yang melintas di satu tempat dalam jangka waktu satu jam frekuensi. Frekuensi perahukapal yang bergerak melintasi daerah sebaran pesut mahakam akan diukur lewat pengamatan dari darat atau di atas permukaan air rakitrumah apung yang stasioner. Titik-titik pengamatan ditempatkan di tujuh lokasi yang identik dengan titik land-based observation. Pengamatan lalu lintas perairan dilakukan baik pada saat level air rendah maupun sedang. Jumlah jam pengamatan di setiap lokasi berkisar antara 72 – 110 jam. Pencatatan frekuensi perahukapal yang melintas di setiap stasiun pengamatan akan dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut: 1 perahu kecilces dengan mesin tempel bertenaga 40 hp; 2 perahu dengan mesin dalam bertenaga 40 hp; 3 speedboat dan 4 tugboat + tongkang atau kapal. Keempat kategori di atas diadopsi dari Kreb 2004 dan Kreb Rahadi 2004 agar hasilnya dapat dibandingkan.

4. Pengukuran Parameter dan Pengambilan Sampel Air

Pengumpulan data kualitas perairan dilakukan dengan mengukur parameter kualitas air langsung di lapangan dan mengambil sampel air untuk dianalisis di laboratorium. Pengukuran dan pengambilan sampel air dilakukan di sembilan daerah, mulai dari Tenggarong hingga Long Hubung. Sembilan daerah tersebut adalah Tenggarong, Sebulu, Muara Kaman, Pela, Muara Muntai, Minta, Muara Pahu, Tering dan Long Hubung. Semua daerah itu mencakup seluruh wilayah sebaran historis pesut mahakam. Di setiap daerah, data pengukuran dan sampel air diambil paling sedikit dari 3 lokasi. Di daerah seperti Muara Kaman, Pela dan Muara Pahu yang memiliki anak-anak sungai dan danau yang diketahui juga merupakan habitat pesut, lokasi pengukuran dan pengambilan sampel bisa mencapai 5-6 lokasi. Secara keseluruhan ada 35 lokasi tempat pengukuran dan pengambilan sampel kualitas air Gambar 5.1. 46 Penelitian ini mengukur nilai 13 parameter kualitas air. Selain itu, satu parameter fisik lapangan yang berpengaruh terhadap keberadaan pesut mahakam yakni kedalaman Kreb 2004, juga diukur. Kedalaman sungai dan lima parameter kualitas air diukur langsung di lapangan, sementara delapan parameter lainnya dianalisis di laboratorium. Analisis sampel air dalam penelitian ini dilakukan di Laboratorium Air PusrehutPPHT Universitas Mulawarman. Analisis Data 1. Analisis Kualitas Air Tidak semua parameter kualitas air dapat langsung diukur di lapangan. Sebagian diantaranya harus dianalisis terlebih dahulu di laboratorium kualitas air. Untuk parameter kualitas air di atas, peneliti tidak melakukan sendiri analisisnya, tetapi menyerahkannya pada laboratorium Air PusrehutPPHT Universitas Mulawarman.

2. Analisis Deskriptif