33
Data Input
Program computer VORTEX v9.23 memerlukan masukan data bagi parameter inputnya agar dapat dijalankan untuk menganalisis berbagai skenario
yang akan dihadapi dan dijalani oleh populasi. Masukan data bagi VORTEX sangat beragam dan cukup banyak. Beberapa parameter input, baik yang terkait
langsung dengan pesut mahakam atau cetacea air tawar lainnya, diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya Kreb 2004; Kreb
Susanti 2008; Krab Susanti 2011. Data input seperti sistem reproduksi, umur reproduktif, umur reproduksi maksimum dan jumlah anak dalam sekali
melahirkan adalah masukan-masukan yang bersifat seperti itu.
Parameter input seperti: jumlah iterasi, waktu simulasi, definisi kepunahan dan “tekanan inbreeding” ditentukan oleh peneliti. Nilai-nilai input lainnya
seperti ukuran populasi awal, daya dukung, tingkat kelahiran dan kematian dihitung dan ditentukan berdasarkan datainformasi yang diperoleh dari penelitian
ini. Berikut ini adalah parameter, nilai dan sumber dari data input bagi AKHP.
1. Jumlah Iterasi, Waktu Simulasi, Definisi Kepunahan, Jumlah Populasi
Seratus iterasi umumnya memadai untuk AKHP, tetapi untuk
meminimalisiasi kesalahan baku jumlah iterasi dapat ditingkatkan Lacy 1993. Oleh sebab itu, peluang kepunahan pesut mahakam akan diduga dengan
manjalankan simulasi iterasi sebanyak 500 kali untuk setiap skenario.
AKHP digunakan untuk menduga peluang kepunahan pesut mahakam dalam 100 tahun ke depan, sehingga waktu simulasi yang diinput ke dalam proses
simulasi adalah 100 tahun. Definisi kepunahan yang digunakan dalam proses AKHP adalah “punah jika hanya satu jenis kelamin yang tersisa’ only 1 sex
remains. Walaupun selama ini pesut sering dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar berdasarkan wilayah sebaran utamanya Muara Pahu –Penyingggadan dan
Pela –Muara Kaman, namun populasi pesut mahakam tetap dianggap sebagai
sebuah populasi tunggal. Kondisi terkini lebih memperkuat anggapan tersebut, karena sekarang pesut lebih banyak berkumpul di salah satu wilayah yakni Pela
– Muara Kaman. Dengan pertimbangan tersebut, parameter jumlah populasi diisi
dengan nilai 1.
2. Tekanan Inbreeding, Environmental concordance of reproduction and
survival, Bencana
Tekanan inbreeding dipercaya terjadi pada hampir semua spesies organisme yang berkembang biak secara seksual dan hal tersebut berdampak pada penurunan
kemampuan untuk bertahan hidupsurvival Miller Lacy 2005. Tetapi belum ada penelitian khusus yang mengungkapkan nilai tekanan inbreeding pada pesut
mahakam, sehingga nilai default lethal equivalent 3,14 dengan 50 lethal alleles dipilih untuk parameter ini. Nilai 3,14 adalah nilai tengah bagi tekanan
inbreeding dari 40 populasi mamalia yang diteliti oleh Ralls et al. 1988.
Environmental concordance of reproduction and survival dipilih untuk diperhitungkan dalam AKHP jika terdapat fakta bahwa tahun yang baik untuk
berkembangbiak juga merupakan tahun yang baik untuk bertahan hidupsurvival Miller Lacy 2005. Penelitian di S. Mahakam Syachraini et al. 2006
mengungkapkan bahwa ada fluktuasi tahunan kelimpahan ikan di sungai ini,
34
sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun-tahun dimana kelimpahan ikan tinggi maka peluang survival pesut di tahun tersebut meningkat.
Selama ini tidak ada variasi kondisi lingkungan ekstrim di habitat pesut mahakam yang sangat mempengaruhi perkembangbiakan atau kemampuan
survival jenis ini. Diasumsikan situasi semacam itu juga akan tetap berlangsung di masa depan. Atas dasar itulah pilihan tidak ada bencana no catastrophes
ditetapkan bagi parameter jumlah bencana dalam simulasi AKHP.
3. Sistem Reproduksi