Populasi Awal Daya Dukung

35 Variasi lingkungan standar deviasi dari persentase betina dewasa yang melahirkan dianggap 0 karena penelitian ini tidak memiliki cukup data untuk menghitungnya. Untuk pesut mahakam, setiap kehamilan dianggap 100 akan melahirkan maksimum satu anak.

5. Tingkat Kematian

Dengan menggunakan angka kelahiran per tahun sebesar 5 indivdu dan jumlah individu pesut di tahun 2012 sebanyak 92 ekor, maka persentase jumlah bayi kelas umur 0-1 tahun adalah 5,4. Kemudian, jika 5 individu yang lahir pada tahun tertentu tidak ada yang mati, maka pada setiap tahun berikutnya akan ada 5 individu di kelas umur 1-2. Dengan demikian, di tahun 2012 seharusnya ada 5 individu di kelas umur 1-2 tahun, dan persentasenya adalah 5,4. Tingkat kematian pada setiap kelas umur didefinisikan sebagai persentase jumlah individu kelas umur tertentu yang mati sebelum mencapai kelas umur berikutnya Miller Lacy 2005, atau jika dirumuskan dalam persamaan matematis adalah: jumlah individu yang mati dalam kelas umur tertentu dibagi jumlah individu awal yang hidup di kelas umur tersebut Tahun 2012, karena ada kematian 2 individu umur 0-1 tahun dan 1 individu umur 1-2 tahun maka besar tingkat kematian di kedua kelas umur tersebut berturut-turut adalah 40 dan 20. Cara yang sama juga digunakan untuk menghitung tingkat kematian kelas umur 2-9 tahun dan 9-30 tahun. Apabila persentase kelas umur 0-2 tahun 10.8 dan diasumsikan bahwa individu dewasa mencakup 50, maka persentase kelas umur 2-9 adalah sebesar 39,2. Dengan demikian jumlah individu yang ada pada kelas umur 2-9 tahun dan 9-30 tahun berturut-turut adalah 36 dan 46 individu. Tiga individu yang mati tahun 2012 adalah anak pesut kelas umur 0-2 tahun. Tiga lainnya tidak teridentifikasi. Namun demikian, jika diasumsikan bahwa satu diantaranya adalah kelas umur 2-9 tahun dan dua lainnya adalah kelas umur 9-30 tahun, maka tingkat kematian pada kedua kelas umur tersebut masing- masing adalah 2,8 dan 4,3.

6. Mate Monopolization

Sebelumnya telah dinyatakan bahwa sistem perkawinan pesut mahakam adalah poligami Kreb 2004. Dalam sistem ini, diasumsikan terdapat 50 populasi pesut jantan yang aktif dalam perkawinan.

7. Populasi Awal

Simulasi AKHP ini didasarkan atas jumlah individu populasi sebanyak 92 ekor. Sebaran individu menurut kelas umur dan jenis kelamin didasarkan atas persentase masing-masing kelas umur dan perbandingan jantan-betina yang telah diperoleh sebelumnya. Persentasi masing-masing kelas umur adalah sebagai berikut: 0-1 = 5,4; 1-2 = 5,4; 2-9 = 39,2; dan 9-30 = 50. Sedangkan persentase jumlah betina diduga sebesar 62. Dengan demikian sebaran individu masing-masing kelas umur untuk jantan adalah sebagai berikut: 0-1 = 2; 1-2 = 2; 2-8 = 2; 8-26 = 1. Sedangkan untuk betina adalah 0-1 = 3; 1-2 = 3; 2-8 = 4; 8-14 = 2; dan 14-30 = 1. 36

8. Daya Dukung

Populasi pesut mahakam hidup secara terisolasi di sebagian S. Mahakam, khususnya di bagian tengah daerah aliran sungai ini. Selain itu, habitat pesut mahakam juga memiliki batas-batas tertentu dalam hal kemampuannya untuk menyediakan sumberdaya bagi pesut. Oleh karena itu, secara teoritis, ada jumlah maksimum K pesut yang mampu didukung oleh perairan S. Mahakam. Jumlah maksimum ini di dalam VORTEX disebut Daya Dukung Miller Lacy 2005. Di dalam simulasi ini, daya dukung habitat pesut mahakam adalah 181 individu. Jumlah ini diperoleh dengan menerapkan operasi subsitusi matematis pada persamaan pertumbuhan populasi logistik. Nilai-nilai N , N 1 N 2 dan N 3 diambil dari jumlah individu pesut di tahun-tahun 2005, 2007, 2010 dan 2012 yakni 89, 90, 91 dan 92 individu. Operasi substitusi bisa dilakukan karena dalam pertumbuhan populasi logistik nilai r laju pertumbuhan sama di setiap saat pertumbuhan. Environment Variation EV atau deviasi standar dari nilai daya dukung diasumsikan 10 atau 18 individu. Skenario Skenario dalam konteks analisis kelangsungan hidup populasi adalah berbagai pilihan alternatif perkembangan populasi dengan kombinasi input tertentu spesifik yang menggambarkan berbagai situasi yang mungkin dialami populasi. Berikut ini adalah berbagai skenario yang digunakan dalam analisis ini. Skenario 1 merupakan gambaran kondisi populasi saat ini sebagaimana dideskripsikan dalam Subsub Bab Data Input di atas. Tingkat kematian diasumsikan sama dengan tahun 2012 yakni 6 individu per tahun. Skenario 2 dibedakan dengan skenario 1 adalah dalam hal tingkat kematian. Tingkat kematian dalam skenario 2 didasarkan atas rata-rata angka kematian per tahun sejak 1995-2012 yakni 4 individu Kreb 2004; Kreb et al. 2005; Kreb Susanti 2008; Krab Susanti 2011, Kreb Noor 2012. Jika proporsi tingkat kematian kelas umur dewasa, remaja dan anak berturut-turut adalah 76, 9 dan 15 Kreb and Noor 2012 diterapkan pada angka kematian 4 individu per tahun maka sebaran individu yang mati berdasarkan kelas umur adalah 1 indivdu 0-2 tahun, 0 individu 2-9 tahun dan 3 individu 9-30 tahun. Skenario 3 dibuat atas dasar asumsi bahwa pengelolaan populasi pesut mahakam dilakukan secara lebih intensif. Pengelolaan tersebut diharapkan dapat menekan angka kematian pesut hingga ke tingkat 2 individu per tahun. Skenario 4 menyimulasikan peluang kepunahan apabila empat individu di S. Ratah dievakuasi dan digabungkan kembali dengan seluruh pesut yang ada S. Mahakam. Sejak 1998, 6 ekor pesut 2 jantan dan 4 betina terperangkap di S. Ratah yang berarus deras Kreb 2004. Dua individu diantaranya mati di tahun 1999 dan 2006. Hingga saat ini, 4 individu di S. Ratah tersebut masih berada di sana. Informasi dari masyarakat yang diperoleh pada saat survei populasi tahun 2012 memperkuat dugaan tersebut. Skenario 5 dan 5.1 menyimulasikan peluang kepunahan apabila daya dukung habitat menuurun dari 181 menjadi 150 individu. Fenomena perubahan sebaran pesut di S. Mahakam lihat Bab 3 menunjukkan adanya penyusutan luas habitat pesut. Salah satu konsekuensi logis dari perubahan tersebut adalah berkurangnya daya dukung S. Mahakam, karena wilayah Muara Pahu-Penying- gahan yang merupakan core area tidak lagi ditinggali pesut. Diasumsikan bahwa 37 dengan hilangnya wilayah Muara Pahu-Penyinggahan, daya dukung habitat pesut mahakam berkurang menjadi 150 individu, sedangkan nilai EV tetap 10 yakni 15. Skenario 5 menggunakan tingkat kematian sama dengan Skenario 2, sedangkan Skenario 5.1 menggunakan tingkat kematian yang sama dengan Skenario 1. Skenario 6 dibuat berdasarkan pengalaman tahun 2002. Ketika itu Bupati Kutai Kartanegara mengajukan permohonan izin penangkapan pesut mahakam untuk program konservasi eksitu di Tenggarong. Permohonan tersebut tidak disetujui oleh Kementerian Kehutanan. Namun demikian, berdasarkan penga- laman tersebut dicoba untuk disimulasikan Skenario 6 yang mengakomodasi pemanenan sebanyak 8 individu yang terdiri atas 1 jantan dan 7 betina. Hasil Simulasi terhadap seluruh skenario menunjukkan bahwa 100 tahun ke depan pesut mahakam belum punah Tabel 4.1. Peluang kepunahan terbesar 34 terlihat pada skenario 5.1 yang menyimulasikan terjadinya penurunan daya dukung habitat akibat penyusutan habitat dan tingkat kematian sebagaimana terjadi pada tahun 2012. Setelah itu ada skenario 1 yang memiliki peluang kepunahan yang cukup besar yakni 29. Tabel 4.1. Peluang Kepunahan, Laju Pertumbuhan dan Jumlah Individu Pesut Mahakam Pada Berbagai Skenario Perkembangan Populasi Skenario Peluang Kepunahan PE Det-r Ukuran populasi akhir individu N SD 1 Tingkat kematian sama dengan kondisi tahun 2012 6 individuth 29 -0,029 8,45 5,03 2 Tingkat kematian rata-rata 4 individutahun 0,6 -0,011 38,52 19,48 3 Tingkat kematian dikurangi hingga 2 individutahun 0,011 153,58 13,71 4 Penambahan melalui translokasi 4 individu dari S. Ratah 0,4 -0,011 38,04 19,38 5 Penurunan daya dukung akibat penyusutan habitat MR=Skenario 2 1,6 -0,011 27,77 14,74 5.1 Penurunan daya dukung akibat penyusutan habitat MR=Skenario 1 34 -0,029 8,18 4,72 6 Pemanenan untuk konservasi eksitu 1,4 -0,011 32,40 17,58 Skenario 2 yang disimulasikan pada tingkat kematian 4 individu per tahun mempunyai peluang kepunahan 0,6. Dalam skenario ini dapat dilihat bahwa populasi pesut mahakam mengalami peningkatan jumlah individu dalam dua 38 puluh tahun pertama, walaupun setelah itu jumlahnya terus mengalami penurunan. Hasil simulasi yang menarik bisa dilihat pada Skenario 2 dan 4 Gambar 4.1. Kurva hasil simulasi kedua skenario nyaris berimpit. Peluang kepunahan Skenario 4 yang menyimulasikan pemindahan 4 individu pesut yang terisolasi di S. Ratah kembali ke S. Mahakam untuk bergabung dengan kelompok besarnya, ternyata sama dengan Skenario 2. Jadi kelihatannya translokasi semacam itu tidak akan memberikan dampak yang berarti dalam mengurangi risiko kepunahan. Keterangan: Skenario 1biru tua : Tingkat kematian 6 indtahun Skenario 2 hijau muda : Tingkat kematian 4 indtahun Skenario 3 biru muda : Tingkat kematian 2 indtahun Skenario 4 merah : Translokasi 4 individu dari S. Ratah Skenario 5 merah muda : Penurunan daya dukung; tingkat kematian = skenario 2 Skenario 5.1 kuning : Penurunan daya dukung; tingkat kematian = skenario 1 Skenario 6 biru tua : Pemanenan 8 ind untuk konservasi eksitu Gambar 4.1. Prediksi Perkembangan Jumlah Individu Populasi Pesut Mahakam dalam 100 Tahun ke Depan Berdasarkan 6 Skenario Risiko kepunahan kelihatannya tidak ada apabila tingkat kematian pesut dapat diturunkan ke angka 2 individu per tahun PE = 0. Dalam kondisi tersebut, simulasi memperlihatkan bahwa populasi pesut mahakam tumbuh dengan r positif dan dalam model pertumbuhan logistik. Skenario ini tidak menunjukkan adanya penurunan jumlah individu hingga 100 tahun ke depan. Walaupun diprediksi bahwa pesut belum punah pada 100 tahun mendatang, simulasi menunjukkan bahwa pada seluruh skenario, kecuali Skenario 3, ukuran 39 populasi akhir pada tahun ke-100 Tabel 4.1 jauh lebih rendah dibandingkan ukuran awalnya di tahun 2012. Semua skenario itu, selain skenario 3, memperlihatkan bahwa populasi berkembang dengan laju pertumbuhan r yang negatif sehingga pada akhirnya populasi menjadi semakin sedikit. Gambar 4.1 memperlihatkan secara lebih jelas bagaimana pertumbuhan negatif itu berjalan dari dekade ke dekade berikutnya. Tiga skenario terburuk diperlihatkan oleh penurunan daya dukung akibat penyusutan habitat Skenario 5, tingkat kematian yang tinggi sebesar 6 individu per tahun Skenario 1 dan kombinasi antara tingkat kematian 6 individu per tahun yang disertai penurunan daya dukung Skenario 5.1. Ketiga skenario tersebut, pada akhir tahun ke-100, diprediksi akan menyisakan populasi dengan jumlah individu sebanyak 28 individu Skenario 5, 8 individu Skenario 5.1 dan 8 individu Skenario 1. Tiga skenario terburuk diperlihatkan oleh penurunan daya dukung akibat penyusutan habitat Skenario 5, tingkat kematian yang tinggi 6 individu per tahun [Skenario 1] dan kombinasi antara tingkat kematian 6 individu per tahun yang disertai penurunan daya dukung Skenario 5.1. Ketiga skenario tersebut, pada akhir tahun ke-100, diprediksi akan menyisakan populasi dengan jumlah individu sebanyak 28 individu Skenario 5, 8 individu Skenario 5.1 dan 8 individu Skenario 1. Pembahasan Penghitungan jumlah individu populasi pesut mahakam telah dilakukan pada tahun 2005, 2007, 2010 serta 2012, dan hasilnya berturut-turut adalah 89, 90, 91 dan 92 individu Kreb et al. 2005; Kreb Susanti 2008; Krab Susanti 2011 dan Kreb Noor 2012. Jika dibandingkan dengan prediksi perkembangan populasi sebagaimana tertera pada Gambar 4.1, Skenario 2 kelihatannya cocok dengan situasi tersebut. Peningkatan jumlah individu yang tercatat sejak 2005 hingga 2012 diperkirakan merupakan bagian dari tren meningkat yang terjadi pada dua puluh tahun awal perkembangan populasi yang diprediksikan. Tetapi, sebagaimana hasil simulasi untuk Skenario 2, kenaikan tersebut akan diikuti oleh penurunan yang kontinu dalam delapan dekade berikutnya. Oleh sebab itu, hasil- hasil pendugaan jumlah indivdu pesut mahakam dari tahun 2005 –2012 yang kelihatannya bagus tetap harus diwaspadai karena dengan tingkat kematian 4 individu per tahun ancaman terhadap kepunahan pesut mahakam masih tetap ada. AKHP pesut mahakam ini juga menunjukkan bahwa penambahan jumlah individu di S. Mahakam lewat translokasi 4 ekor pesut yang terperangkap di S. Ratah tidak diperlukan. Hal yang paling penting dalam konservasi pesut adalah mendorong agar angka kematian pesut bisa ditekan paling tidak pada tingkat 2 individu per tahun Skenario 3. Dengan tingkat kematian seperti itu, bisa diharapkan bahwa populasi pesut mahakam tidak pernah mengalami penurunan hingga tahun ke-100 PE = 0. Dalam konteks pelestarian populasi spesies terancam punah, menurunkan tingkat kematian berarti mengurangi peristiwa kematian yang sebab-sebabnya secara teoritis bisa dikontrol oleh pengelola Kelkar et al. 2010; Waqas et al. 2012. Di S. Mahakam, sebagian besar kematian pesut adalah dampak dari 40 aktivitas manusia Kreb 2004; Kreb Susanti 2011. Di antara sebab-sebab yang berasal dari aktivitas manusia, penyumbang terbesar bagi kematian pesut adalah akibat terjerat renggejaring penangkap ikan secara tidak sengaja Kreb Budiono 2005; Kreb et al. 2010. Penyebab kematian yang berasal dari aktivitas manusia pada dasarnya adalah sebab-sebab yang bisa dikontrol. Oleh sebab itu, jika kita ingin mengaplikasikan Skenario 3, maka fokus pengelolaan sebaiknya ditujukan pada manajemen untuk mengontrol penggunaan renggejaring. Manajemen penggunaan rengge akan mencakup pengaturan terhadap kepadatan jaring di suatu tempat tertentu, ukuran mata jaring yang boleh digunakan, waktu dan tempat pemasangan serta sistem pengawasan terhadap jaring oleh si pemasang. Teori tentang daya dukung habitat mengemukakan bahwa kehilangan habitat akan menyebabkan menurunnya daya dukung Ovaskainen Hanski 2002; Yu et al. 2011. Daya dukung habitat yang menurun akan berdampak pada berkurangnya kelimpahan dan meningkatnya peluang kepunahan dari spesies yang hidup di dalamnya Griffen Drake 2008; Swift Hannon 2010. Teori di atas bersesuaian dengan simulasi dari Skenario 5 dan 5.1 yang memberikan hasil bahwa dalam 100 tahun populasi pesut akan terus menurun ketika daya dukung habitatnya berkurang. Skenario berkurangnya daya dukung akibat kehilangan habitat sangat relevan dengan kondisi pesut di daerah aliran sungai Mahakam karena: 1 pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa pesut pernah kehilangan 15 wilayah jelajahnya, termasuk Danau Jempang Priyono 1994; Kreb Budiono 2005; Kreb et al. 2007; Kreb et al. 2010, dan 2 sekarang pesut kembali kehilangan sebagian habitatnya yaitu Muara Pahu-Penyinggahan lihat Bab II. Di masa antara tahun 1974 sampai dengan 1988, telah ditangkap sebanyak 28 ekor pesut mahakam untuk dipelihara dan dipamerkan di oceanarium Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Tas’an Leatherwood 1984; Kreb 2004. Namun demikian, saat ini tidak ada lagi pesut yang tersisa di sana. Selain itu, selama periode tahun 1997-1998, dilaporkan ada 7 ekor pesut yang ditangkap secara ilegal dari S. Mahakam Kreb 2004 dan nasibnya hingga kini tidak diketahui. Tahun 2002, permohonan penangkapan kembali diajukan kepada Kementerian Kehutanan, dan kali ini diajukan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Fakta kegagalan Taman Impian Jaya Ancol rupanya tidak menyurutkan keinginan Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memohon ijin penangkapan pesut guna keperluan konservasi eksitu. Pada akhirnya permohonan itu ditolak oleh Kementerian Kehutanan, tetapi berdasarkan pengalaman itu penulis mencoba menyimulasikan apa yang akan terjadi apabila dalam kondisi populasi seperti sekarang ini penangkapan 8 ekor pesut direalisasikan. Ternyata hasilnya adalah jumlah individu populasi pesut mahakam akan terus menurun r = -0,011 hingga akhirnya diperkirakan tinggal 34 ekor pada tahun ke-100. Simulasi jelas menunjukkan bahwa penangkapan pengambilan untuk tujuan apapun tidak bisa diakomodasi karena justru akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap populasi pesut mahakam. Secara keseluruhan, proses AKHP menunjukkan bahwa peluang kepunahan pesut mahakam dalam 100 tahun ke depan masih di bawah 40. Semua skenario menunjukkan bahwa seratus tahun yang akan datang pesut mahakam masih ada. Tetapi, angka peluang saja belum menunjukkan gambaran situasi yang menyeluruh tentang perkembangan populasi. Buktinya simulasi menunjukkan bahwa hampir semua skenario, kecuali Skenario 3, membawa populasi pesut 41 kepada situasi yang mengkhawatirkan yakni penurunan yang terus menerus ditunjukkan oleh nilai r yang negatif. Oleh sebab itu, perkembangan populasi yang ditunjukkan oleh grafik Gambar 4.1 dan nilai r Tabel 4.1 harus menjadi dasar pertimbangan utama dalam mengambil keputusan manajemen. Simpulan Seratus tahun ke depan pesut mahakam berpeluang masih tetap ada, tetapi dalam jumlah yang semakin menurun. Penurunan jumlah individu akan terjadi pada semua skenario yang dikemukakan, kecuali pada Skenario 3 yang mengasumsikan tingkat kematian sebesar 2 individu per tahun. Pilihan untuk menekan tingkat kematian menjadi 2 individu per tahun adalah kebutuhan manajemen untuk melestarikan pesut mahakam. Upaya menekan kematian pesut mahakam harus berorientasi pada penyebab terbesar kematian pesut yakni terperangkap jaring penangkap ikanrengge. Pengaturan penggunaan rengge adalah pilihan manajemen yang paling penting bagi pelestarian pesut mahakam. 42

5. KARAKTERISTIK HABITAT PESUT MAHAKAM Orcaella