58
6. KOORDINASI ANTAR ORGANISASI DALAM JARINGAN KERJA KONSERVASI PESUT MAHAKAM
Pendahuluan
Perubahan sebaran pesut mahakam telah terjadi di S. Mahakam, anak-anak sungai dan danau-danaunya lihat Bab 3. Tanda-tanda awal perubahan tersebut
sesungguhnya telah terlihat sejak tahun 2007 Kreb Susanti 2008. Kegiatan monitoring pesut tahun 2007 mengungkapkan bahwa pesut semakin berkurang di
core area Muara Pahu-Penyinggahan Kabupaten Kutai Barat yang telah ditetapkan sebagai satu-satunya kawasan perlindungan bagi habitat pesut di S.
Mahakam Kreb Susanti 2008. Tahun-tahun berikutnya, indikasi perubahan itu semakin jelas terlihat karena pesut semakin sulit dijumpai di Kabupaten Kutai
Barat, khususnya di Muara Pahu yang merupakan habitat intinya. Kegiatan monitoring populasi pesut di tahun 2010 bahkan sama sekali tidak menemukan
pesut mulai dari core area Muara Pahu-Penyinggahan sampai dengan Laham di hulu S. Mahakam Kreb Susanti 2011.
Berbagai dugaan hipotesis telah dikemukakan tentang penyebab ‘menghilangnya’ pesut dari core area Muara Pahu-Penyinggahan. Dugaan
pertama adalah merosotnya kelimpahan ikan yang merupakan pakan pesut. Kedua adalah menyusutnta habitat rawa tempat hidup dan memijahnya ikan yang
merupakan pakan pesut. Ketiga adalah semakin tingginya frekuensi lalu lintas ponton batubara di S. Kedang Pahu Kreb et al. 2010; Kreb Susanti 2011.
Walaupun tanda-tanda perubahan sudah terlihat dan dugaan-dugaan tentang penyebabnya sudah dikemukakan, respon dan antisipasi para stake-holder
terhadap perubahan tersebut tidak ada. Tidak adanya respon dan antisispasi menimbulkan banyak pertanyaan karena diketahui ada banyak pihak yang
berkoordinasi dan berkomitmen untuk melestarikan pesut mahakam di Muara Pahu dan sekitarnya. Bahkan pihak-pihak tersebut telah berhasil mencapai
kemajuan yang berarti dengan ditetapkannya kawasan perlindungan bagi habitat pesut di Muara Pahu Kreb et al. 2010. Salah satu pertanyaan yang diajukan
adalah: Apakah pihak-pihak yang telah berkomitmen dalam konservasi pesut di core area Muara Pahu-Penyinggahan telah melakukan koordinasi untuk merespon
dan mengantisipasi berbagai peristiwa tersebut di atas?
Penelitian ini dilakukan terutama untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari koordinasi antar
organisasi yang terlibat dalam konservasi pesut dengan menerapkan analisis jaringan kerja sosial atau Social Network Analysis Hanneman Riddle 2005.
Analisis jaringan kerja sosial telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti mengevaluasi proses kerja ODC 2008; Mote et al. 2007, memeriksa dan menilai
hubungan antar organisasikoordinasi Kwait et al. 2001; Krauss et al. 2004; Kapucu 2005 atau mempelajari evolusi jaringan kerja Kapucu 2009. Dalam
penelitian ini secara khusus, analisis jaringan kerja sosial digunakan untuk: 1 memetakan struktur hubungan koordinasi dan 2 mengidentifikasi aktororganisasi
penting dan berperan sentral dalam jaringan kerja. Identifikasi aktor-aktor penting dan sentral dalam jaringan akan diperkuat dengan analisis kepentingan-pengaruh
masing-masing aktor untuk menentukan pemain kunci Reed et al. 2009.
59
Bahan dan Metode Bahan dan Alat
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner penelitian. Dua macam kuesioner digunakan untuk keperluan penelitian ini. Kuesioner
pertama disiapkan khusus untuk mengumpulkan data tentang hubungan koordinasi, dan yang kedua disiapkan untuk mengumpulkan data tentang
kepentingan dan pengaruh dari organisasi yang terlibat dalam konservasi pesut. Data tentang hubungan koordinasi dianalisis dengan bantuan program komputer
UCINET 6 Borgatti et al. 2002, sedangkan untuk pembuatan matriks kepentingan-pengaruh digunakan program komputer IBM SPSS Statistics v20.
Pengumpulan Data 1.
RespondenStakeholder
Penelitian ini menganalisis data yang berasal dari 16 organisasilembaga yang semua terkait dengan upaya konservasi pesut mahakam. Enam belas
organisasi ini terdiri atas satu organisasi vertikal pemerintah pusat [Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Kalimantan Timur], dua organisasi
pemerintah Provinsi Kalimantan Timur [Badan Lingkungan Hidup BLH dan Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi Kalimantan Timur], dua organisasi
non pemerintahlembaga swadaya masyarakat [Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia YK-RASI dan World Wide Fund for Nature WWF
Indonesia] dan sebelas organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD tingkat kabupaten unit kerja Dinas dan Badan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai
Barat. Secara lengkap enam belas organisasi yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Organisasilembaga yang menjadi responden penelitian
No. Nama OrganisasiLembaga
Kode pada analisis
1 Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur BKSDA Kaltim
1KSDA 2
Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia YK-RASI 2RASI
3 World Wide Fund for Nature
– Program Kalimantan Timur WWF-Kaltim 3WWF
4 Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi Kalimantan Timur
4DKPKT 5
Badan Lingkungan Hidup BLH Provinsi Kalimantan Timur 5BLHKT
6 Sekretariat Daerah Setda Kabupaten Kutai Kartanegara
6SETKK 7
Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kabupaten Kutai Kartanegara 7DKPKK
8 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Disbunhut Kabupaten Kutai Kartanegara
8HUTKK 9
Badan Lingkungan Hidup BLH Kabupaten Kutai Kartanegara 9BLHKK
10 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten. Kutai Kartanegara
10BPDKK 11
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar Kabupaten Kutai Kartanegara 11PARKK
12 Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kutai Barat
12DKPKB
13
Dinas Kehutanan Dishut Kabupaten Kutai Barat 13HUTKB
14
Badan Lingkungan Hidup BLH Kabupaten Kutai Barat 14BLHKB
15 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten Kutai Barat
15BPDKB 16
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kutai Barat 16PARKB
60
Keenambelas organisasi ini ditentukan berdasarkan pilihan organisasi- organisasi itu sendiri yang dimintai pendapatnya tentang lembagaorganisasi mana
yang berperan penting dalam konservasi pesut. Jawaban-jawaban itu kemudian dicek silang dengan informasi tentang tugas pokok dan fungsi serta dokumen-
dokumen lain yang mendukung misalnya laporan-laporan tentang lokakarya yang berkaitan dengan konservasi pesut untuk mengkonfirmasi keterlibatan atau
perannya dalam konservasi pesut.
2. Data dan Informasi yang Diperlukan