6.2.2. Transformasi Energi Dalam Perekonomian Indonesia
Transformasi energi merupakan suatu proses mengolahmengubah energi primer menjadi energi sekunder final enegy . Energi sekunder merupakan energi
yang siap untuk digunakandikonsumsi oleh berbagai sektor dalam perekonomian. Oleh karena itu transformasi energi menjadi penting dalam ketersediaan energi
dan mengacu pada neraca energi Indonesia. Analisis dalam studi ini mencakup pendugaan parameter dan elastisitas transformasi energi untuk kilang minyak
OTPP, transformasi energi listrik OTEL, dan transformasi energi gas OTG. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas transformasi energi untuk kilang
minyak OTPP disajikan pada Tabel 21. Dari Tabel 21 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan
yang diharapkan. Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Transformasi Energi Kilang
Minyak
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Nama Peubah Intercept
-32060.6 -1.17
0.2635 -
- Intercept POILWD
465.3787 2.22
0.0452 0.060
0.118 Harga minyak dunia DRFCR
0.05021 0.27
0.7918 -
- Pertambahan RFCR RCCR
3.613918 2.81
0.0149 0.587
1.148 Kapasitas kilang LOTPP
0.489065 3.18
0.0072 -
- Lag OTPP R
2
= 0.9490, F
hitung
= 60.48, Pr F = .0001, Dw= 1.550319, Dh= 0.968416578
Dari Tabel 21 dapat dilihat peubah harga minyak dunia dan kapasitas kilang minyak berpengaruh positif terhadap transformasi energi untuk kilang
minyak dan berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata dibawah 5 persen. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa apabila harga minyak dunia dan kapasitas
kilang minyak meningkat maka transformasi energi untuk kilang minyak akan meningkat.
Nilai elastisitas transformasi energi untuk kilang minyak terhadap harga minyak dunia inelastis dalam jangka pendek dan panjang. Sementara itu, nilai
elastistas transformasi energi untuk kilang minyak terhadap kapasitas kilang
minyak inelastis dalam jangka pendek, namun elastis dalam janagka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan terhadap harga minyak dunia memberikan
pengaruh yang kecil terhadap perubahan transformasi energi kilang minyak dalam jangka pendek dan panjang. Sebaliknya, perubahan kapasitas kilang minyak
memberikan pengaruh yang besar terhadap transformasi energi kilang minyak dalam jangka panjang.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas transformasi energi untuk listrik OTEL disajikan pada Tabel 22. Dari Tabel 22 dapat diungkapkan bahwa secara
keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Transformasi Energi Listrik
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Nama Peubah Intercept
-23164.6 -1.93
0.0754 -
- Intercept DRPEL
0.103414 0.39
0.7050 -
- Pertambahan harga listrik EGTO
0.259542 2.93
0.0116 0.928
2.494 Input total untuk listrik DCPLN
0.98384 0.63
0.5402 -
- Pertambahan CPLN LOTEL
0.627809 3.26
0.0062 -
- Lag OTEL R
2
= 0.92158, F
hitung
= 38.19, Pr F= .0001, Dw= 1.53308, Dh= 0.998541675
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa peubah input total untuk pembangkit listrik dan peubah lag transformasi energi untuk pembangkit listrik berpengaruh
positif terhadap transformasi energi untuk pembangkit listrik berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila total
input untuk pembangkit listrik dan transformasi energi untuk pembangkit listrik
tahun sebelumnya cenderung meningkat, maka transformasi energi untuk listrik akan meningkat.
Nilai elastisitas transformasi energi untuk pembangkit listrik terhadap total input untuk pembangkit listrik sebesar 0.928
dalam
jangka pendek dan 2.494 dalam jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila total
input untuk pembangkit listrik meningkat sebesar 10 persen maka transformasi energi untuk listrik akan meningkat sebesar 9.28 persen dalam jangka pendek dan
24.94 persen dalam jangka panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa transformasi energi untuk pembangkit listrik tidak responsif terhadap perubahan
total input untuk pembangkit listrik dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas transformasi energi gas OTG disajikan pada Tabel 23. Dari Tabel 23 dapat diungkapkan bahwa secara
keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Transformasi Energi Gas
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Nama Peubah Intercept
5958428 3.11
0.0090 -
- Intercept LRPGAS
0.051454 1.55
0.1475 0.046
0.251 Lag RPGAS PCADGAS
83724.51 2.14
0.0532 0.010
0.057 Pertumbuhan Cadangan Gas
PFCG 48623.96
1.68 0.1196
15028.321 81887.498 Pertumbuhan
FCG Year
-2965.47 -3.08
0.0096 -23.701
-129.144 Trend LOTG
0.816476 7.64
.0001 -
- Lag OTG R
2
= 0.87966, F
hitung
= 17.54, Pr F= .0001, Dw= 1.386976, Dh= 1.455328358
Dari Tabel 23 dapat dilihat peubah harga gas tahun lalu, pertumbuhan cadangan gas, pertumbuhan total konsumsi gas dan lag transformasi energi gas
berpengaruh positif terhadap transformasi energi gas dan berbeda nyata dengan
nol pada taraf nyata 15 persen dan 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila harga gas tahun lalu, pertumbuhan cadangan gas, pertumbuhan total
konsumsi gas dan lag transformasi energi gas meningkat, maka transformasi energi gas akan meningkat. Sebaliknya trend berpengaruh negatif terhadap
transformasi energi gas. Nilai elastisitas transformasi energi gas terhadap harga gas tahun lalu dan
cadangan gas inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sebaliknya nilai elastisitas transformasi energi gas terhadap pertumbuhan total konsumsi gas dan
trend elastis dalam jangka pendek dan panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga gas tahun lalu dan cadangan gas memberikan dampak yang kecil
terhadap transformasi energi gas dalam jangka pendek dan panjang. Sebaliknya perubahan pertumbuhan total konsumsi gas dan trend memberikan pengaruh yang
besar terhadap transformasi energi gas dalam jangka pendek dan panjang. Disamping transformasi energi yang mengubah energi primer menjadi
energi yang
siap dikonsumsi,
sehubungan dengan
pembangkit listrik
menggunakan energi sekunder. Energi sekunder adalah energi yang digunakan untuk membangkit energi yang siap untuk dikonsumsi, yaitu energi dalam bentuk
input listrik, input gas, input BBM, input batubara dan air untuk pembangkit listrik.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas input listrik untuk pembangkit listrik EGEL disajikan pada Tabel 24. Dari Tabel 24 dapat diungkapkan bahwa
secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Peubah harga barubara berpengaruh negatif terhadap input listrik
untuk pembangkit listrik dan berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 10 persen.
Transformasi energi listrik berpengaruhi positif terhadap input listrik untuk pembangkit listrik dan berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 1 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila harga batubara meningkat maka input listrik untuk pembangkit listrik akan menurun. Sebaliknya, apabila transformasi energi
listrik meningkat, maka input listrik untuk pembangkit listrik akan meningkat. Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Input Listrik untuk
Pembangkit Listrik
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Nama Peubah Intercept
1444288 1.19
0.2594 -
- Intercept RPEL
-0.00088 -0.02
0.9875 -
- Harga listrik RPCOAL
-6.30893 -3.01
0.0120 -3.499
-3.526 Harga batubara RPOIL
-0.26149 -1.18
0.2627 -
- Harga BBM OTEL
1.209699 23.97
.0001 1.506
1.517 Transformasi listrik Year
-612.357 -0.97
0.3535 -
- Trend LEGEL
0.007778 0.16
0.8751 -
- Lag EGEL R
2
= 0.99717, F
hitung
= 646.23, Pr F= .0001, Dw= 2.058531, Dh= -0.12741616
Pada Tabel 24 dapat dilihat nilai elastisitas input listrik untuk pembangkit listrik terhadap harga batubara sebesar -3.499 dalam jangka pendek dan -3.526
dalam jangka panjang. Dan nilai elastisitas input listrik untuk pembangkit listrik terhadap transformasi energi lisrik sebesar 1.506 dalam jangka pendek dan 1.517
dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa input listrik untuk pembangkit listrik terhadap harga batubara dan transformasi energi listrik elastis dalam jangka
pendek dan panjang. Perubahan terhadap harga batubara dan transformasi energi listrik memberikan dampak yang besar terhadap perubahan input listrik untuk
pembangkit listrik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa input listrik untuk pembangkit listrik responsif terhadap perubahan harga batubara dan transformasi
energi listrik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas input gas untuk pembangkit listrik EGG disajikan pada Tabel 25. Dari Tabel 25 dapat diungkapkan bahwa
secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Input
Gas untuk Pembangkit Listrik
Elastisitas Nama Peubah
Peubah Parameter
Dugaan t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Intercept -312390
-1.42 0.1826
- - Intercept
LRPGAS -0.06897
-1.32 0.2125
- - Lag RPGAS
RPCOAL 8.432169
1.37 0.1982
8.237 18.680
Harga batubara IHB
13.81275 0.40
0.6957 -
- Indeks harga biomas PXGAS
-4681.1 -0.08
0.9407 -
- Pertumbuhan Ekspor gas OTG
0.199092 0.91
0.3813 -
- Transformasi gas LEGG
0.559031 1.97
0.0750 -
- Lag EGG R
2
= 0.71878, F
hitung
= 4.69, Pr F= 0.0132, Dw= 1.709625, Dh= 0.606747508
Pada Tabel 25 dapat dilihat peubah harga batubara dan peubah lag input gas untuk pembangkit listrik berpengaruh positif terhadap input gas untuk
pembangkit listrik, masing-masing berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 20 persen dan 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila harga batubara
meningkat dan input gas untuk pembangkit listrik tahun sebelumnya cenderung meningkat maka input gas untuk pembangkit listrik akan meningkat.
Nilai elastisitas input gas untuk pembangkit listrik terhadap harga batubara sebesar 8.237 dalam jangka pendek dan 18.680 dalam jangka panjang. Nilai
elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila transformasi energi gas meningkat sebesar 10 persen maka input gas untuk pembangkit listrik akan meningkat
sebesar 82.37 persen dalam jangka pendek dan 186.80 persen dalam jangka panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa input gas untuk pembangkit
listrik tidak responsif terhadap perubahan transformasi energi gas dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas input BBM untuk pembangkit listrik EGOL disajikan pada Tabel 26. Dari Tabel 26 dapat diungkapkan bahwa
secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Input BBM untuk Pembangkit Listrik
Elastisitas Nama Peubah
Peubah Parameter
Dugaan t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Intercept -96635.4
-0.89 0.3920
- - Intercept
RPOIL -0.97689
-2.73 0.0196
-3.289 -3.419 Harga BBM
LRPCOAL 5.456666
1.62 0.1342
4.962 5.159 Lag RPCOAL
RPGAS 0.005131
0.16 0.8729
- - Harga gas
LIHB 10.73523
0.61 0.5515
- - Lag IHB
SOIL 0.199567
2.52 0.0286
1.740 1.809 Penyediaan BBM
LEGOL 0.038099
0.19 0.8540
- - Lag EGOL
R
2
= 0.88054, F
hitung
= 13.51, Pr F= 0.0002, Dw= 2.188825, Dh= -0.40303663
Dari Tabel 26 dapat dilihat peubah harga BBM berpengaruh negatif terhadap input BBM untuk pembangkit listrik berbeda nyata dengan nol pada taraf
nyata 10 persen. Dan peubah harga batubara tahun lalu dan penyediaan energi BBM berpengaruh positif terhadap input BBM untuk pembangkit listrik, secara
berturut-turut berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 20 persen dan 5 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila harga BBM meningkat maka input BBM
untuk pembangkit listrik akan menurun. Sebaliknya, apabila harga batubara dan penyediaan energi BBM meningkat maka input BBM untuk pembangkit listrik
akan meningkat. Harga gas berpengaruh positif terhadap input BBM untuk pembangkit listrik menunjukkan bahwa antara BBM dan gas bersubsitusi pada
input BBM untuk pembangkit listrik. Artinya, apabila harga BBM meningkat
maka input BBM untuk pembangkit listrik menurun dan input gas untuk pembangkit listrik meningkat.
Dari Tabel 26 menunjukkan nilai elastisitas input BBM untuk pembangkit listrik terhadap harga BBM, batubara dan penyediaan energi berturut-turut sebesar
-3.289, 4.962 dan 1.740 dalam jangka pendek dan -3.419, 5.159 dan 1.809 dalam jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut lebih besar dari 1 dalam nilai absolut
sehingga input BBM untuk pembangkit listrik terhadap harga BBM, batubara dan penyediaan energi elastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini berarti
perubahan terhadap harga BBM, batubara dan penyediaan energi memberikan dampak yang lebih besar terhadap input BBM untuk pembangkit listrik.
Hasil pendugaan parameter dan elastisitas input batubara untuk pembangkit listrik EGCO disajikan pada Tabel 27. Dari Tabel 27 dapat
diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Input Batubara untuk Pembangkit Listrik
Elastisitas Nama Peubah
Peubah Parameter
Dugaan t
hitung
Pr |t| E
SR
E
LR
Intercept 11794.14
1.05 0.3114
- - Intercept
DRPCOAL -4.02955
-0.41 0.6859
- - Pertam. harga batubara
RPGAS 0.14282
2.37 0.0326
0.567 - Harga gas
YCOAL 0.039394
1.10 0.2891
- - Produksi batubara
R
2
= 0.67443, F
hitung
= 9.67, Pr F= 0.001, Dw= 2.891963, Dh= -1.94274548
Dari Tabel 27 dapat dilihat peubah harga gas berpengaruh positif terhadap input batubara untuk pembangkit listrik, berbeda nyata dengan nol pada taraf
nyata 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila harga gas meningkat maka input batubara untuk pembangkit listrik akan meningkat. Nilai elastisitas
input batubara untuk pembangkit listrik terhadap harga gas sebesar 0.567 dalam
jangka pendek. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila harga gas meningkat sebesar 10 persen maka input batubara untuk pembangkit listrik akan meningkat
sebesar 5.67 persen. Untuk nilai elastisitas jangka panjang tidak dapat dihitung karena pada persamaan ini tidak memasukkan peubah lag input batubara untuk
pembangkit listrik. Terhadap total input energi untuk pembangkit listrik dirumuskan dalam
bentuk persamaan identitas. Secara matematik persamaan identitas ini ditulis sebagai berikut:
EGTO = EGEL + EGG + EGOL + EGCO + EGHY
Total input energi untuk pembangkit listrik merupakan penjumlahan dari input listrik untuk pembangkit listrik, input gas untuk pembangkit listrik, input
BBM untuk pembangkit listrik, input batubara untuk pembangkit listrik dan input air untuk pembangkit listrik. Berdasarkan persamaan tersebut dapat dinyatakan
bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan peubah input listrik untuk pembangkit listrik, input gas
untuk pembangkit listrik, input BBM untuk pembangkit listrik, input batubara untuk pembangkit listrik dan input air untuk pembangkit listrik akan
mempengaruhi peubah total input energi untuk pembangkit listrik. Selanjutnya perubahan terhadap kelima input tersebut akan mempengaruhi peubah endogen
lainnya baik secara langsung dan tidak langsung.
6.2.3. Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia